Hampir setahun Aku bekerja pada perusahaan ini. Perusahaan yang bergerak di bidang Handphone. Aku bekerja di bidang lapangan perusahaan itu. Panas, hujan, dan panas lagi, selalu kurasakan. Aku semakin lelah dan gaji yang tidak memadai. Aku putuskan untuk membuat surat pengunduran diri pada perusahaan itu. Aku ingin mencari pekerjaan lain.
Sahabat dan teman-teman yang hampir setahun ini menemaniku dan saling bercanda, berat untuk kutinggalkan. Juga dua orang Senior Pak Arifin dan Pak Samp. Kedua orang senior itu telah banyak mengajarku banyak hal. Mereka mengajarkanku soal ketepatan waktu dan ketelitian dalam bekerja. Aku sudah dianggap anak oleh mereka berdua. Kata mereka Aku ini murah senyum dan tidak mudah emosi.
Sahabatku Kahar selalu merayu ku untuk tidak mengundurkan diri dulu. Dia masih butuh diriku untuk menemaninya bercanda. Namun tekadku sudah bulat. Aku akan mengundurkan diri. Hari ini Aku akan ke ruangan Pak Herman. Dia adalah Supervisor Perusaan ini. Orangnya sedikit galak. Melihat kumisnya saja orang sudah gemetaran.
"Apa alasanmu, Rian ?"
"Aku ingin cari pekerjaan lain, Pak..,"
"Hanya itu ?"
"Iyah, Pak..,"
"Rian ?"
"Iyah, Pak..,"
"Kau adalah karyawan terbaik perusahaan ini. Hampir setahun ini, kamu tak pernah telat masuk kantor. Kamu adalah karyawan yang rajin dan ulet. Melepas mu adalah kesalahan besar saya."
"Tapi, Pak..,"
"Apa kamu yakin, Rian ?"
"Iyah, Pak.., Bukannya Aku tidak suka bekerja di sini, tapi ini kata hatiku..,"
"Apa kamu menuntut kenaikan gaji ?"
"Tidak, Pak..,"
"Aku yakinkan kamu ? Apa ini keputusanmu ?"
"100 % yakin, Pak..,"
"Baiklah. Tapi kamu tahu peraturan kantor ini kan ?"
"Iyah, Pak..,"
"Jika seorang karyawan mengambil Resign atau surat pengunduran diri, dia harus bekerja sebulan kedepan dan menerima gaji terakhirnya."
"Saya mengerti, Pak..,"
"Baiklah. Baca dan tanda tangani surat itu."
"Iyah, Pak..,"
Yahh. Sebulan terakhir di perusahaan ini. Aku mengambil keputusan nekat yang tidak kupikirkan matang-matang. Kahar sangat bersedih. Ihh, lebay. Katanya, Aku adalah orang yang sering menemaninya bercanda. Meskipun kami sama-sama bagian lapangan, namun di waktu senggang, kami sering bercanda.
"Kenapa, Bro..?"
"Aku teringat saat pertama kali Aku melamar kerja 6 bulan lalu di perusahaan ini. Pak Herman menunjukmu sebagai orang yang meng-training ku. Kau mengajarku banyak hal, bro."
"Berat yah jika kita harus berpisah..,"
"Itu keputusanmu, bro."
"Malam nanti mau jalan-jalan ke Pantai Losari..,?"
"Oke, bro. Saya yang traktir pisang epe. Ohehe."
"Boleh juga tuh..,"
"Rumahku juga sekitar situ, bro."
"Iyah.., kita sekalian ke rumahmu..,"
"Insya Allah, bro."
Banyak kenangan indah yang terjadi di perusahaan ini. Tawa dan canda mewarnai gurauan kami. Pak Arifin, Pak Samp, Kahar, dan teman-teman lainnya sering bercanda di jam istrahat. Tapi sebulan kedepan semua itu akan berakhir. Aku sudah tidak ada di perusahaan ini. Biarlah Aku menjalani hari-hari terakhirku di perusahaan ini. Suatu hari nanti Aku akan merindukan tempat ini.
29 Hari sebelum Aku berhenti. Perusahaan ini menerima dua orang pekerja. Seorang yang bakal menggantikanku. Namanya adalah Yayat. Aku ditugaskan Pak Herman untuk meng-training Yayat. Dan seorang lagi bernama Dewi Afifha. Dia bekerja di lantai 2 bagian keuangan. Dia cantik dan pendiam. Caranya berjalan sangatlah anggun. Dia menarik perhatianku.
Aku mengajarkan apa yang Aku ketahui kepada Yayat. mengantarnya dan mengajarnya semua hal yang Aku ketahui tentang pekerjaanku yang kelak dia gantikan. Aku diberi kepercayaan untuk melatih orang baru itu. Lelah juga terasa. Seperti hal nya Aku mengajar Kahar dulunya. Sekarang Aku tahu bagaimana mengajar seseorang dari yang bego jadi pintar. Hehe..,
28 hari sebelum Aku berhenti. Aku solat di Musollah seperti biasanya yang berada di lantai 2. Aku berdoa dan meminta yang terbaik setelah Aku berhenti bekerja dari tempatku mencari nafkah saat ini. Seperti biasa, Aku pulang kantor jam 6 maghrib. Namun Aku singgah solat dulu di Musollah kantor. Setelah solat Aku pun bersiap-siap pulang.
Dalam perjalanan keluar dari jalan gang kantor, Aku melihat Dewi berjalan sambil memegang helm nya. Tampaknya dia akan pulang bersama jemputannya. Namun jalan keluar dari kantor menuju jalan umum masih jauh. Aku putuskan untuk memberinya tumpangan. Aku menghentikan motorku tepat dihadapannya. Ceritanya ini saya menghadangnya.
"Assalamualaikum..,"
"Mmh.., Walaikumsalam..,,"
"Mau keluar..,?"
"I.., iyah, kak..,"
"Bareng yukk..,"
"Mmh.., boleh..,?"
"Iyah lah.., yukk..,"
"Mmh.., iyah..,"
"Bissmillah, yah..,"
"Udah, kak..,"
Sampai di tempat seharusnya dia Aku turunkan, Aku melihat dia hanya terdiam. Hampir 10 detik tanpa kata, Aku pun memutuskan melanjutkan perjalanan. Di atas motor Aku bertanya banyak hal. Di antaranya di mana dia tinggal dan apa-apa saja kegiatannya. Nada bicara nya yang sopan dan tutur kata nya yang lembut membuatku terkagum padanya.
27 hari sebelum Aku berhenti. Seperti hari kemarin, Aku mendapati Dewi di waktu yang sama dan di jalur yang sama pula. Aku pun menawarkan tumpangan padanya. Dia tidak ragu dan menolak tawaranku tersebut. Terlebih lagi dia sudah membawa helm dari rumahnya. Dan dia tetap seperti kemarin, berbicara disaat Aku bertanya.
Saat-saat terakhirku di kantor membuatku lebih berwarna. Aku akrab dengan karyawan baru itu. Kahar hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia heran padaku karena sejak kapan Aku dan dewi jadi sedekat itu ? Di waktu makan siang, Aku dan Dewi pergi untuk makan siang bareng. Dan di waktu pulang kami juga bareng.
Ada gosip yang beredar jika Aku dan Dewi pacaran. Namun sesungguhnya kami tidak pacaran. Mungkin karena kedekatan kami hingga muncul lah gosip itu. Hari-hari berlalu. Perasaan cinta itu muncul di hatiku. Aku sering mengajak Dewi jalan bareng ke pantai dekat rumah Kahar. Kahar hanya jadi obat nyamuk bagi kami. Namun dia adalah sahabat yang mengerti.
15 hari sebelum Aku berhenti. Setelah mengantar Dewi hingga ke depan rumahnya, Aku pun menyatakan perasaanku padanya. Aku mengatakan jika Aku suka dia. Aku tidak bisa jika harus memendam peasaan ini. Aku ingin tahu jawabannya meskipun jawabannya akan meledakkan nyawa ku. Memendam perasaan ini seperti menahan beban di pundakku.
"Aku suka kamu, Wi..,"
"Haaaa..? Apa, kak..?"
"Yah, Aku suka kamu..,"
"Suka sebagai apa, kak..,?"
"Maukah kamu menjadi pacarku..,?"
"Pacar..,?"
"Iyah..,"
"............,"
"Mau kan, Wi..,?"
"Bukannya Aku menolak, kak.., tapi kita...,"
"A'.., Apa itu, Wi..,?"
"Aku dan Kak Rian baru kenal 2 minggu lebih. Aku masih ingin kenal kak Rian lebih jauh lagi.., Aku ingin banyak tahu banyak hal tentang Kak, Rian..,"
"Jadi, Wi..,?"
"Beri Aku waktu, Kak..,"
"Mmh..,"
"Kak..,?"
"Berapa lama, Wi..,?"
"Pasti tiba waktunya, Kak..,"
"Mmh.., baiklah, Wi..,"
"Makasih yah, Kak..,"
"Iyah..,"
"Pelan-pelan yah.., jangan ngebut..,"
"Iyah, Wi.., Assalamualaikum..,"
"Walaikumsalam..,"
Aku pun berlalu menjauh dari rumahnya. Dengan sedikit perasaan yang sedih karena malam itu Aku tidak mendapat cinta Dewi. Aku harus lebih bersabar untuk mendapatkan cintanya. Tapi dia memberiku sedikit harapan. Aku akan menunggu saat itu. Tetapi tiba-tiba Aku teringat jika Aku sebentar lagi akan berhenti dari tempatku bekerja. Mungkin Aku harus melupakan harapanku terhadap Dewi.

Aku kemudian membicarakan banyak pesan kepada Kahar sahabatku. Aku ingin dia menyampaikan pesan ku ini kepada Dewi apabila Aku sudah tidak bekerja di perusahaan ini. Kahar hanya bisa terdiam dan berat untuk menyampaikan semua itu. Baginya, pesan ku itu hanya akan menyakiti Dewi. Namun setelah beberapa kali Saya memohon, Kahar mau membantu ku.
Begitu berat terasa ketika kita akan meninggalkan orang yang dicintai. Aku harus melupakan perasaan ku. Meski cuma sesaat, cinta itu begitu indah terasa. Hingga 5 hari terakhir, rasa cinta itu belum berkurang sedikit pun. Mengapa Tuhan mengirim dia di saat Aku mengambil Resign di kantorku bekerja. Aku seakan menyesali keputusanku sendiri.
3 hari sebelum Aku berhenti bekerja. Dewi malah jatuh sakit. Banyak hal yang ingin kusampaikan. Namun semuanya tidak ter sampaikan. Aku pun berjabat tangan dengan semua karyawan perusahaan yang selama setahun ini sama-sama bekerja di perusahaan ini. Aku ingin menghubungi Dewi melalui Handphone, namun Aku tidak bisa melakukan itu. Tanganku seakan berat untuk melakukan niat itu.
Tibalah hari perpisahan dengan semua karyawan kantor ini. Aku tak bisa menahan air mataku. Pak Arifin, Pak Samp, Kahar, dan semuanya. Hanya Dewi yang ingin kulihat di hari terakhir itu. Namun, 3 hari ini dia tak masuk kantor dikarenakan sakit. Kahar menyuruh ku untuk singgah ke rumah Dewi, namun Aku memilih untuk tidak melakukannya. Biarlah Aku pergi dengan membawa cintaku. Biarlah semua ini menjadi kenangan.
2 hari setelah Aku berhenti bekerja. Dewi kembali masuk kantor. Tanpa banyak pertanyaan, dia tidak mencariku. Beberapa hari setelah kehadiranku tidak tampak di kantor, dia mulai mencariku. Saat itu, hanya Kahar yang bisa dia tanyakan tentangku. Pulang kantor, Kahar membawa Dewi ke pantai. Temapt di mana Aku dan Dewi biasa berdua.
"Kak.., kenapa Aku dibawa ke sini..? Katanya mau mengantarku pulang..,?"
"Biasanya, Rian, kan ?"
"Iyah, kak.., dia sakit yah..,?"
"Wi............"
"???"
"Kamu belum tahu, yah ?"
"Tahu apa, kak..,?"
"Maaf, Wi.., ini memang pesannya..,"
"Aku tak mengerti, kak..,"
"Rian sudah Resign..,"
"A....... apa..,?"
"Sebelum kamu masuk sebagai karyawan, Rian sudah mengambil Resign..,"
"Ta.., tapi..,?"
"Dia mengatakan, jika saja dia tahu kehadiranmu akan mengubah warna hidupnya, dia tidak akan mengambil keputusan bodoh itu."
"Kak Rian..," T_T
"Dia ingin bilang maaf, tapi kamu tidak masuk kerja di saat-saat terakhir dia bekerja."
"Kak, antar Aku ke rumah kak Rian..!!!!"
"Maaf, Wi.., dia berpesan untuk tidak membawa mu kepadanya. Dia ingin melupakanmu selamanya. Dia ingin membuka lembaran baru. Itu adalah pesan terakhirnya ketika masih berada di kantor."
"Aku mohon, kak.., !!" T_T
"Maaf, Wi..,"
"Aku sadar, kak.., kalau aku juga mencintainya.., Aku mohon, kak.., bawa Aku kepadanya..," T_T
"Maaf, Wi.., Aku sudah janji pada sahabatku itu.., pantai ini menjadi saksi kalau kalian pernah di sini berdua..,"

Aku pergi bukan karena Aku benci. Tetapi Aku tak ingin terlarut dalam cintanya. Ada hikmah mengapa saat itu dia belum menerima cintaku. Tuhan pasti mengirimkan wanita yang lebih baik bagiku. Tetapi di sisi lain, Aku membuat Dewi menangis. Kata Kahar sahabatku, beberapa hari kemudian, Dewi mengambil Resign dan memutuskan untuk berhenti bekerja. Dia juga ingin pergi untuk melupakan, Sama denganku...........,
THE END
ORIGINAL CONCEPT BY EKO ADRIANTO
MEI 2013
KISAHKU DITAHUN 2010