Senin, 22 Februari 2016

CerpeN

                        

                                                              Perenang Tangguh


                       Hari ini teman teman mengajakku berenang. Bagiku, itu adalah sebuah ajakan sekaligus penghinaan.  Mereka sudah tahu saya tidak bisa berenang malah diajak berenang. Itu sama saja dengan hewan burung disuruh berenang. Hewan kucing disuruh menggonggong. Dan pedagang bakso disuruh beli bakso pedagang bakso lainnya. Mereka pikir saya ini ikan. Yang kerjaan nya berenang tiap harinya.
                       Menurut saya, ikan adalah hewan terhebat di bumi ini. Ini menurut saya. Tak perlu ditanggepin terlalu serius. Apalagi sampe melapor ke Komnasham. Anda sebagai pembaca hanya perlu membaca bukan mengkritik. apalgi kalau sampe saya salah mengetit. Itu hal biasa. Tak perlu dipermaslahkan. Oke..,? Oke sajalah.
                       Ikan hewan terhebat menurut saya didasarkan dari logika saya. Pertama, Ikan adalah hewan yang tak pernah tidur. Sehari sama dengan 24 jam. Saya pernah memasang CCTV di Akuarium ikan tetanggaku. Hasilnya, saya tidak melihat ikan itu tidur sedetik pun. Ikan itu malah berenang muter muter di dalam Akuarium. Benarkan ? Setelah melakukan penelitian itu, Saya jatuh sakit karena tidak tidur seharian disebabkan penelitian konyol yang saya lakukan.
                       Logika saya yang kedua, Ikan itu matanya tidak pernah kelilipan biarpun kemasukan air. Terserah kalian mengatakan kalau logika saya ini logika orang bego. Intinya saya tidak bisa berenang. karena saya bukan ikan. Yang mau berenang itu berarti mau menjadi kayak ikan. Ikan saja tidak pernah mau menjadi manusia. Mereka (ikan) tidak pernah mau seperti manusia yang kerjanya mainin Android, BBM-an, Chatingan, Facebook-an, tiduran di aspal, pedekate, pacaran, bertengkar, putus, dan gitu aja terus sampe Upin Ipin rambutnya gondrong.

                       "Ko.., besok teman teman mau berenang. Mau ikut gak..,?"
                       "Tanpa dijawab, kamu sudah tau jawabannya, Rif"
                       "Oke, kita kumpul jam 9 pagi di rumahnya Andi."
                       "Kampret ! Siapa yang mau ikut..,?"
                       "Tadi bilang gitu..,"
                       "Tidak.., tidak.., Saya tidak bisa berenang..,"
                       "Kenapa, Ko..,?"
                       "Kau mau saya tenggelam..,?"
                       "Kolamnya pendek, ko. Tidak sampai 10 meter kok."
                       "Apa..,? 10 meter.., no.., no..,"
                       "Tidak sampai 10 meter, ko.., tidak sampai..,"
                       "Emangnya berapa meter pastinya..,?" Saya penasaran.
                       "9 Meter lebih 10 Cm."
                       "Sialan lu, Rif"
                       "Hahaha. Ayolah, Ko. Kalau tidak belajar, kamu tidak akan bisa bisa berenang nya. Kalau perlu kamu berenang di kolam anak anak. tinggimya cuma 3 meter kok."
                       "Itu masih tinggi, Rif. Kau mau saya kelelep seperti Titanic..,?"
                       "Ini demi solidaritas teman teman, bro. Kalo gak ada lo gak rame."
                       "Mmh. Gimana, yah..,?"
                       "Ayolah, Ko. Demi teman teman." Arif berusaha membujukku.
                       "Baiklah. Saya ikut. Tapi sediakan pelampung yah, Rif."
                       "Gile lu, Ko. Anak anak aja tak ada yang pakai pelampung."
                       "Kalau tak ada pelampung, siapa yang bisa menjamin keselamatanku, Rif,.,? Saya kan belum nikah, belum punya keluarga, belum punya anak, belum naik haji, belum jalan jalan ke Paris, belum ini itu."
                       "Itu harapan banyak amat. Tenang saja, bro. Kami ada di sampingmu. Kami akan mengajarkan kamu berenang dan memastikan tidak akan terjadi apa apa di sana nantinya."
                       "Oke, Rif. Saya ikut."
                       "Nah gitu dong, bro. Oke besok kita kumpul di rumah Andi. Jangan telat yah, Bro."
                
                       Setelah meyakinkanku, Saya bersedia ikut ajakan temanku Arif.  Saya tau ini ajakan bunuh diri. Tapi saya harus ikut agar teman temanku tak ada yang kecewa. Meskipun nantinya belum tentu saya ikut berenang. Hal ini bertentangan dengan pinsipku. Kalau saya ini bukan ikan.Tapi teman temanku lebih penting dibanding prinsipku sendiri. Mereka lebih berharga dibanding gebetan gebetanku. Asyik.
                       Hari ekesekusi telah tiba. Segala doa doa kupanjatkan demi keselamatanku. Jantungku tak berhenti berdetak kencang. Aku seperti orang yang akan menghadapi musuh di medan pertempuran. Kuminum segelas susu coklat agar lebih relaks. Setelah itu kulangkahkan kakiku menuju rumah Andi temanku.
                       Dalam tiap langkahku aku berdzikir. Aku terus memikirkan betapa mengerikannya kolam renang itu. Aku membayangkan jika Aku tenggelam dan teman teman hanya memandangiku seperti mereka melihat ayam mereka lagi berantem. Tapi semua keraguan itu kubuang. seperti Aku membuang masa laluku bersama mantan yang menyakitiku. Asyik.
                       Kami pergi beramai ramai dengan menggunakan mobil Andi. Dalam perjalanan, Aku hanya terdiam. Dibandingkan dengan teman temanku, mereka semua lagi semangat semangatnya. Aku hanya bisa tersenyum dibalik rasa takutku. Ada kalanya kita harus mengutamakan teman dibanding rasa takut itu sendiri. Pasti ada hikmah dibalik ini semua.
                       Sesampainya di tempat yang dituju, semua temanku bersorak 'Horee'. Betapa bahagianya mereka. Namun, kebahagiaan mereka adalah kebahagiaanku juga. Kuhela nafasku dan bersiap menghadapi semua ini. Semuanya menuju ke tempat ganti pakaian pria. Betapa ramainya tempat ini. Anak-anak hingga kakek kakek berada di tempat neraka ini.
                       Teman-temanku dengan cepatnya berlari dan melompat ke dalam kolam renang. Arif melompat dengan cara bersalto. Andi pun tidak mau kalah. Dai melompat ke kolam renang dengan gaya Pinguin. Aneh aneh saja teman-temanku. Teman teman lainnya juga ikut masuk ke dalam kolam renang. Tinggal Aku yang hanya berdiri di pinggir kolam renang.
                 
                       "Ko..! Ayo lompat." Andi memanggilku yang sedang mengapung seperti katak.
                       "Apa..,? Air nya dingin seperti Es."
                       "Tidak kok. Coba saja." Arif juga mengajakku.
                       "Brrrr. Dingin, Rif...!" Setelah kucelupkan kaki ku ke dalam kolam itu.
                       "Ayok, Ko..," Teman teman yang lain juga menyemangatiku.
                       "Dukkkk" Seseorang mendorongku masuk kedalam kolam.
                       "Byuuurrrr." Dalam sekejap Aku terjun bebas ke dalam kolam.

                       Mataku tiba tiba jadi berkunang kunang. "Tolong tolong !" Teriakku. Teman teman segera menuju ke arahku dan membantu ku mengapung dalam air. Tekanan air membuatku tidak stabil. "Tenang, tenang" Arif berusaha menenangkanku. "Tenang pala lu, Rif" Kaki ku mencoba untuk bergerak gerak dalam air. Tapi tetap saja Aku tak bisa mengendalikan tekanan air yang terus menarikku ke dalam air. Seakan ada monster air yang menarik kaki ku dan ingin memakan ku. temanku pun memutuskan membawa ku ke pinggir kolam renang.
                       Nafasku terengah engah saat kududuk di pinggir kolam. Sialan ! Siapa yang mendorongku masuk ke dalam kolam. Arif mengatakan jika ada seseorang bocah yang sedang iseng mendorongku. Dan ketika kulihat, bocah itu sekarang ada dekat bapaknya. Pengen gue jitak, bapaknya ganteng maminya cantik. Belum lagi kumis bapak bocah sialan itu seakan mengancamku agar tidak macam macam dengan anaknya. Ahh sudahlah.
                       Untuk pertama kalinya Saya setakut ini. Mata dan telingaku kemasukan air. Teman temanku malah Asyik berenang kesana kesini. Mereka sudah seperti ikan yang berenang bebas di air. "Ko, masuk ke sini" Andi mengajakku lagi. "Ayolah, loncat saja." Arif juga memanggilku. Aku pun berdiri dan coba melawan rasa takutku. Kucoba menarik nafasku panjang panjang. Belum kuhembuskan, seseorang menabrakku. Kakek kakek sialan. !!!!!!!!!
                       Byuuuuuur. Sekali lagi gue tercebur ke dalam kolam neraka itu. Benar benar menjengkelkan. Tanpa persiapan Gue kembali lagi meronta ronta dalam kolam air itu. Teman teman segera menolong ku. Mereka membantu dengan menahanku agar tidak tenggelam. Aku coba menggerak-gerakkan kaki ku. Tapi, Aku memang belum mengetahui teknik berenang. Mereka pun membawa ku ke pinggir kolam itu.
                       "Sudah Cukup. Gue mau pulang" Dengan nada sedikit kesal. Kulihat kakek kakek yang menabrakku tadi malah berenang renang seperti ikan Paus. Dia sudah tua tapi keahlian nya masih tampak terlihat. Tapi yang membuatku kesal adalah bocah itu yang membuat kakek kakek itu menabrakku. Ternyata bocah sialan itu yang sengaja agar kakeknya menabrakku. Awas saja kalau suatu hari nanti ketemu di jalan, pastilah kubuat perhitungan dengannya.
                    
                       "Parah tuh, bocah. Kejar kejaran sama kakeknya di tempat begini."
                       "Iyah, Rif. Rasanya pengen kujitak kepala bocah sialan itu." Saya masih kesal.
                       "Sudah, bro. Jangan dimasukin di hati. Namanya juga anak-anak. Ayo berenang lagi." Arif menarik tanganku ke arah pinggir kolam.
                       "Di mana bocah itu, jangan jangan dia lagi merencanakan sesuatu.?"
                       "Tenang, bro. Tuh di sana dekat bapaknya."
                       "Dia lagi memandangiku seakan menunggu kesempatan untuk mengerjaiku."
                       "Tenang saja, bro. Anak itu jauh di sana kok."
                       "Lagi nunggu apa..,?" Suara seorang cewek yang berada di belakang kami
                       "Dukkkkkkk. Byuurrrrrrr." Cewek itu mendorongku bersama arif ke dalam kolam. Benar benar menyebalkan. "Hahahahahaha" Cewek itu tertawa jahat melihatku meronta ronta dalam air. Sekali lagi teman-temanku menolongku. Ini penyiksaan yang beruntun. Ampun, kapok, saya tak mau lagi. Cewek jahat itu masih berdiri di pinggir kolam sambil menertawai ku.

                       "Cowok apaan kayak gitu.? berenang saja tidak bisa.?" Cewek itu meledekku.
                       "Eh, Mak lampir..! Lu sengaja ngedorong kami, yah.?" Arif mulai emosi.
                       "Ah, cemen amat temenmu. Adikku saja bisa berenang."
                       "Ohh jadi bocah yang tadi itu adikmu..,?" Kekesalan ku bertambah.
                       "Yah, begitulah. Tapi maafin dia, yah. Dia memang suka iseng."
                       "Eh kamu sendiri tidak iseng dengan ngedorong kami.?" Arif ikut menimpali.
                       "Okey. Saya juga minta maaf. Maaf karena sudah dengan sengaja mendorong kalian berdua ke dalam kolam. Hahahaha." Cewek itu masih tertawa.
                       "Dasar cewek edan.!"
                       "Sudah, Rif. Kita maafkan saja. Tak apa, kami tidak masukkan ke hati."
                       "Okey, makasih. Ternyata cowok tidak tahu berenang ini orang yang baik. Hahaha" Cewek itu masih cengengesan
                       "Huh." Arif kesal dan segera melompat ke dalam kolam bergabung dengan teman teman lainnya.
                       "Maafkan temanku. Dia orangnya mudah emosi"
                       "Okey. Sebagai ganti permintaan maafku, bagaimana kalau Aku mengajari mu berenang.?"
                       "Apa..,?"
                       "Mengajarimu berenang. Mau, gak.?"
                       "Ka,., kapan..,?"
                       "Tahun depan.! Yah, sekarang lah."
                       "Di.., di mana..,?"
                       "Bagaimana kalau kolam yang di sana?" Cewek itu menunjuk ke kolam anak-anak.
                       "Itu kan kolam anak-anak..?"
                       "Kamu mau kalau kolam di sini.? Kedalaman nya cukup mengerikan, loh."
                       "Tapi...,"
                       "Sudah, yukk" Cewek itu menarik tanganku ke arah kolam anak-anak.
 
                       Tidak tahu apa yang ada di pikiranku saat itu. Tiba tiba saja cewek itu mau mengajarkanku berenang. Teman temanku semua  naik ke permukaan dan memperhatikanku dari jauh. Cewek itu mengajarkanku dengan penuh kesabaran. Tapi sekali kali dia menggertakku dengan kalimat "Ayo lamban, berusaha dong." Dia memegangiku agar saya tetap mengapung dalam air. "Perlahan-lahan gerakkan kakimu" Kata-katanya membuatku semangat untuk terus berusaha dan menjadi pintar untuk berenang. Di lain sisi, anak-anak yang ada dalam kolam itu menertawaiku karena ada orang dewasa berenang di kolam mereka. Menyebalkan.

                       "Eh eh lihat ada cowok di ajarin ama cewek berenang" Suara anak anak di sekitarku .
                       "Iya yah. Di kolam anak-anak lagi. Hahahaha" suara anak anak lain yang menertawaiku.
                       "Sudah, jangan didengerin, namanya juga anak-anak. Hehe" cewek itu berusaha menenangkanku.
                       "Mau tidak mau telingaku tetep mendengar, kan..,?"
                       "Maksud Aku, jangan ditanggepin."
                       "Huh,. baiklah."
                       "Yuk, mulai lagi." Dia masih memegangiku. Megajariku bamyak gerakan dalam berenang. Perlahan tapi pasti, Aku mengetahui banyak hal dalam berenang. Ternyata menjadi ikan itu bukan hal yang buruk. Aku semakin menikmatinya. Terlebih lagi ada putri duyung yang mengajariku. Asyik.
                       Dia perlahan melepas genggaman tangan nya. Aku berusaha mengapung tanpa bantuannya. Dan ketika Aku mulai kehilangan kontrol, dia memeganiku lagi. Dan bgitulah, seterusnya. Teman-temanku sudah selesai berenangnya dan mereka bersantai di kantin pemandian itu. Mereka semua masih saja memandangiku sambil tersenyum senyum dari kejauhan.
                       Semangatku masih ada. Tanpa kenal lelah Aku terus berusaha. Cewek itu mulai kelelahan mengajariku. Adiknya yang tadi menjaili ku masih saja menertawaiku. "Papa, mama, lihat kakak ngajarin gorilla berenang. Hahahahaha". Sialan tuh bocah, ngatain gue gorilla. Untung aja kakak lu baik kalo tidak, sudah gue Smack down lu. pikiranku saat itu.
                     
                       "Sekarang, kita coba di kolam dewasa,yuk."
                       "Apa kamu tidak capek..?"
                       "Hari ini kamu harus bisa."
                       "Tapi,..."
                       "Ayuk." Dia menarik tanganku menuju kolam dewasa. Sesampainya di pinggir kolam, dia mendorongku masuk ke dalam kolam. Byuuuuur. "Ayo berusaha lah."

                       "Tolong-tolong." Aku berusaha berteriak sambil meronta-ronta di dalam kolam.
                       "Papa, mama, gorilla nya kelelep. Hahahaha." Bocah itu menertawai ku bersama papa mami nya."
                       "Gila tuh, cewek. dia mau nenggelemin Fiko." Arif bergegas menuju ke kolam renang.
                       "Stop.! Jangan ada yang nolongin. Biarkan dia berusaha sendiri." Cewek itu menahan semua teman temanku.
                       "Heh Mak lampir, temanku itu lagi......"
                       "Lihatlah....," Cewek itu menunjuk ke arahku.

                       Tak bisa kupercaya. Akhirnya Aku bisa berenang. Aku berhasil mengapung. Aku benar benar berhasil. Cewek itu berhasil mengajariku. Teman teman terkejut melihatku yang bisa berenang. Aku pun sangat senang bisa melakukan nya. Aku lihat wajah wanita itu yang sedang tersenyum kepadaku. Tapi karena kehabisan tenaga, Aku mulai kehilangan kontrol. Saat itu barulah cewek itu mengatakan "Heh sekarang tolong temanmu!"
                          
                       "Terlalu semangat lu, bro."
                       "Hehe.., yang penting bisa berenag. Asyik."
                       "Cewek edan itu hebat juga yah, Ko."
                       "Huss. Dia wanita yang baik kok, Rif. Di mana dia sekarang."
                       "Noh di sono ama keluarganya."
                       "Aku harus berterima kasih, Rif." Aku pun berdiri dan berjalan menuju cewek itu.
                       "Makasih banyak." Kusodorkan tanganku ke wanita itu.
                       "Iya sama-sama." Dia tersenyum manis kepadaku.
                       "Tapi, makasih nya karena apa..,?"
                       "Sudah mau memaafkan adikku dan saya sendiri. Hehe."
                       "Tak apa-apa kok.Hahaha"
                       "Oh iyah, maafkan kakekku juga. Dia juga terlibat, kan? Hehehe."
                       "Oh, iyah.., Ngomong-ngomong nama kamu siapa..,?" Aku penasaran.
                       "Mmmh."
                       "Siapa..,? Kamu punya nama, kan..,?"
                       "Mmh. Suatu hari nanti kamu akan tahu."
                       "Apa itu artinya kita akan bertemu lagi..,?"
                       "Sebenarnya Aku hanya jalan-jalan ke kota ini. Minggu depan sudah balik, kok. Hari ini cuma berenang bersama keluarga."
                       "Yahh jadi tidak bisa ketemu lagi, dong..?"
                       "Suatu hari nanti. Aku janji."
                       "Janji..,?"
                       "Iyah. Saya pasti tepatin. Kalau saya ke sini lagi, kamu sudah harus mahir berenang dan menanyakan nama mu juga. Bisa.?"
                       "Pasti. Saat itu Aku juga bisa tahu namamu, kan..,?"
                       "Iyah. Dan semua tentangku akan kamu tahu. Hehehe."
                       "Baiklah. Aku pegang janjimu itu. Aku akan menunggu. Sampai kapanpun Aku akan menunggumu. Dan makasih untuk hari ini. Banyak pelajaran yang kudapatkan."
                       "Hehe. Sama-sama" Dia tersenyum manis padaku.

                       Dia pun berlalu meninggalkanku. Dia berkemas dan pergi bersama keluarganya. Adiknya yang jail itu sempat berbalik dan meledekku. Aku hanya tersenyum. Meskipun adiknya sejail itu, Aku malah bersyukur. Karena perbuatan bocah itu Aku bisa mengenal sedikit tentang kakaknya. Apakah ini yang namanya jatuh cinta pada pandangan ppertama ? Dia benar-benar tenggelam di pikiranku. Asyik.
                       Kami pun pulang ke rumah masing-masing. Aku masih tak bisa melupakan kejadian hari ini. Aku berharap bisa berjumpa dengan wanita itu lagi. Ternyata selalu ada hikmah dari kejadian-kejadian yang kita alami. Dan hikmah yang kudapat hari ini begitu membuatku bersyukur. aku tak akan pernah lagi mengeluh. Aku harus bisa menghadapi apapun yang ada di depanku.
                       Hari demi hari kulalui. Tiap minggunya kami pergi berenang. Yang selalu kucari di tempat renang itu hanya wanita itu. Aku terus mencari dan menunggu. Kadang Aku lah yang mengajak teman-temanku berenang. Tapi apa yang kucari dan kunanti tak pernah kudapatkan. Hingga Setahun pun berlalu. Aku masih menunngu kehadiran nya.
                       Hingga pada suatu hari Aku menonton Televisi bersama kucingku si Kuman. Pada saat itulah Aku terkejut. Wanita yang ingin kutemui itu adalah pemenang medali emas SEA GAMES untuk renang gaya bebas. Dia berhasil mengharumkan nama Indonesia untuk olahraga renang. Saat itu juga Aku tahu namanya. Aku tidak menyangka jika yang mengajarkanku berenang dulunya adalah seorang calon juara. Saat gadis itu diwawancarai dia mengatakan ini.

                       "Untuk seseorang yang menonton ini. Tunggulah Aku. Aku akan segera datang dan menanyakan namamu. Dan Aku ingin bilang, Aku Cinta kamu. Mmmuah."
                   
                       Kalian lihat itu, Dia bilang cinta padaku loh. Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Semua ini sudah ada yang ngatur. Saat itu juga Aku sujud syukur seperti pemain bola habis nyetak gol. Aku melihat wanita idamanku itu menangis dalam TV. Dia menangis bahagia bisa mengharumkan nama Indonesia. Aku juga bahagia karena dia cinta padaku. Asyik. Pengen rasanya memeluk TV ku. Aku semakin semangat menunngunya datang seeperti janjinya. Tapi belum puas kumemandangi wanita idamanku di TV, mati lampu terjadi. "Pett" Gelap tiba-tiba mengelilingiku. Tak ada yang kebetulan di dunia ini. Ini ulah PLN yang matiin. Iya kan, Kuman? "Ngeoong" Kucingku menyaut.


                                                            THE END
                                          Original concept by Eko Adrianto
                                                        22 Februari 2016