Kisah Klasik
Jumat, 20 September 2019
CerpeN
LIE DETECTOR
Matahari menyengat tubuhku. Tapi mengapa tidak terasa panas ? Belum lagi Aku sedang mendorong motorku yang sedang ngadat di tengah jalan. Seharusnya ngadatnya di pinggir jalan. Kan bahaya kalo di tengah jalan ? Bisa ditabrak dari belakang. Di saat Aku mendorong motor, sebuah Truk Tronton melaju cepat dari arah belakang ku. Aku hanya bisa terdiam, namun truk itu semakin dekat mengarah padaku. Klakson mobilnya sangat keras dan mendekat ke arah ku. Tooooooooot !!!!!
Rupanya hanya mimpi. Jam Alarm masih berbunyi di atas ranjangku. Jam menunjukkan pukul 10 pagi. Hoaaaammm. Aku masih ngantuk. Aku sedang menyempurnakan penemuan baruku. Terinspirasi dari jam alarm. Penemuanku kali ini adalah hal yang sangat luar biasa. Yaitu mesin pendeteksi kebohongan. Alat yang sebelumnya berukuran 30 cm itu, kini hanya berukuran 5 cm. Dan ini adalah penemuanku yang masih rahasia.
Pertama-tama, Aku akan menguji alat ini pada mamaku, adikku, temanku, pacarku, dan orang yang ada di sekeliling ku. Jika penemuan ku ini sukses, Aku bisa menjual nya kepada negara. Dan Aku akan mendapatkan penghargaan dari pemerintah. Hehe. Aku akan menjadi seorang yang sangat terkenal dan kaya raya. Aaamiin.
"Buuuuuu...!"
"Yaaaa...,!?"
"Hehe..,"
"Kenapa kamu teriak, sih..? Ibu kan hanya ada di dapur ?!"
"Buu, ada sarapan apa..?"
"Sudah habis..! Siapa suruh bangun kesiangan ?"
"Teeeeeeeet !"
"Hah ? Suara apa, itu...?
"Ibu bohong, kan...?"
"Ini anak tidak percaya, amat..,!"
"Teeeeeeeet !"
"Sudahlah, buu.., ibu bohong kan..,?"
"Kamu bilang ibu bohong..?"
"Teeeeeeeet !"
"Suara jelek apa, itu..,?"
"Itu suara kebenaran, buu..,"
"Kamu bikin alat yang aneh-aneh lagi, yah..?"
"Bukan aneh, buu.., tapi luar biasa..,"
"Dasar penemu gagal..,"
"Tega amat ibu ngatain saya penemu gagal..? Kalo saya sukses, ibu akan pergi naik haji !" Aku sedikit meyakinkan ibuku
"Yang tega itu kamu..! Kenapa selalu ibu yang jadi bahan percobaan penemuanmu..?"
"Baru kali ini kan, buu..?"
"Tapi kenapa harus, ibu..?"
"Jadi ibu pengen saya mencobanya pada Adi..?"
"Jangan juga pada adikmu.."
"Okee..! Tapi emang Ibu bohong kan..?"
"Iyah, iyah, masih ada pisang goreng di lemari makan. (Ketahuan juga)"
"Hehe.., berhasil, berhasil..,"
"Ingat janjimu kasi naik haji..,!"
"Okee, buu"
Akhirnya berhasil juga. Alat ini adalah sebuah mahakarya terbesarku. Setelah mandi, Aku akan bertemu dengan Rika, kekasihku. Dia adalah orang kedua yang akan Aku tes dengan alatku ini. Aku akan menguji apakah dia masih mencintai ku atau sudah tidak lagi ? Setelah 3 tahun bersama, apakah hatinya masih tetap hanya untukku. Weeeeets..,
Alat yang berukuran 5x3 cm ini adalah hasil evolusi dari penemuan pertamaku yang ukurannya jauh lebih besar. Alat pendeteksi kebohongan versi ciptaanku ini lebih sempurna karena dapat mendeteksi kebohongan seseorang melalui getaran suara yang di ucapkannya. Sinyal suara yang diucapkan seseorang yang berbohong akan segera tertangkap masuk ke frekuensi alat ciptaanku dan dengan segera mengeluarkan suara yang mengindikasikan jika yang dikatakan itu tidaklah benar. Ribet banget dah ngejelasinnya.
"Assalamualaikum!!!" Kumemanggil Rika depan rumahnya.
"WALAIKUMSALAMWARAHMATULLAHIWABARAKATUH" Ibunya yang nyahut.
"Rika nya ada, tante?"
"Eh, nak prosesor. Masuk, nak.."
"Profesor, tante..,"
"Apa? Prosesor?/"
"PROFESOR, tante.."
"PROSESOR"
"Ejaannya gini, Pro...."
"Pro..," Tante ikut mengeja..,
"Fe,......"
"Fe...," Tante masih ikut mengeja..,"
"Sor!! Profesor!!"
"Sor!!! Prosesor!!"
"Addduuhhh..," Sambil menepuk jidatku.
"Eh masuk dulu, nak.., Saya panggilin Rika nya..," Tante menyuruhku masuk.
"Iyah makasih, tante..,"
Parah tuh nyokap pacar gue. Tiap kali gue datang mesti selalu diajarin hal yang sama. Tidak lama Aku menunggu, Rika keluar menghampiriku di ruang tamu. Sambil senyum-senyum Aku menyembunyikan penemuanku dari Rika.
"Hai, sayang..," Sapa Rika kepadaku.
"Hai juga..,"
"Kegagalan apalagi yang akan kamu perlihatkan kepadaku hari ini..?"
"Tega amat dah.., Eh gini, sayang kamu sudah mandi, gak..?"
"Hmm, sudah.., kenapa,,.?"
"Teeeeet" Rika berbohong.
"Eh suara apa tuh..?" Rika keheranan
"Kamu belum mandi kan, sayang...?"
"Kamu tidak percaya sama Aku...?"
"Bu.. bukan gitu.. ini... ini ada alat........." Belum selesai bicara Rika langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Kamu jahat...! Lebih jahat dari Madara...!" Rika langsung pergi meninggalkanku
"Edddah... Madara...? Dia kata ini cerita Naruto.."
Dengan perasaan sedih Aku bergegas meninggalkan rumah Rika. Namun belum Aku keluar dari pagar, Rika berteriak dari lantai 2 di kamarnya.
"Asfin...!! Aku tetap sayang kamu...!!"
"Teeeeeeet"
"Iyah aku juga...." Sambil berpura-pura senyum ke Rika. Tambah sedih saya. dia bohong lagi. Ternyata mengetahui sebuah kebohongan itu menyakitkan.
Dalam perjalanan. Aku bertemu orang buta. Dia mengenakan kacamata hitam sambil duduk di pinggir jalan menunggu belas kasihan tiap orang yang melewatinya. Segera kuhampiri orang buta itu.
"Pak..,?" Saya menyapa orang buta itu
"I... iyah, nak...?"
"Bapak sudah makan.....?" Aku bertanya dengan nada yang sedikit kasihan
"Beeee.. belum, nak" Jawab orang buta itu.
"Teeeeeeet" Alatku berbunyi. Apakah orang ini bohong ?
"Bunyi apaan itu, nak..?" Si buta keheranan.
"Oh ini, pak.. Ada WA masuk dari pak Jokowi."
"Teeeeeet" Aku juga berbohong karena itulah alatku bunyi lagi.
"Saya heran, nak..."
"Heran kenapa, pak...? Saya heran karena bapak buta itu heran.
"Kok orang dengan tampang bego kayak kamu bisa dapat nomor WA pak Jokowi"
"Wah ngeledek nih..."
"Hahahaha.., maaf nak, maaf.. saya kalo bercanda sering beneran..." Si buta itu tertawa.
"Bapak ini buta beneran...?"
"Pertanyaan macam apa itu, nak...? Iyalah saya buta...!"
"Teeeeeeet" Alatku berbunyi. Ternyata orang ini lagi berpura-pura jadi orang buta.
"Gini yah, pak... Allah itu maha adil.., berhentilah berbuat gini, pak... cari rezeki dengan cara gini itu tidak halal.."Aku segera meninggalkan orang itu
"Bisa aja kamu, Bambang,,,,!" Orang itu meneriaki ku.
Akupun segera pulang ke rumah. Aku duduk depan teras rumah di bawah naungan pohon mangga. Aku merenung dan terus memikirkan Rika. Apakah dia tidak jujur lagi kepada ku ?
Jika hal kecil saja dia berbohong, apalagi hal besar. Tidak lama Adikku Adi datang menghampiri ku.
"Kak Asfin, bagi duit....!"
"Kakak tidak punya duit, dek..."
"Teeeeeeet" Alatku berbunyi.
"Ahah...! Kakak bohong...!"
"Loh kenapa bisa tau kakak bohong...?"
"Kata ibu kakak bikin alat aneh-aneh lagi. Dan ibu juga bilang kakak tau kalo ibu sedang berbohong..."
"Ampun dahh..." Segera kumatikan panel on/off dari alatku yang kusembunyikan dibalik saku celana ku.
"Kak...! Duiiiit..."
"Iyah, iyah..." Kuberikan uang 5000 kepada adikku.
Begitu banyak beban pikiranku. Aku belum mendapatkan pekerjaan yang mencukupi untuk kehidupan sehari-hari. Belum lagi kekasihku yang tidak seperti dulu lagi. Belum lagi adikku yang masih kelas 6 SD dan sebentar lagi masuk SMP. Semua itu butuh biaya yang besar. Pekerjaanku saat ini hanyalah membuat banyak alat-alat gagal.
Beberapa hari kemudian. Banyak tempat yang sudah kudatangi. Mulai dari pasar, kantor, jalan umum. Dari persentase yang saya lakukan, tiap satu orang telah melakukan 3 kali kebohongan dari 10 pernyataan, Ternyata hidup ini penuh dengan kebohongan. Sulit menemukan orang yang jujur 100 %.
Tak lama kemudian Aku terkenal di kalangan warga sekitar. Aku dikenal sebagai laki-laki yang tak bisa dibohongi. Siapa pun yang ngobrol denganku harus jujur sejujurnya. Baik itu hal biasa ataupun hal penting. Dan Aku putuskan ke rumah Rika untuk membicarakan tentang hubunganku dengannya.
"Assalamualaikum...!!"
"Walaikumsalam.... Eh nak Prosesor..." Jawab ibu nya Rika
"Profesor tante,.., Profesor.....!"
"Apa...? Prosesor...??"
"Eddah, mulai lagi..," Aku mulai kesal.
"Hahaha nak Prosesor bisa aja..."
"Rika nya ada, Tante...?"
"Oh Rika nya lagi keluar,"
"Teeeeeeet...."
"Ckckckck..., jangan bohong gitulah, tante..."
"Duh ketahuan.., Iyah nak profesor Rika ada di dalam..."
"Nah itu tante bisa bilang Profesor...!"
"Apa...? Prosesor...?"
"Edddah..., mulai lagi... Rika nya tante... tolong.."
"Iyah nak saya panggilin dulu.."
Ibu Rika kemudian masuk ke dalam rumah untuk memanggil Rika. Belum tau dia kalo saya sekarang dijuluki laki-laki yang tak bisa dibohongi. Dan ada sebuah alasan kenapa ibu Rika berbohong kepadaku. Itulah yang akan Aku tanyakan.
"Eh Sayang..."
"Iyah Hai..."
"Hmm ada perlu apa..?"
"Aku ingin mempertanyakan hubungan kita."
"Duh.., apaan sih, sayang...?"
"Kamu tau kan kalo saya punya julukan di kompleks ini...?"
"EEhm iyah..., laki-laki yang tak bisa dibohongi." Jawaban Rika benar
"Betul..., Dan kamu pasti sudah tau saya akan bertanya apa.., iyah kan..?"
"Eeeh..., Iyah begitulah..." Jawaban Rika masih benar
"Kamu masih sayang Aku gak..?" Langsug saja pertanyaan inti.
"Iyalah, sayang... Aku itu sangat sayang kamu..."
"Loh...? Kok gak bunyi...?"
"Yang bunyi apaan, sayang...?" Rika juga keheranan
"Ini, jam alarm saya tidak bunyi.."
"Teeeeeeeet"
"Suara apa tuh, sayang..?"
"Ehh suara alarm jam.."
"Teeeeeeeet"
"Tuh bunyi lagi...?" Rika menimpali
"Hehe iyah.. jadi kamu masih sayang Aku yah...?"
"Iyalah, sayang.., pertanyaan kamu aneh deh..."
"Hehehe.., Tenang nya hati ini..."
"Tenang...? Karena...?" Tanya Rika
"Eh Tidak.., Saya pulang dulu..."
"Apaan sih, sayang..? Tak jelas amat..."
"Saya pulang dulu, yah... bye sayang.." Segera Aku berlalu dari rumah Rika. Aku tak perlu bertanya kenapa Rika menyuruh ibunya berbohong kalo dia tak lagi ada di rumah. Saya hanya perlu kejelasan. Dan semua sedah terjawab. Rika masih sayang kepadaku. Yang menjadi pertanyaan kenapa waktu yang lalu Rika berbohong kalo dia sayang Aku.
Belum samapai kerumah, Aku terkejut. Sebuah mobil polisi terparkir depan rumahku. Ada apa ini ? Tanya dalam hatiku. Aku segera masuk ke dalam rumah. Dan kudapati beberapa orang dengan berpakaian polisi sedang berbicara dengan ibuku.
"Saudara Asfin...?" Tanya seseorang dari mereka
"I... iyah, pak.., Ada apa ini..,?"
"Kami dari kepolisian. Kami sudah mendengar semua tentang anda. Kedatangan kami ke sini ingin mengadakan kerjasama dengan anda."
"Kerjasama seperti apa itu, pak..?"
"Kami sedang menyelidiki beberapa kasus kejahatan. Kami mengalami kendala dalam mengintrogasi beberapa saksi yang kemungkinan adalah tersangka. Tak di duga Alibi mereka semua kuat hingga tidak diketahui siapa yang berbohong di antara mereka."
"Apa hubungannya dengan saya, Pak..?" Saya masih kebingungan.
"Kami membutuhkan bantuan anda... Anda dijuluki sebagai orang yang tak bisa dibohongi. Dengan adanya anda akan memudahkan introgasi kami"
"Bagaimana yah, pak... Saya hanya penemu alat itu.., Alat yang kusebut Lie Detector. Itulah alat yang kugunakan hingga saya tak bisa dibohongi."
"Kalo begitu, bagaimana jika anda mengembangkan alat itu untuk kepentingan kepolisian..?" Salah satu polisi itu menambahkan.
"Sudahlah, nak.., terima saja tawaran pak polisi ini.." Ibuku juga menambahkan.
"Tenang saja saudara Asfin, kami akan memberikan loyalti atas penemuan anda. Dan pastinya dengan nilai yang sangat fantastis."
"Benarkah, pak..,? Apa bisa saya membuat ibu saya naik haji...,?"
"Tentu saja saudara, Asfin..."
"Baiklah, pak..., saya menerima tawaran bapak polisi..." Aku melihat ibu saya yang langsung menangis karena kini Aku bukanlah penemu gagal yang seperti dia katakan selalu. Aku bisa membiayai sekolah adikku. Dan mungkin akan melamar Rika.
Beberapa bulan kemudian Kepolisian berhasil mengungkap kasus berkat alat penemuanku. Aku pun mendapat peghargaan dari negara berupa diangkatnya Aku sebagai anggota kepolisian dibidang penyidik. Kehidupan ekonomi ku mulai membaik. Karena sudah punya penghasilan, Hari itu aku di rumah Rika.
"Nak Profesor tunggu Rika yah..., dia lagi dandan..."
"Nah tuh tante bisa bilang profesor...,"
"Hehe dengan calon mantu harus prosesional"
"Profesional, tante.., bukan prosesional.." Mulai lagi deh.
"Hehe ehh itu Rika nya..," sambil menunjuk Rika yang berpakaian anggun sekali.
"Rika...." Aku tak sanggup berkata apa-apa karena kecantikannya.
"Sudah lama yah, sayang...?"
"Nggak kok..,"
"2 jam kamu bilang nggak...? Kamu bohong yah..?"
"Nggak kok..., Alat di tanganku ini tak berbunyi kan...? Itu artinya Aku tidak berbohong."
"Oh iya yah...," Rika kemudian tertawa.
"Sayang.., Besok Aku akan datang membawa keluarga ku ke rumahmu...,"
"Hmm buat apa, sayang...?"
"Untuk melamar mu....?"
"Haaah....? Yang bener.....? Rika sangat terkejut.
"Iyaah serius... Kamu mau kan menikah denganku....?"
"Iyaaa iyah Aku mau...." Rika langsung menjawab.
"Teeeeeeet...." Alatku berbunyi.
"Haaa....?" Rika keheranan.
"Yang bener kamu mau menikah denganku....?" Aku bertanya lagi
"Iyah Aku mau...!"
"Teeeeeeeet...." Alatku berbunyi lagi
"Sayang.... Kok.....?" Rika masih keheranan.
"Maukah kamu bersama ku selamanya....?" Aku bertanya lagi.
"Iyah iyaaaaah..., Huuuuuuuu,,,,," Rika tiba-tiba menangis.
"Teeeeeeeet." Dan berbunyi lagi.
"Hehe..., Kok nangis, sayang...?"
"Aku gak bohong...! Alatmu itu rusak... huuuhuuuu"
"Hehehe sudah, sudah..., besok Aku datang melamarmu."
"Tapi......."
"Ini alat penemuan baruku, sayang..., pendeteksi kejujuran. Makasih sudah jujur padaku..., Yang terbaik akan kuberikan padamu...."
"Duh sayang.. co cweet deh" Rika kembli tersenyum.
Kami akhirnya menikah. Beberapa bulan kemudian, istriku menghapus dan menutup semua akun sosial media nya. Hal itu dia lakukan setelah saya berencana menciptakan alat pendeteksi perselingkuhan.
ORIGINAL CONCEPT BY EKO ADRIANTO
20 SEPTEMBER 2019
Rabu, 18 Oktober 2017
CerpeN
In Classroom..!!
Hoaaam.., pagi ini sekolah lagi.., Aku sering ngedumel sendiri.., Senin jadi hari yang agak menyebalkan setelah kemarinnya libur.., Apalagi hari ini pelajaran yang agak menguras otak.., jam 7:30 pelajaran Matematika, jam 9:00 dilanjut bahasa inggris. Setelah istrahat dilanjutkan pelajaran kimia dan terakhir pelajaran fisika. Apa tidak mampus tuh otak gue.
Untungnya otak gue sudah pentium 10. Otak yang mampu bersaing di kelas IPA. Sebagian teman-temanku sudah hijrah ke kelas IPS karena ketidakmampuan otak mereka. Terkadang ada yang kepalanya berasap, hidungnya mimisan, sakit kepala kanan dan kiri, batuk kronis, jantungan, dan penyakit-penyakit lain karena terlalu tertekan dalam pelajaran IPA. Karena itu kebanyakan dari mereka pindah ke kelas lain. Terkadang ada yang pindah ke planet lain. Ups bercanda. Hehehe.
Kelasku hanya dihuni 25 siswa. 10 anak laki-laki dan selebihnya perempuan. Berapakah jumlah siswa di kelas sebelah..,? ( gitu tuh pertanyaan Matematika). Pertanyaannya bikin bingung, bikin mual, bikin mau muntah. Tapi karena sudah biasa, kami sudah terbiasa dan terus berusaha belajar lebih baik lagi. Kami yang tetap bertahan adalah murid IPA terbaik yang masih sanggup bersaing.
"Wah ada tugas kimia, nih."
"Santai, Kido. Ada Rahel siswi terpintar kimia di kelas kita."
"Gile lu, Fik. Santai bener lu..,?" Kido agak kesal.
"Iya yah. Sampai kapan kita menyontek tugas Rahel ?" Rahmed menambahkan.
"Maaf yah, temen-temen, saya juga belum mengerjakan tugasnya. Semalam saya sakit maag. Jadi saya cepet tidur." Rahel mengelurkan alasan tidak masuk akal.
"Parah lu, Hel. Kamu tahu kan pak Kumis, eh pak Iskandar galaknya minta ampun..? lu mau kita sekelas dihukum pindahin nih kelas ke pulau bali..?" Kido semakin kesal.
"Eh santai aja lu. Gini nih reaksi orang gak ngerjain PR. Jangan nyalahin Rahel, dong."
"Cieeh yang belain Rahel, cieeeh." Rahmed meledek.
"Eh, Med.! Berisik lu !!" Saya agak kesal.
"Jadi gimana nih, Fik.?" Rahel merasa bersalah.
"Kita hadapi bersama-sama teman.! Kesalahan ini kita tanggung bersama. Bagaimana? Kalian setuju..,?"
"Setuju" Semua siswa dan siswi menyetujui usul ku ini.
Bel Istrahat pun berbunyi. Setelah pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris kami lewati, giliran pelajaran kimia yang menanti setelah jam istrahat. Pak Iskandar Segera memasuki kelas kami dan duduk di bangku guru. Dia memang selalu begitu, dia tidak ingin melihat ada siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah di kelas. Karena itulah jam istrahat dia mangkal di kelas yang mau dia ajar.
Saya adalah orang yang paling pertama memasuki kelas sedangkan bel istrahat belum berakhir. Saya melihat pak Iskandar menulis sesuatu di buku nya. Sesekali pak Iskandar melirikku dengan tatapan tajamnya. Saya hanya terdiam membisu. Apa yang harus kukatakan tentang tugas yang tidak selesai satu kelas ini. Sebagai ketua kelas saya harus bisa menanggung semua ini.
Kido masuk ke kelas dengan membawa kopi. Ada yang berbeda sebelumnya. Biasanya, kopi yang akan diminum pak Iskandar dibawa oleh Pak Soleh. Tapi ntah kenapa Kido yang membawakannya. Setelah itu, Kido datang menghampiriku dan duduk di sebelahku. Tak lama setelah itu, bel Istrahat berakhir dan semua siswa dan siswi masuk kelas masing-masing.
"Baiklah murid, keluarkan tugas kalian !!" Suara pak Iskandar seperti Speaker pecah.
"........................" Keadaan kelas menjadi hening.
"Taufik !! Kumpulkan tugs teman-temanmu. !!" Pak iskandar memberi perintah.
"Ta.., tapi, pak....."
"Ughh, ke,kenapa Saya ngantuk begini,,,,?"
"?????" Satu kelas keheranan.
"Pak..? Kenapa, pak..?" Saya agak kaget melihat keadaan pak Iskandar
Pak Iskandar segera duduk di tempat duduknya dan langsung roboh. Sentak kami segera menghampiri pak Iskandar yang duduk tak berdaya di tempat duduknya. Seisi kelas menjadi panik dan tidak tahu harus berbuat apa. Saya sebagai ketua kelas menyuruh seseorang menutup pintu kelas. Ntah apa yang terlintas di kepalaku saat itu.
"Gile lu, Fik. ! Kenapa pintunya malah ditutup..,? Kido sangat panik.
"Guru kita terbunuh !!" Itulah jawaban spontanku.
"Haaaaaah...?????!!" Seisi kelas menjadi heboh.
"Plakkkk !! " Rahel menamparku
"Duh, Kamu napa sih, Hel..,? Tiba-tiba nampar gue?"
"Pak Iskandar hanya tertidur, Fik." Rahel menjelaskan.
"Darimana kamu tau, Hel?" Rahmed gemetaran.
"Pak Iskandar masih bernafas tuh. Itu sudah membuktikan kalau pak iskandar masih hidup, kan..,?" Rahel mencoba menenangkan teman-teman yang panik. "Bagaimana kalo pak Iskandar mati dan pura-pura bernafas..,?"
"Plakkkkk!!!" Rahel menamparku lagi.
"Kamu jangan bikin panik gini, Fik. Kalo pura-pura mati yah masuk akal, kalo pura-pura bernafas ? Duhhh." Rahel menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Lalu.? Apa yang membuat Pak Iskandar tertidur?" Rahmed kebingungan
"Kopi itu..,,." Saya menunjuk ke arah kopi yang diminum pak Iskandar.
"Kopi???" Semua siswa melihat kearah kopi di gelas yang diminum pak Iskandar
"Dimana-mana kopi bikin kita melek, kok bikin orang tertidur?" Kido memberi penjelasan.
"Ini,..," Rahel mengambil segelas kopi itu dan mengamatinya.
"Kenapa, Hel..?" Saya sedikit penasaran.
"Kopinya dicampur obat tidur."
"Haaah?" Semua siswa terkejut.
"Obat tidur apaan, Hel..,?"
"Rohypnol. Obat tidur itu dimasukkan ke gelas ini. Dan diminum pak Iskandar. Hasilnya kalian lihat sendiri."
"Ini seperti kasus kopi Sianita"
"Sianida, Med, bukan sianita!!" "Eh lu kate guru kita is dead..? Cuma tertidur, tertidur oi."
"Jadi gimana, nih..?" Rahel ikut panik.
"Saya tau pelakunya..,"
"Haaaaaaa...?" Semua siswa menganga.
"Pasti kamu kan, Kido !!!!!!!"
"Apaaaa????" Semua mata tertuju ke Kido
"Eh, Dadar ! Jangan asal nuduh dong.!"
"Iyah nih, Fik. Kok kamu nuduh Kido.?" Rahel menyelah
"Karena Kido lah yang mengantar kopi itu kepada pak Iskandar. "Eh...,?" Kido tersentak.
"Apa pembelaanmu, Kido..,?"
"Eh, Fik !!!" Meskipun saya tidak suka pelajaran Kimia, Saya tak mungkin melakukan itu. Memang Pak Iskandar galak, kejam, sadis, berkumis, bau asem, tapi saya tetap sayang guru kita itu. Saya juga tidak tahu menahu tentang namanya obat tidur. Lagipula, sebelum saya mengantarkan kopi itu, Rahmed lah yang menyuruhku membawakan kopi itu ke pak Iskandar."
"Rahmed....?" Semua mata kini tertuju kepada Rahmed.
"Apa pembelaanmu, Med...?"
"Saya juga tak mungkin melakukan itu. Saya tidak suka pelajaran kimia bukan berarti saya tidak suka guru nya. Pak Iskandar memang kadang menyebalkan, ngeselin, crewet tapi itu bukan alasan untuk menjaili nya dengan memasukkan sesuatu ke gelas kopi pak Iskandar. Tadinya saya mau membawakan kopi itu langsung ke pak Iskandar, tapi saya lupa mengambil uang kembalian di kantin dan kebetulan ada Kido, jadi saya suruh dia meneruskan kopi itu ke pak Iskandar. Tapi, sebelum segelas kopi itu pindah ke tangan saya, Rahel lah yang menyerahkan kopi itu kepada saya."
"Sretttt" Semua mata kini tertuju kepada Rahel
"Ihh, napa kalian semua menatapku seperti itu...?" Rahel jadi gemeteran.
"Yang paling tahu tentang kimia adalah Rahel. Dia juga tahu reaksi apa yang terjadi jika obat tidur dicampur dengan kopi. Apakah akan meenyebabkan sesuatu yang berbahaya atau tidak. Jadi kita bisa menyimpulkan jika pelakunya adalah Rahel" Saya menyimpulkan
"Fik, Apakah dibalik wajahku yang imut dan cantik ini akan melakukan itu? Saya ini siswi kesayangan pak Iskandar. kenapa saya mau melakukan itu kepada guru yang meyakini kemampuanku menguasai pelajaran kimia yang dia ajarkan ? Saya tahu itu obat tidur Rohypnol karena kemampuan ilmu ku, bukan karena sayalah pelakunya. Awalnya, pak Soleh akan membawakan kopi itu, Saya pun menawarkan kepada pak Soleh untuk mengantarkannya kepada pak Iskandar. Saya tertarik dengan gambar gelas kopi pak Iskandar yang bermotif kupu-kupu. Di tengah perjalan menuju kelas ini, Nayla memintaku menemaninya ke toilet, jadi saya menyerahkan segelas kopi itu kepada Rahmed yang kebetulan saat itu sedang ngegombalin Nayla."
"Ribet, deh.. Jadi pelakunya siapa ? Pak Soleh...?"
"Alasan pak Soleh melakukan itu apa coba..?" Rahmed menimpali
"Cinta ditolak kali, yah?"
"Hush,., kamu ada-ada aja Kido. Tak mungkin Pak Soleh nembak Pak Iskandar, kan? Kalau kasusnya seperti itu, ngapain juga pak soleh tidak sekalian saja ngeracunin pak Iskandar.?"
"Tunggu dulu, pak Soleh ke Rahel. Rahel ke Rahmed, dan rahmed ke Kido. Jarak antara ruang BP dan kelas kita ini sekitar 100 meter, berapakah langkah kaki pak Iskandar?"
"Eh, Fik.!! Bukan saatnya pelajaran matematika!!!!"
"Apa yang harus kita lakukan sekarang.?"
"Tenang, Med.., kita harus tenang..," Saya berusaha menenangkan teman-teman.
"Tenang pala lu, fik. Yang sempat memegang gelas kopi itukan termasuk saya."
Saya mencoba memikirkan cara terbaik menghadapi masalah ini. Sebagai ketua kelas dan kandidat cowok keren sesiswa IPA, saya harus menemukan jalan keluarnya. Jika hal ini diketahui kelas sebelah apa yang harus kami jelaskan? Dan jika kami hanya diam saja, takutnya akan terjadi hal yang lebih buruk lagi. Kutarik tangan Rahel dan berjalan ke sudut kelas.
"Eh, Fik. Santai aja dong, gak perlu seromantis ini, kan.?"
"Hel, saya serius nih..,"
"Apa? Kamu nembak Aku?" Rahel membesarkan suaranya. Semua mata tertuju pada kami.
"Ti, tidak ! Kalian salah paham. Saya belum bilang apa-apa loh. Hel !!!"
"Hehe.,. napa, Fik?"
"Kamu kan ahli kimia, di kelas kita, hanya kamu satu-satunya yang paling paham pelajaran kimia. Karena itu, tolong jelaskan reaksi yang terjadi jika kopi dicampur obat tidur apa yang akan terjadi?"
"Jika kamu ingin tahu, kenapa kamu tidak mencoba meminum sisa kopi pak Iskandar?"
"Benar juga, yah?"
"Fik... sebenarnya...,"
"Baiklah, saya akan meminum sisa kopi pak Iskandar"
"Fik..." Saya mengabaikan Rahel dan segera menuju meja pak Iskandar dan bersiap meminum sisa kopi pak Iskandar.
"Eh, Dadar !! Mau ngapain, lu?"
"Saya akan meminum ini, Kido"
"Gile lu, Fik...!"
"Kenapa..?"
"Kalo pak Iskandar bangun dan nanyain siapa yang minum kopinya, lu mau nanggung jawab?"
"Eh Taplak!! Saya mau mencoba kopi ini agar tahu reaksi apa yag terjadi."
"Yah pasti tidurlah, tuh pak Iskandar tertidur, kan?"
"Rahmed, jika terjadi hal yang lebih buruk, gantikan saya sebagai ketua kelas, yah."
"Kebanyakan nonton film nih, anak" Rahmed menggeleng-gelengkan kepalanya
"Fik, jangan!!!" Rahel berteriak.
"Jadi ? Kamu mengakuinya, Hel?"
"Haaaah?" Semua mata tertuju kepada Rahel
"Hahahahahahahahaha" Pak Iskandar tiba-tiba terbangun sambil tertawa. Seisi kelas tiba-tiba menjadi heboh. Ada yang berteriak histeris, ada yang berlari ke sudut kelas, mereka semua terkejut karena pak Iskandar tiba-tiba terbangun dan langsung tertawa.
"Pak? Bapak tidak apa-apa?"
"Baik murid-murid, kembali ke tempat masing-masing." perintah pak Iskandar
"Pak?" Saya masih keheranan.
"Rahel, berdiri di samping bapak." Pak Iskandar memanggil Rahel
"Iyah, Pak."
"Murid-murid, Rahel adalah siswi kesayangan bapak. Sebelumnya saya minta maaf karena sudah merencanakan semua ini."
"Maksud, bapak?"
"Kami berdua sudah merencanakan semua ini. Iyah kan, Rahel.?"
"Iyah, pak."
"Rahel?" Saya masih kebingungan
"Pertama, untuk Kido. ! Tenang saja, nak. Saya tidak mendengar apa yang kamu bilang kalau bapak ini kejam, sadis, galak, berkumis dan bau asem. Bapak hanya mendengar jika kamu sayang dengan guru-guru mu."
"A.., aa.., ampun, pak..!"
"Kedua, Rahmed.! Kamu memang tidak suka pelajaran bapak, tapi kamu tetap suka cara bapak mengajar. Tenang saja Rahmed, bapak juga tidak mendengar jika kamu mengatakan bapak ini kadang menyebalkan dan crewet."
"Maaa, maaf, pak." Rahmed sangat gemetaran.
"Dan untuk Taufik. tanggung jawabmu sebagai ketua kelas sangat baik. Dengan membuat sebuah masalah tidak sampai keluar kelas, itu adalah jalan terbaik. Dan assal kalian tahu, di gelas kopi bapak ini tidak ada apa-apa."
"Jadi..,? Ini hanya rekayasa, pak?"
"Yaph. Begitulah."
"Tapi, pak. Rahel tadi mengatakan jika di gelas bapak ada obat tidur?"
"Saya sudah bekerja sama dengan Rahel untuk hari ini. Sengaja bapak menyuruh Rahel mengatakan kepada kalian jika tugas kimia nya belum selesai karena bapak ingin tahu seberapa besar harapan kalian terhadap Rahel yang satu-satunya menjadi harapan kalian tiap ada tugas kimia yang bapak berikan kepada kalian. Dan ternyata kalian tidak bisa apa-apa tanpa Rahel."
"................" Seisi kelas menjadi hening melihat sosok Rahel yang berdiri di samping pak Iskandar.
"Rahel ini murid kesayangan bapak.., kalian harus bangga punya teman secerdas dia.., Aktingnya juga sangat meyakinkan.., bisalah nanti dia jadi bintang film..," Pak guru menambahkan.
"Hehehe.." Rahel tersenyum manis.
"Selain Rahel, semuanya bapak jemur di depan kelas..!!"
"What....????" Dasar Pak Kumis.....!!!!
The End
Original Concept by Eko Adrianto
18 Oktober 2017
Senin, 22 Februari 2016
CerpeN
Perenang Tangguh
Hari ini teman teman mengajakku berenang. Bagiku, itu adalah sebuah ajakan sekaligus penghinaan. Mereka sudah tahu saya tidak bisa berenang malah diajak berenang. Itu sama saja dengan hewan burung disuruh berenang. Hewan kucing disuruh menggonggong. Dan pedagang bakso disuruh beli bakso pedagang bakso lainnya. Mereka pikir saya ini ikan. Yang kerjaan nya berenang tiap harinya.
Menurut saya, ikan adalah hewan terhebat di bumi ini. Ini menurut saya. Tak perlu ditanggepin terlalu serius. Apalagi sampe melapor ke Komnasham. Anda sebagai pembaca hanya perlu membaca bukan mengkritik. apalgi kalau sampe saya salah mengetit. Itu hal biasa. Tak perlu dipermaslahkan. Oke..,? Oke sajalah.
Ikan hewan terhebat menurut saya didasarkan dari logika saya. Pertama, Ikan adalah hewan yang tak pernah tidur. Sehari sama dengan 24 jam. Saya pernah memasang CCTV di Akuarium ikan tetanggaku. Hasilnya, saya tidak melihat ikan itu tidur sedetik pun. Ikan itu malah berenang muter muter di dalam Akuarium. Benarkan ? Setelah melakukan penelitian itu, Saya jatuh sakit karena tidak tidur seharian disebabkan penelitian konyol yang saya lakukan.
Logika saya yang kedua, Ikan itu matanya tidak pernah kelilipan biarpun kemasukan air. Terserah kalian mengatakan kalau logika saya ini logika orang bego. Intinya saya tidak bisa berenang. karena saya bukan ikan. Yang mau berenang itu berarti mau menjadi kayak ikan. Ikan saja tidak pernah mau menjadi manusia. Mereka (ikan) tidak pernah mau seperti manusia yang kerjanya mainin Android, BBM-an, Chatingan, Facebook-an, tiduran di aspal, pedekate, pacaran, bertengkar, putus, dan gitu aja terus sampe Upin Ipin rambutnya gondrong.
"Ko.., besok teman teman mau berenang. Mau ikut gak..,?"
"Tanpa dijawab, kamu sudah tau jawabannya, Rif"
"Oke, kita kumpul jam 9 pagi di rumahnya Andi."
"Kampret ! Siapa yang mau ikut..,?"
"Tadi bilang gitu..,"
"Tidak.., tidak.., Saya tidak bisa berenang..,"
"Kenapa, Ko..,?"
"Kau mau saya tenggelam..,?"
"Kolamnya pendek, ko. Tidak sampai 10 meter kok."
"Apa..,? 10 meter.., no.., no..,"
"Tidak sampai 10 meter, ko.., tidak sampai..,"
"Emangnya berapa meter pastinya..,?" Saya penasaran.
"9 Meter lebih 10 Cm."
"Sialan lu, Rif"
"Hahaha. Ayolah, Ko. Kalau tidak belajar, kamu tidak akan bisa bisa berenang nya. Kalau perlu kamu berenang di kolam anak anak. tinggimya cuma 3 meter kok."
"Itu masih tinggi, Rif. Kau mau saya kelelep seperti Titanic..,?"
"Ini demi solidaritas teman teman, bro. Kalo gak ada lo gak rame."
"Mmh. Gimana, yah..,?"
"Ayolah, Ko. Demi teman teman." Arif berusaha membujukku.
"Baiklah. Saya ikut. Tapi sediakan pelampung yah, Rif."
"Gile lu, Ko. Anak anak aja tak ada yang pakai pelampung."
"Kalau tak ada pelampung, siapa yang bisa menjamin keselamatanku, Rif,.,? Saya kan belum nikah, belum punya keluarga, belum punya anak, belum naik haji, belum jalan jalan ke Paris, belum ini itu."
"Itu harapan banyak amat. Tenang saja, bro. Kami ada di sampingmu. Kami akan mengajarkan kamu berenang dan memastikan tidak akan terjadi apa apa di sana nantinya."
"Oke, Rif. Saya ikut."
"Nah gitu dong, bro. Oke besok kita kumpul di rumah Andi. Jangan telat yah, Bro."
Setelah meyakinkanku, Saya bersedia ikut ajakan temanku Arif. Saya tau ini ajakan bunuh diri. Tapi saya harus ikut agar teman temanku tak ada yang kecewa. Meskipun nantinya belum tentu saya ikut berenang. Hal ini bertentangan dengan pinsipku. Kalau saya ini bukan ikan.Tapi teman temanku lebih penting dibanding prinsipku sendiri. Mereka lebih berharga dibanding gebetan gebetanku. Asyik.
Hari ekesekusi telah tiba. Segala doa doa kupanjatkan demi keselamatanku. Jantungku tak berhenti berdetak kencang. Aku seperti orang yang akan menghadapi musuh di medan pertempuran. Kuminum segelas susu coklat agar lebih relaks. Setelah itu kulangkahkan kakiku menuju rumah Andi temanku.
Dalam tiap langkahku aku berdzikir. Aku terus memikirkan betapa mengerikannya kolam renang itu. Aku membayangkan jika Aku tenggelam dan teman teman hanya memandangiku seperti mereka melihat ayam mereka lagi berantem. Tapi semua keraguan itu kubuang. seperti Aku membuang masa laluku bersama mantan yang menyakitiku. Asyik.
Kami pergi beramai ramai dengan menggunakan mobil Andi. Dalam perjalanan, Aku hanya terdiam. Dibandingkan dengan teman temanku, mereka semua lagi semangat semangatnya. Aku hanya bisa tersenyum dibalik rasa takutku. Ada kalanya kita harus mengutamakan teman dibanding rasa takut itu sendiri. Pasti ada hikmah dibalik ini semua.
Sesampainya di tempat yang dituju, semua temanku bersorak 'Horee'. Betapa bahagianya mereka. Namun, kebahagiaan mereka adalah kebahagiaanku juga. Kuhela nafasku dan bersiap menghadapi semua ini. Semuanya menuju ke tempat ganti pakaian pria. Betapa ramainya tempat ini. Anak-anak hingga kakek kakek berada di tempat neraka ini.
Teman-temanku dengan cepatnya berlari dan melompat ke dalam kolam renang. Arif melompat dengan cara bersalto. Andi pun tidak mau kalah. Dai melompat ke kolam renang dengan gaya Pinguin. Aneh aneh saja teman-temanku. Teman teman lainnya juga ikut masuk ke dalam kolam renang. Tinggal Aku yang hanya berdiri di pinggir kolam renang.
"Ko..! Ayo lompat." Andi memanggilku yang sedang mengapung seperti katak.
"Apa..,? Air nya dingin seperti Es."
"Tidak kok. Coba saja." Arif juga mengajakku.
"Brrrr. Dingin, Rif...!" Setelah kucelupkan kaki ku ke dalam kolam itu.
"Ayok, Ko..," Teman teman yang lain juga menyemangatiku.
"Dukkkk" Seseorang mendorongku masuk kedalam kolam.
"Byuuurrrr." Dalam sekejap Aku terjun bebas ke dalam kolam.
Mataku tiba tiba jadi berkunang kunang. "Tolong tolong !" Teriakku. Teman teman segera menuju ke arahku dan membantu ku mengapung dalam air. Tekanan air membuatku tidak stabil. "Tenang, tenang" Arif berusaha menenangkanku. "Tenang pala lu, Rif" Kaki ku mencoba untuk bergerak gerak dalam air. Tapi tetap saja Aku tak bisa mengendalikan tekanan air yang terus menarikku ke dalam air. Seakan ada monster air yang menarik kaki ku dan ingin memakan ku. temanku pun memutuskan membawa ku ke pinggir kolam renang.
Nafasku terengah engah saat kududuk di pinggir kolam. Sialan ! Siapa yang mendorongku masuk ke dalam kolam. Arif mengatakan jika ada seseorang bocah yang sedang iseng mendorongku. Dan ketika kulihat, bocah itu sekarang ada dekat bapaknya. Pengen gue jitak, bapaknya ganteng maminya cantik. Belum lagi kumis bapak bocah sialan itu seakan mengancamku agar tidak macam macam dengan anaknya. Ahh sudahlah.
Untuk pertama kalinya Saya setakut ini. Mata dan telingaku kemasukan air. Teman temanku malah Asyik berenang kesana kesini. Mereka sudah seperti ikan yang berenang bebas di air. "Ko, masuk ke sini" Andi mengajakku lagi. "Ayolah, loncat saja." Arif juga memanggilku. Aku pun berdiri dan coba melawan rasa takutku. Kucoba menarik nafasku panjang panjang. Belum kuhembuskan, seseorang menabrakku. Kakek kakek sialan. !!!!!!!!!
Byuuuuuur. Sekali lagi gue tercebur ke dalam kolam neraka itu. Benar benar menjengkelkan. Tanpa persiapan Gue kembali lagi meronta ronta dalam kolam air itu. Teman teman segera menolong ku. Mereka membantu dengan menahanku agar tidak tenggelam. Aku coba menggerak-gerakkan kaki ku. Tapi, Aku memang belum mengetahui teknik berenang. Mereka pun membawa ku ke pinggir kolam itu.
"Sudah Cukup. Gue mau pulang" Dengan nada sedikit kesal. Kulihat kakek kakek yang menabrakku tadi malah berenang renang seperti ikan Paus. Dia sudah tua tapi keahlian nya masih tampak terlihat. Tapi yang membuatku kesal adalah bocah itu yang membuat kakek kakek itu menabrakku. Ternyata bocah sialan itu yang sengaja agar kakeknya menabrakku. Awas saja kalau suatu hari nanti ketemu di jalan, pastilah kubuat perhitungan dengannya.
"Parah tuh, bocah. Kejar kejaran sama kakeknya di tempat begini."
"Iyah, Rif. Rasanya pengen kujitak kepala bocah sialan itu." Saya masih kesal.
"Sudah, bro. Jangan dimasukin di hati. Namanya juga anak-anak. Ayo berenang lagi." Arif menarik tanganku ke arah pinggir kolam.
"Di mana bocah itu, jangan jangan dia lagi merencanakan sesuatu.?"
"Tenang, bro. Tuh di sana dekat bapaknya."
"Dia lagi memandangiku seakan menunggu kesempatan untuk mengerjaiku."
"Tenang saja, bro. Anak itu jauh di sana kok."
"Lagi nunggu apa..,?" Suara seorang cewek yang berada di belakang kami
"Dukkkkkkk. Byuurrrrrrr." Cewek itu mendorongku bersama arif ke dalam kolam. Benar benar menyebalkan. "Hahahahahaha" Cewek itu tertawa jahat melihatku meronta ronta dalam air. Sekali lagi teman-temanku menolongku. Ini penyiksaan yang beruntun. Ampun, kapok, saya tak mau lagi. Cewek jahat itu masih berdiri di pinggir kolam sambil menertawai ku.
"Cowok apaan kayak gitu.? berenang saja tidak bisa.?" Cewek itu meledekku.
"Eh, Mak lampir..! Lu sengaja ngedorong kami, yah.?" Arif mulai emosi.
"Ah, cemen amat temenmu. Adikku saja bisa berenang."
"Ohh jadi bocah yang tadi itu adikmu..,?" Kekesalan ku bertambah.
"Yah, begitulah. Tapi maafin dia, yah. Dia memang suka iseng."
"Eh kamu sendiri tidak iseng dengan ngedorong kami.?" Arif ikut menimpali.
"Okey. Saya juga minta maaf. Maaf karena sudah dengan sengaja mendorong kalian berdua ke dalam kolam. Hahahaha." Cewek itu masih tertawa.
"Dasar cewek edan.!"
"Sudah, Rif. Kita maafkan saja. Tak apa, kami tidak masukkan ke hati."
"Okey, makasih. Ternyata cowok tidak tahu berenang ini orang yang baik. Hahaha" Cewek itu masih cengengesan
"Huh." Arif kesal dan segera melompat ke dalam kolam bergabung dengan teman teman lainnya.
"Maafkan temanku. Dia orangnya mudah emosi"
"Okey. Sebagai ganti permintaan maafku, bagaimana kalau Aku mengajari mu berenang.?"
"Apa..,?"
"Mengajarimu berenang. Mau, gak.?"
"Ka,., kapan..,?"
"Tahun depan.! Yah, sekarang lah."
"Di.., di mana..,?"
"Bagaimana kalau kolam yang di sana?" Cewek itu menunjuk ke kolam anak-anak.
"Itu kan kolam anak-anak..?"
"Kamu mau kalau kolam di sini.? Kedalaman nya cukup mengerikan, loh."
"Tapi...,"
"Sudah, yukk" Cewek itu menarik tanganku ke arah kolam anak-anak.
Tidak tahu apa yang ada di pikiranku saat itu. Tiba tiba saja cewek itu mau mengajarkanku berenang. Teman temanku semua naik ke permukaan dan memperhatikanku dari jauh. Cewek itu mengajarkanku dengan penuh kesabaran. Tapi sekali kali dia menggertakku dengan kalimat "Ayo lamban, berusaha dong." Dia memegangiku agar saya tetap mengapung dalam air. "Perlahan-lahan gerakkan kakimu" Kata-katanya membuatku semangat untuk terus berusaha dan menjadi pintar untuk berenang. Di lain sisi, anak-anak yang ada dalam kolam itu menertawaiku karena ada orang dewasa berenang di kolam mereka. Menyebalkan.
"Eh eh lihat ada cowok di ajarin ama cewek berenang" Suara anak anak di sekitarku .
"Iya yah. Di kolam anak-anak lagi. Hahahaha" suara anak anak lain yang menertawaiku.
"Sudah, jangan didengerin, namanya juga anak-anak. Hehe" cewek itu berusaha menenangkanku.
"Mau tidak mau telingaku tetep mendengar, kan..,?"
"Maksud Aku, jangan ditanggepin."
"Huh,. baiklah."
"Yuk, mulai lagi." Dia masih memegangiku. Megajariku bamyak gerakan dalam berenang. Perlahan tapi pasti, Aku mengetahui banyak hal dalam berenang. Ternyata menjadi ikan itu bukan hal yang buruk. Aku semakin menikmatinya. Terlebih lagi ada putri duyung yang mengajariku. Asyik.
Dia perlahan melepas genggaman tangan nya. Aku berusaha mengapung tanpa bantuannya. Dan ketika Aku mulai kehilangan kontrol, dia memeganiku lagi. Dan bgitulah, seterusnya. Teman-temanku sudah selesai berenangnya dan mereka bersantai di kantin pemandian itu. Mereka semua masih saja memandangiku sambil tersenyum senyum dari kejauhan.
Semangatku masih ada. Tanpa kenal lelah Aku terus berusaha. Cewek itu mulai kelelahan mengajariku. Adiknya yang tadi menjaili ku masih saja menertawaiku. "Papa, mama, lihat kakak ngajarin gorilla berenang. Hahahahaha". Sialan tuh bocah, ngatain gue gorilla. Untung aja kakak lu baik kalo tidak, sudah gue Smack down lu. pikiranku saat itu.
"Sekarang, kita coba di kolam dewasa,yuk."
"Apa kamu tidak capek..?"
"Hari ini kamu harus bisa."
"Tapi,..."
"Ayuk." Dia menarik tanganku menuju kolam dewasa. Sesampainya di pinggir kolam, dia mendorongku masuk ke dalam kolam. Byuuuuur. "Ayo berusaha lah."
"Tolong-tolong." Aku berusaha berteriak sambil meronta-ronta di dalam kolam.
"Papa, mama, gorilla nya kelelep. Hahahaha." Bocah itu menertawai ku bersama papa mami nya."
"Gila tuh, cewek. dia mau nenggelemin Fiko." Arif bergegas menuju ke kolam renang.
"Stop.! Jangan ada yang nolongin. Biarkan dia berusaha sendiri." Cewek itu menahan semua teman temanku.
"Heh Mak lampir, temanku itu lagi......"
"Lihatlah....," Cewek itu menunjuk ke arahku.
Tak bisa kupercaya. Akhirnya Aku bisa berenang. Aku berhasil mengapung. Aku benar benar berhasil. Cewek itu berhasil mengajariku. Teman teman terkejut melihatku yang bisa berenang. Aku pun sangat senang bisa melakukan nya. Aku lihat wajah wanita itu yang sedang tersenyum kepadaku. Tapi karena kehabisan tenaga, Aku mulai kehilangan kontrol. Saat itu barulah cewek itu mengatakan "Heh sekarang tolong temanmu!"
"Terlalu semangat lu, bro."
"Hehe.., yang penting bisa berenag. Asyik."
"Cewek edan itu hebat juga yah, Ko."
"Huss. Dia wanita yang baik kok, Rif. Di mana dia sekarang."
"Noh di sono ama keluarganya."
"Aku harus berterima kasih, Rif." Aku pun berdiri dan berjalan menuju cewek itu.
"Makasih banyak." Kusodorkan tanganku ke wanita itu.
"Iya sama-sama." Dia tersenyum manis kepadaku.
"Tapi, makasih nya karena apa..,?"
"Sudah mau memaafkan adikku dan saya sendiri. Hehe."
"Tak apa-apa kok.Hahaha"
"Oh iyah, maafkan kakekku juga. Dia juga terlibat, kan? Hehehe."
"Oh, iyah.., Ngomong-ngomong nama kamu siapa..,?" Aku penasaran.
"Mmmh."
"Siapa..,? Kamu punya nama, kan..,?"
"Mmh. Suatu hari nanti kamu akan tahu."
"Apa itu artinya kita akan bertemu lagi..,?"
"Sebenarnya Aku hanya jalan-jalan ke kota ini. Minggu depan sudah balik, kok. Hari ini cuma berenang bersama keluarga."
"Yahh jadi tidak bisa ketemu lagi, dong..?"
"Suatu hari nanti. Aku janji."
"Janji..,?"
"Iyah. Saya pasti tepatin. Kalau saya ke sini lagi, kamu sudah harus mahir berenang dan menanyakan nama mu juga. Bisa.?"
"Pasti. Saat itu Aku juga bisa tahu namamu, kan..,?"
"Iyah. Dan semua tentangku akan kamu tahu. Hehehe."
"Baiklah. Aku pegang janjimu itu. Aku akan menunggu. Sampai kapanpun Aku akan menunggumu. Dan makasih untuk hari ini. Banyak pelajaran yang kudapatkan."
"Hehe. Sama-sama" Dia tersenyum manis padaku.
Dia pun berlalu meninggalkanku. Dia berkemas dan pergi bersama keluarganya. Adiknya yang jail itu sempat berbalik dan meledekku. Aku hanya tersenyum. Meskipun adiknya sejail itu, Aku malah bersyukur. Karena perbuatan bocah itu Aku bisa mengenal sedikit tentang kakaknya. Apakah ini yang namanya jatuh cinta pada pandangan ppertama ? Dia benar-benar tenggelam di pikiranku. Asyik.
Kami pun pulang ke rumah masing-masing. Aku masih tak bisa melupakan kejadian hari ini. Aku berharap bisa berjumpa dengan wanita itu lagi. Ternyata selalu ada hikmah dari kejadian-kejadian yang kita alami. Dan hikmah yang kudapat hari ini begitu membuatku bersyukur. aku tak akan pernah lagi mengeluh. Aku harus bisa menghadapi apapun yang ada di depanku.
Hari demi hari kulalui. Tiap minggunya kami pergi berenang. Yang selalu kucari di tempat renang itu hanya wanita itu. Aku terus mencari dan menunggu. Kadang Aku lah yang mengajak teman-temanku berenang. Tapi apa yang kucari dan kunanti tak pernah kudapatkan. Hingga Setahun pun berlalu. Aku masih menunngu kehadiran nya.
Hingga pada suatu hari Aku menonton Televisi bersama kucingku si Kuman. Pada saat itulah Aku terkejut. Wanita yang ingin kutemui itu adalah pemenang medali emas SEA GAMES untuk renang gaya bebas. Dia berhasil mengharumkan nama Indonesia untuk olahraga renang. Saat itu juga Aku tahu namanya. Aku tidak menyangka jika yang mengajarkanku berenang dulunya adalah seorang calon juara. Saat gadis itu diwawancarai dia mengatakan ini.
"Untuk seseorang yang menonton ini. Tunggulah Aku. Aku akan segera datang dan menanyakan namamu. Dan Aku ingin bilang, Aku Cinta kamu. Mmmuah."
Kalian lihat itu, Dia bilang cinta padaku loh. Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Semua ini sudah ada yang ngatur. Saat itu juga Aku sujud syukur seperti pemain bola habis nyetak gol. Aku melihat wanita idamanku itu menangis dalam TV. Dia menangis bahagia bisa mengharumkan nama Indonesia. Aku juga bahagia karena dia cinta padaku. Asyik. Pengen rasanya memeluk TV ku. Aku semakin semangat menunngunya datang seeperti janjinya. Tapi belum puas kumemandangi wanita idamanku di TV, mati lampu terjadi. "Pett" Gelap tiba-tiba mengelilingiku. Tak ada yang kebetulan di dunia ini. Ini ulah PLN yang matiin. Iya kan, Kuman? "Ngeoong" Kucingku menyaut.
THE END
Original concept by Eko Adrianto
22 Februari 2016
Langganan:
Postingan (Atom)