Rabu, 18 Oktober 2017

CerpeN

                 


                                                                    In Classroom..!!


                       Hoaaam.., pagi ini sekolah lagi.., Aku sering ngedumel sendiri.., Senin jadi hari yang agak menyebalkan setelah kemarinnya libur.., Apalagi hari ini pelajaran yang agak menguras otak.., jam 7:30 pelajaran Matematika, jam 9:00 dilanjut bahasa inggris. Setelah istrahat dilanjutkan pelajaran kimia dan terakhir pelajaran fisika. Apa tidak mampus tuh otak gue.
                       Untungnya otak gue sudah pentium 10. Otak yang mampu bersaing di kelas IPA. Sebagian teman-temanku sudah hijrah ke kelas IPS karena ketidakmampuan otak mereka. Terkadang ada yang kepalanya berasap, hidungnya mimisan, sakit kepala kanan dan kiri, batuk kronis, jantungan, dan penyakit-penyakit lain karena terlalu tertekan dalam pelajaran IPA. Karena itu kebanyakan dari mereka pindah ke kelas lain. Terkadang ada yang pindah ke planet lain. Ups bercanda. Hehehe.
                       Kelasku hanya dihuni 25 siswa. 10 anak laki-laki dan selebihnya perempuan. Berapakah jumlah siswa di kelas sebelah..,? ( gitu tuh pertanyaan Matematika). Pertanyaannya bikin bingung, bikin mual, bikin mau muntah. Tapi karena sudah biasa, kami sudah terbiasa dan terus berusaha belajar lebih baik lagi. Kami yang tetap bertahan adalah murid IPA terbaik yang masih sanggup bersaing.
                       "Wah ada tugas kimia, nih."
                       "Santai, Kido. Ada Rahel siswi terpintar kimia di kelas kita."
                       "Gile lu, Fik. Santai bener lu..,?" Kido agak kesal.
                       "Iya yah. Sampai kapan kita menyontek tugas Rahel ?"  Rahmed menambahkan.
                       "Maaf yah, temen-temen, saya juga belum mengerjakan tugasnya. Semalam saya sakit maag. Jadi saya cepet tidur." Rahel mengelurkan alasan tidak masuk akal.
                       "Parah lu, Hel. Kamu tahu kan pak Kumis, eh pak Iskandar galaknya minta ampun..? lu mau kita sekelas dihukum pindahin nih kelas ke pulau bali..?" Kido semakin kesal.
                       "Eh santai aja lu. Gini nih reaksi orang gak ngerjain PR. Jangan nyalahin Rahel, dong."
                       "Cieeh yang belain Rahel, cieeeh." Rahmed meledek.
                       "Eh, Med.! Berisik lu !!" Saya agak kesal.
                       "Jadi gimana nih, Fik.?" Rahel merasa bersalah.
                       "Kita hadapi bersama-sama teman.! Kesalahan ini kita tanggung bersama. Bagaimana? Kalian setuju..,?"
                       "Setuju" Semua siswa dan siswi menyetujui usul ku ini.
                       Bel Istrahat pun berbunyi. Setelah pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris kami lewati, giliran pelajaran kimia yang menanti setelah jam istrahat. Pak Iskandar Segera memasuki kelas kami dan duduk di bangku guru. Dia memang selalu begitu, dia tidak ingin melihat ada siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah di kelas. Karena itulah jam istrahat dia mangkal di kelas yang mau dia ajar.
                       Saya adalah orang yang paling pertama memasuki kelas sedangkan bel istrahat belum berakhir. Saya melihat pak Iskandar menulis sesuatu di buku nya. Sesekali pak Iskandar melirikku dengan tatapan tajamnya. Saya hanya terdiam membisu. Apa yang harus kukatakan tentang tugas yang tidak selesai satu kelas ini. Sebagai ketua kelas saya harus bisa menanggung semua ini.
                       Kido masuk ke kelas dengan membawa kopi. Ada yang berbeda sebelumnya. Biasanya, kopi yang akan diminum pak Iskandar dibawa oleh Pak Soleh. Tapi ntah kenapa Kido yang membawakannya. Setelah itu, Kido datang menghampiriku dan duduk di sebelahku. Tak lama setelah itu, bel Istrahat berakhir dan semua siswa dan siswi masuk kelas masing-masing.
                       "Baiklah murid, keluarkan tugas kalian !!" Suara pak Iskandar seperti Speaker pecah.
                       "........................" Keadaan kelas menjadi hening.
                       "Taufik !! Kumpulkan tugs teman-temanmu. !!" Pak iskandar memberi perintah.
                       "Ta.., tapi, pak....."
                       "Ughh, ke,kenapa Saya ngantuk begini,,,,?"
                       "?????" Satu kelas keheranan.
                       "Pak..? Kenapa, pak..?" Saya agak kaget melihat keadaan pak Iskandar
                       Pak Iskandar segera duduk di tempat duduknya dan langsung roboh. Sentak kami segera menghampiri pak Iskandar yang duduk tak berdaya di tempat duduknya. Seisi kelas menjadi panik dan tidak tahu harus berbuat apa. Saya sebagai ketua kelas menyuruh seseorang menutup pintu kelas. Ntah apa yang terlintas di kepalaku saat itu.
                       "Gile lu, Fik. ! Kenapa pintunya malah ditutup..,? Kido sangat panik.
                       "Guru kita terbunuh !!" Itulah jawaban spontanku.
                       "Haaaaaah...?????!!" Seisi kelas menjadi heboh.
                       "Plakkkk !! " Rahel menamparku
                       "Duh, Kamu napa sih, Hel..,? Tiba-tiba nampar gue?"
                       "Pak Iskandar hanya tertidur, Fik." Rahel menjelaskan.
                       "Darimana kamu tau, Hel?" Rahmed gemetaran.
                       "Pak Iskandar masih bernafas tuh. Itu sudah membuktikan kalau pak iskandar masih hidup, kan..,?" Rahel mencoba menenangkan teman-teman yang panik.                                                                       "Bagaimana kalo pak Iskandar mati dan pura-pura bernafas..,?"
                       "Plakkkkk!!!" Rahel menamparku lagi.
                       "Kamu jangan bikin panik gini, Fik. Kalo pura-pura mati yah masuk akal, kalo pura-pura bernafas ? Duhhh." Rahel menggeleng-gelengkan kepalanya.
                       "Lalu.? Apa yang membuat Pak Iskandar tertidur?" Rahmed kebingungan
                       "Kopi itu..,,." Saya menunjuk ke arah kopi yang diminum pak Iskandar.
                       "Kopi???" Semua siswa melihat kearah kopi di gelas yang diminum pak Iskandar
                       "Dimana-mana kopi bikin kita melek, kok bikin orang tertidur?" Kido memberi penjelasan.
                       "Ini,..," Rahel mengambil segelas kopi itu dan mengamatinya.
                       "Kenapa, Hel..?" Saya sedikit penasaran.
                       "Kopinya dicampur obat tidur."
                       "Haaah?" Semua siswa terkejut.
                       "Obat tidur apaan, Hel..,?"
                       "Rohypnol. Obat tidur itu dimasukkan ke gelas ini. Dan diminum pak Iskandar. Hasilnya kalian lihat sendiri."
                       "Ini seperti kasus kopi Sianita"
                       "Sianida, Med, bukan sianita!!"                                                                                                  "Eh lu kate guru kita is dead..? Cuma tertidur, tertidur oi."
                       "Jadi gimana, nih..?" Rahel ikut panik.
                       "Saya tau pelakunya..,"
                       "Haaaaaaa...?" Semua siswa menganga.
                       "Pasti kamu kan, Kido !!!!!!!"
                       "Apaaaa????" Semua mata tertuju ke Kido
                       "Eh, Dadar ! Jangan asal nuduh dong.!"
                       "Iyah nih, Fik. Kok kamu nuduh Kido.?" Rahel menyelah
                       "Karena Kido lah yang mengantar kopi itu kepada pak Iskandar.                                                 "Eh...,?" Kido tersentak.
                       "Apa pembelaanmu, Kido..,?"
                       "Eh, Fik !!!" Meskipun saya tidak suka pelajaran Kimia, Saya tak mungkin melakukan itu. Memang Pak Iskandar galak, kejam, sadis, berkumis, bau asem, tapi saya tetap sayang guru kita itu. Saya juga tidak tahu menahu tentang namanya obat tidur. Lagipula, sebelum saya mengantarkan kopi itu, Rahmed lah yang menyuruhku membawakan kopi itu ke pak Iskandar."
                       "Rahmed....?" Semua mata kini tertuju kepada Rahmed.
                       "Apa pembelaanmu, Med...?"
                       "Saya juga tak mungkin melakukan itu. Saya tidak suka pelajaran kimia bukan berarti saya tidak suka guru nya. Pak Iskandar memang kadang menyebalkan, ngeselin, crewet tapi itu bukan alasan untuk menjaili nya dengan memasukkan sesuatu ke gelas kopi pak Iskandar. Tadinya saya mau membawakan kopi itu langsung ke pak Iskandar, tapi saya lupa mengambil uang kembalian di kantin dan kebetulan ada Kido, jadi saya suruh dia meneruskan kopi itu ke pak Iskandar. Tapi, sebelum segelas kopi itu pindah ke tangan saya, Rahel lah yang menyerahkan kopi itu kepada saya."
                       "Sretttt" Semua mata kini tertuju kepada Rahel
                       "Ihh, napa kalian semua menatapku seperti itu...?" Rahel jadi gemeteran.
                       "Yang paling tahu tentang kimia adalah Rahel. Dia juga tahu reaksi apa yang terjadi jika obat tidur dicampur dengan kopi. Apakah akan meenyebabkan sesuatu yang berbahaya atau tidak. Jadi kita bisa menyimpulkan jika pelakunya adalah Rahel" Saya menyimpulkan
                       "Fik, Apakah dibalik wajahku yang imut dan cantik ini akan melakukan itu? Saya ini siswi kesayangan pak Iskandar. kenapa saya mau melakukan itu kepada guru yang meyakini kemampuanku menguasai pelajaran kimia yang dia ajarkan ? Saya tahu itu obat tidur Rohypnol karena kemampuan ilmu ku, bukan karena sayalah pelakunya. Awalnya, pak Soleh akan membawakan kopi itu, Saya pun menawarkan kepada pak Soleh untuk mengantarkannya kepada pak Iskandar. Saya tertarik dengan gambar gelas kopi pak Iskandar yang bermotif kupu-kupu. Di tengah perjalan menuju kelas ini, Nayla memintaku menemaninya ke toilet, jadi saya menyerahkan segelas kopi itu kepada Rahmed yang kebetulan saat itu sedang ngegombalin Nayla."
                       "Ribet, deh.. Jadi pelakunya siapa ? Pak Soleh...?"
                       "Alasan pak Soleh melakukan itu apa coba..?" Rahmed menimpali
                       "Cinta ditolak kali, yah?"
                       "Hush,., kamu ada-ada aja Kido. Tak mungkin Pak Soleh nembak Pak Iskandar, kan? Kalau kasusnya seperti itu, ngapain juga pak soleh tidak sekalian saja ngeracunin pak Iskandar.?"
                       "Tunggu dulu, pak Soleh ke Rahel. Rahel ke Rahmed, dan rahmed ke Kido. Jarak antara ruang BP dan kelas kita ini sekitar 100 meter, berapakah langkah kaki pak Iskandar?"
                       "Eh, Fik.!! Bukan saatnya pelajaran matematika!!!!"
                       "Apa yang harus kita lakukan sekarang.?"
                       "Tenang, Med.., kita harus tenang..," Saya berusaha menenangkan teman-teman.
                       "Tenang pala lu, fik. Yang sempat memegang gelas kopi itukan termasuk saya."
                       Saya mencoba memikirkan cara terbaik menghadapi masalah ini. Sebagai ketua kelas dan kandidat cowok keren sesiswa IPA, saya harus menemukan jalan keluarnya. Jika hal ini diketahui kelas sebelah apa yang harus kami jelaskan? Dan jika kami hanya diam saja, takutnya akan terjadi hal yang lebih buruk lagi. Kutarik tangan Rahel dan berjalan ke sudut kelas.
                       "Eh, Fik. Santai aja dong, gak perlu seromantis ini, kan.?"
                       "Hel, saya serius nih..,"
                       "Apa? Kamu nembak Aku?" Rahel membesarkan suaranya. Semua mata tertuju pada kami.
                       "Ti, tidak ! Kalian salah paham. Saya belum bilang apa-apa loh. Hel !!!"
                       "Hehe.,. napa, Fik?"
                       "Kamu kan ahli kimia, di kelas kita, hanya kamu satu-satunya yang paling paham pelajaran kimia. Karena itu, tolong jelaskan reaksi  yang terjadi jika kopi dicampur obat tidur apa yang akan terjadi?"
                       "Jika kamu ingin tahu, kenapa kamu tidak mencoba meminum sisa kopi pak Iskandar?"
                       "Benar juga, yah?"
                       "Fik... sebenarnya...,"
                       "Baiklah, saya akan meminum sisa kopi pak Iskandar"
                       "Fik..." Saya mengabaikan Rahel dan segera menuju meja pak Iskandar dan bersiap meminum sisa kopi pak Iskandar.
                       "Eh, Dadar !! Mau ngapain, lu?"
                       "Saya akan meminum ini, Kido"
                       "Gile lu, Fik...!"
                       "Kenapa..?"
                       "Kalo pak Iskandar bangun dan nanyain siapa yang minum kopinya, lu mau nanggung jawab?"
                       "Eh Taplak!! Saya mau mencoba kopi ini agar tahu reaksi apa yag terjadi."
                       "Yah pasti tidurlah, tuh pak Iskandar tertidur, kan?"
                       "Rahmed, jika terjadi hal yang lebih buruk, gantikan saya sebagai ketua kelas, yah."
                       "Kebanyakan nonton film nih, anak" Rahmed menggeleng-gelengkan kepalanya
                       "Fik, jangan!!!" Rahel berteriak.
                       "Jadi ? Kamu mengakuinya, Hel?"
                       "Haaaah?" Semua mata tertuju kepada Rahel
                       "Hahahahahahahahaha" Pak Iskandar tiba-tiba terbangun sambil tertawa. Seisi kelas tiba-tiba menjadi heboh. Ada yang berteriak histeris, ada yang berlari ke sudut kelas, mereka semua terkejut karena pak Iskandar tiba-tiba terbangun dan langsung tertawa.
                       "Pak? Bapak tidak apa-apa?"
                       "Baik murid-murid, kembali ke tempat masing-masing." perintah pak Iskandar
                       "Pak?" Saya masih keheranan.
                       "Rahel, berdiri di samping bapak." Pak Iskandar memanggil Rahel
                       "Iyah, Pak."
                       "Murid-murid, Rahel adalah siswi kesayangan bapak. Sebelumnya saya minta maaf karena sudah merencanakan semua ini."
                       "Maksud, bapak?"
                       "Kami berdua sudah merencanakan semua ini. Iyah kan, Rahel.?"
                       "Iyah, pak."
                       "Rahel?" Saya masih kebingungan
                       "Pertama, untuk Kido. ! Tenang saja, nak. Saya tidak mendengar apa yang kamu bilang kalau bapak ini kejam, sadis, galak, berkumis dan bau asem. Bapak hanya mendengar jika kamu sayang dengan guru-guru mu."
                       "A.., aa.., ampun, pak..!"
                       "Kedua, Rahmed.! Kamu memang tidak suka pelajaran bapak, tapi kamu tetap suka cara bapak mengajar. Tenang saja Rahmed, bapak juga tidak mendengar jika kamu mengatakan bapak ini kadang menyebalkan dan crewet."
                       "Maaa, maaf, pak." Rahmed sangat gemetaran.
                       "Dan untuk Taufik. tanggung jawabmu sebagai ketua kelas sangat baik. Dengan membuat sebuah masalah tidak sampai keluar kelas, itu adalah jalan terbaik. Dan assal kalian tahu, di gelas kopi bapak ini tidak ada apa-apa."
                        "Jadi..,? Ini hanya rekayasa, pak?"
                        "Yaph. Begitulah."
                        "Tapi, pak. Rahel tadi mengatakan jika di gelas bapak ada obat tidur?"
                        "Saya sudah bekerja sama dengan Rahel untuk hari ini. Sengaja bapak menyuruh Rahel mengatakan kepada kalian jika tugas kimia nya belum selesai karena bapak ingin tahu seberapa besar harapan kalian terhadap Rahel yang satu-satunya menjadi harapan kalian tiap ada tugas kimia yang bapak berikan kepada kalian. Dan ternyata kalian tidak bisa apa-apa tanpa Rahel."
                         "................" Seisi kelas menjadi hening melihat sosok Rahel yang berdiri di samping pak Iskandar.
                         "Rahel ini murid kesayangan bapak.., kalian harus bangga punya teman secerdas dia.., Aktingnya juga sangat meyakinkan.., bisalah nanti dia jadi bintang film..," Pak guru menambahkan.
                         "Hehehe.." Rahel tersenyum manis.
                         "Selain Rahel, semuanya bapak jemur di depan kelas..!!"
                         "What....????" Dasar Pak Kumis.....!!!! 





                                                                                    The End
                                                     Original Concept by Eko Adrianto
                                                                     18 Oktober 2017
 



                       







2 komentar: