BAD DAY
Hari ini adalah puncak dari demo besar-besaran mahasiswa. Setelah keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM, tidak disetujui oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Kami sebagai mahasiswa, akan menjadi wakil masyarakat yang menentang keputusan tersebut.
Namaku adalah Dodot, kuliah di UNHAS MAKASSAR FAKULTAS EKONOMI. Saya sudah semester 6 dan sebentar lagi selesai. Beberapa hari yang lalu, Saya dan teman-teman berencana untuk berdemo hari ini. Serentak di seluruh Indonesia. Kami berjalan atau Long March dari UNHAS hingga balai kota. Beneran cape,deh !!!
Awalnya, kami ingin pemerintah mendengarkan Aspirasi kami. Kami juga menuntut agar pemerintah tidak jadi menaikkan BBM. Karena kenaikan BBM, akan mempengaruhi harga-harga bahan pokok . Ada yang bertanya, apa hubungannya ? Jawabannya cukup simpel. Produksi dan Distribusi bahan pokok, menggunakan Transport. Transport menggunakan BBM. Karena harga BBM naik, maka harga Transport juga naik. Karena harga Transport naik, maka otomatis harga barang-barang Produksi dan Distribusi juga ikut naik. Itu jawaban dari tukang becak yang kutemui. Tukang becak saja tahu.
Sesampainya di depan Gedung Balai Kota, teman-teman menarik tanganku. Dia adalah Enal dan Gerry. Kami membicarakan strategi layaknya strategi perang. Kami yang hampir berjumlah seribu orang dari berbagai fakultas akan berdemo dengan tertib dan damai. Tapi..,
"Dot, kamu maju dari sayap kanan !"
"A, apa ?"
"Iya, kamu di kanan dan Gerry di kiri..,"
"Apa maksudmu ?"
"Kita akan bentrok ! Kita sudah merencanakan semua ini !"
"Rencanakan ? Kenapa saya tidak diberi tahu ? Kalian ingin menerobos ke dalam Balai Kota ?"
"Yah.., kita butuh pengorbanan..,"
"Heh ! Itu bukan pengorbanan, tapi Provokator !"
"Dot ! Masyarakat percaya kita !"
"Betul, Dot ! Ini seperti Catur, dan kamu harus rela menjadi Pion..,"
"Pion !? Yang benar aja !!"
"Ayolah, Dot ! Kamu menyerang dari kanan, Gerry dari kiri.., terakhir, Aku dan sisanya akan maju dari tengah..,"
"Heh ! Tunggu dulu ! Kita ini dari Fakultas Ekonomi, Bukan Fakultas Bentrok !!"
"Yah,,, Kau benar ! Kita harus memperjuangkan perekonomian masyarakat.. apapun cara itu, harus kita lakukan.., meskipun itu bentrok dengan Aparat keamanan..,"
"Enal ! Lihat di depan ! Jumlah Polisi Anti Huru-Hara hampir lebih ratusan ! Belum lagi kendaraan Water Cannon di belakangnya ! Kau ingin Saya jadi Pion atau makanan empuk ?"
"Dot, Kau hanya perlu membawa sebagian mahasiswa untuk menerobos pagar Polisi itu.., Sisanya, kami yang selesaikan..,"
"Kau ingin apa ?! Membakar Balai Kota ? Atau menculik para pegawai di dalam dan meminta tebusan ?"
"Dot, kita ini mahasiswa biasa.., ke kampus dengan biaya pas-pasan.., kita akan semakin susah..,"
"Betul Dot, kamu mau naik angkot, bayar lima ribu, trus tidak ada kembaliannya karena harga BBM naik ?"
"Iyah yah.., kembaliannya mash ada dua ribu Rupiah..,"
"Nahh ! Hari ini kita harus perjuangkan jangan sampai harga BBM naik..,"
"Heii ! Tunggu dulu ! Kalian berdua kan naik motor ke kampus !"
"Aduhh, justru itu kami akan berusaha memperjuangkanmu !"
"Hupfh.., baiklah.., berapa mahasiswa yang ada di belakangku ? Seratus ? Duaratus ? Limaratus ?"
"Dua puluh..,"
"Apa ??!! Kau gila, Enal ? Itu bunuh diri !!"
"Kalian cuma Pion.., dobrak barisan Polisi itu.., dan kami akan menyusulmu..,"
"Glekk.., baiklah.., atas nama rakyat.., Aku akan berkorban..,"
Aku berdiri paling depan di sayap kanan posisi para mahasiswa. Dengan atau hanya dua puluh orang di belakangku. aku akan menjadi pemimpin penyerang di sebelah kanan dan Gerry di sebelah kiri. Kami hanya akan menjadi penerobos barisan polisi yang berdiri di depan kami. Para polisi itu menggunakan Tameng pelindung dan memegang sebuah Pentungan.
Teman-teman ! Hari ini ! Semuanya akan di tentukan di sini ! Kita pasrah berarti kita kalah ! Kita kalah, berarti harga BBM naik ! Aku, Dodot ! Akan memimpin kalian untuk menerobos barisan polisi di depan kita ! Maju !!!!!!!!!!!!"
Aku menggunakan Helm untuk menjaga kepalaku. Aku berlari sekencang-kencangnya ke arah barisan polisi dengan membawa sebuah Rotan. Para polisi itu memasang kuda-kuda posisi bertahan.
Jarak antara para polisi dan mahasiswa hanya 100 meter. aku menoleh ke kiri, tapi Gerry tetap saja berdiri dan tidak bergerak. Kemudian Aku menoleh ke belakang. Tak satupun dari dua puluh anggotaku itu juga bergerak. Aku yang tinggal berjarak 20 meter dari barisan polisi itu, jadi terhenti. Tangkap Provokator itu !! Suara polisi itu mengisyaratkan agar anggotanya menangkapku. Terpaksa Aku kembali berlari ke kerumunan para mahasiswa.
Celakanya, Kedaraan Water Cannon itu menembakkan air ke arahku dan membuatku terjungkal jatuh. Aku tetap berusaha bangkit dan berlari dari kejaran para polisi itu. kalau sampai tertangkap, bisa-bisa Aku bonyok di hajar polisi.
Enal sialan ! Gerry Kurang ajar ! Mereka berdua mengerjaiku ! Aku seperti orang bodoh yang maju ke medan perang sendirian. Badanku sudah basah kuyup. Untung Polisi-polisi itu tidak menemukanku. Semua mahasiswa yang berada di situ menertawakanku.
"Selamat Ulang Tahun !!"
"A, apa ? Jadi ?"
"Sorry, bro.., hahahahahahaha..,"
"Sebagian mahasiswa sudah merencanakan ini.., hahahahahahaha..,"
"Enal ! Gerry ! Kalian !!!!"
"Hey ! Jangan marah, dong !! Kan lagi Ulang Tahun !! Haahahahaha.."
"Kejutannya terlalu mengerikan !! Kalian ingin saya mati ??"
"Jangan marah yah,,, kan lagi Ulang Tahun "
"Huh !! Terlalu..,"
"Hahahahahahahahahaha..,"
Semuanya tertawa. Mau apa lagi ? Aku mau marah, tetapi ini semua kejutan. Ternyata teman-teman tahu jika hari ini Ulang Tahunku. Kejutan mereka membuatku merasa bodoh sendirian. Kejutan Ulang Tahun yang belum pernah ada sebelumnya. Akhirnya demo itu berjalan baik tanpa adanya Anarkis. Tetapi ke esokan harinya, fotoku berada di halaman pertama dengan Headline berjudul 'Mahasiswa Yang Bosan Hidup'.
THE END
Minggu, 29 April 2012
Senin, 23 April 2012
CerpeN
Back Home
Tiba waktunya untuk membayar uang Kos bulan ini. Setelah hampir setahun Aku nge kos di Surabaya, Bulan ini adalah terakhir kalinya Aku berada di sini. Setahun menjadi guru private untuk keponakanku di Surabaya.
Namaku Reza, Aku adalah Sarjana Komputer STMIK DIPANEGARA Makassar. Dari sistem hingga Teknik Komputer, Aku kuasai. Karena itu, keluargaku yang di Surabaya memanggilku untuk mengajari anaknya untuk tahu lebih tentang komputer.
Kontrak kerja dengan keluargaku memang hanya setahun. Aku digaji plus uang transport. Jarak tempatku mengajar dari rumah Kos hingga rumah keponakanku, kira-kira 10 km. Itu hanya kira-kira, yang pastinya, Aku tidak tahu.
Pemilik rumah Kos itu, namanya Bu Tuti. Kalau di Makassar, Tuti itu singkatan dari Tukang Tipu atau Tukang Tidur. Tetapi, Aku tidak berani bicara begitu di sini. Apalagi saat ini ada undang-undang tentang pencemaran nama baik. Kira-kira begitu.
"Ohh, Dek Reza.., jadi ? Bulan ini terakhir kamu di sini ?"
"Iya, Mba.., keluarga saya di Makassar sudah rindu.., apalagi pacar saya, Mba..,"
"Ohh.., Dek Reza juga punya pacar toh ?"
"Iya, Mba..,"
"Saya kira Dek Reza ini Joker..,"
"Joker ? Apaan tuh, Mba..,?"
"Jomblo keren.., hehehe..,"
"Hahaha.., sebelumnya saya minta maaf, Mba.., terima kasih untuk setahun ini..,"
"Tidak apa-apa.., nanti jalan-jalan lagi ke sini.., Kos ini terbuka untuk Dek Reza..,"
"Iya.., pasti itu, Mba..,"
Ibu Tuti memiliki banyak Kos-kosan. Tempatku ngekos saat ini adalah khusus laki-laki. Temanku yang juga satu Kos denganku bernama Rangga. Dia orang yang bergelimangan harta. Tetapi lebih suka nge kos. Katanya, dia ingin belajar mandiri (Mandi Sendiri).
Malam itu, Aku menelpon pacarku yang berada jauh di Makassar. Namanya Nurfa. Rambutnya pendek sebahu dan cantik banget. Kira-kira begitu. Itu penilaianku dan seperti yang kukatakan tadi, kira-kira begitu. Aku sudah janji padanya akan pulang bulan depan. Katanya, dia rindu padaku. Itu katanya.
Hujan turun malam itu. Rangga lagi asyik main Playstation di kamarnya. Maklum, orang kaya. Di dalam kamarnya ada gitar, laptop, kulkas, televisi 29 inch dan barang-barabg mewah lainnya. Kamarnya seperti kelas VIP lengkap dan sempurna.
Kamarku ? Aku tak akan mengatakannya. Meskipun hanya ada kasur dan lemari pakaian. Biaya yang harus kubayar juga tidak mahal. Jika Aku butuh hiburan, Aku tinggal ke kamar Rangga. Pinjam ini pinjam itu, dan Rangga sangatlah baik.
Hujan belum juga reda. Udara dingin seakan menusuk tulangku. Baru saja Aku akan ke kamarku, terdengar suara kucing 'mengeong' di depan rumah Kos ku. Ku buka pintu dan ku temukan seekor anak kucing sedang basah kuyup di atas keset kaki.
"Eih.., kasihan..,"
"Ngeong.., ngeong..,"
"Iya, ayo masuk, sini..!"
"Ngeoong..,"
"Kamu ngomong apa ?"
"Ngeoong, ngeoong..,"
"Mmh, sini Aku gendong..,"
Kupeluk dan kugendong anak kucing itu. Kubawa masuk di kamarku dan kukeringkan badannya dengan pakaianku yang akan kucuci besok. Ekspresi wajahnya begitu tenang. Dia sedang memikirkan apa ? Dia tetap tenang dan diam di atas kasurku. Warnanya bagus. Coklat bagian atas dan putih di bagian bawah. Kuambilkan makanan untuk anak kucing yang kuberi nama Copu itu.
Ke esokan paginya, Aku sarapan bersama Copu. Aku hanya makan Roti dan segelas susu coklat. Aku mengira, Copu tidak suka makan roti, tapi ternyata dia juga suka. Kubelai kepalanya dan Aku katakan akan pergi dulu untuk mengajar. Sore Aku kembali.
Sore harinya, Copu sudah menungguku di depan pintu. Dia seakan menyambutku. Aku sangat senang melihat kucingku itu. Dia menggesek-gesekkan badannya di sepatuku. Ntah apa maksudnya. Mungkin dia mau digaruk. Kira-kira begitu.
Siangnya tadi, ketika Aku makan siang, Aku teringat Copu dan kusisakan sebagian punyaku untuknya. Dan sisa makananku itu dia santap dengan lahapnya. Padahal Aku masih lapar.
"Wadaoww.., Hush.., hush !!"
"Rangga ? Kenapa ?"
"I.., itu ! Ada Marmut !"
"Marmut ? Ini ?"
"I, iya.., itu..,, ! Hiiiiih !"
"Ini, Copu !"
"Co.., Copu ?"
"Iyah ! Ini Copu ! Kau tidak pernah melihat kucing ?"
"Ouh.., itu kucing, yah ? Saya kira itu Marmut !"
"Kau tidak pernah melihat kucing ?"
"Sejak kecil saya Alergi dengan hewan yang berbulu.., orang tuaku tidak pernah membiarkanku mengetahui dan menyentuh mereka"
"Ohh.., pegang saja ! Tidak berbahaya, kok..,"
"Tidak ! Saya Alergi ! Saya bisa bersin-bersin karenanya.., Eh, Za, jaga baik-baik, yah ! Jangan sampai masuk kamarku..,"
"Iya, iya..,"
Uwaaa !! Ibu Tuti yang melihat Copu berlari ke luar rumah sambil berteriak, Tikus ! Tikus ! Dasar orang-orang aneh ! Satu bilang kalau Copu itu Marmut, satu lagi bilang ini tikus. Copu benar-benar jadi korban fitnah.
Setelah berkali-kali membujuk Ibu Tuti, akhirnya Aku diberi kesempatan memelihara Copu. Semua teman-teman Kos ku tidak ada yang menyukai Copu. Kata mereka, bulunya bikin geli dan tampangnya memprihatinkan. Ya iya lah ! Copu kan masih kecil dan sudah ditinggal orang tuanya.
Beberapa hari lagi, Aku akan kembali ke Makassar. Bagaimana dengan Copu ? Selama beberapa hari ini, dia menemaniku tidur di kasur. Meskipun ada sedikit bulunya yang terbang ke hidungku. Aku sangat sayang kucingku ini. Belum lagi, kehadirannya tidak disukai teman-teman kos. Terutama Rangga.
Hari kepulanganku tiba. Semua barang-barangku masuk dalam koper. Copu hanya melihatku dengan terdiam di atas kasur. Mungkinkah dia tahu jika Aku akan pergi ? Sedangkan Rangga hanya berdiri membisu di sudut kamarku.
"He, Za.., apa kau mau meniggalkan kucingmu, itu..?
"Hm.., sepertinya.., bisakah...."
"Tidak ! Aku sudah tahu apa yang akan kau katakan ! Kalau perlu, bawa kucingmu itu ke Makassar !"
"Haaah ? Caranya ?"
"Tunggu dulu.., Saya ambilkan sesuatu..,"
Rangga keluar dari kamarku. Ntah apa yang dipikirkannya. Kucingku Copu juga masih terus melihatku mengemasi barang-barangku. Tidak lama kemudian, Rangga kembali masuk kamarku dengan membawa idenya. Ntah itu masuk akal atau tidak. Kira-kira begitu.
Akhirnya, Aku berada di pesawat. Hari ini adalah kedua kalinya Aku naik pesawat. Yang pertama, ketika hendak ke Surabaya. Aku pilih tempat duduk di dekat jendela. awalnya, Aku mau melihat pemandangan. Tetapi yang terlihat cuma awan. Kedua, yah sekarang ini. Aku pilih tempat duduk di pertengahan atau lorong tempat pramugari berjalan. Lumayan, bisa lihat-lihat pramugari.
Ide Rangga bisa juga. Dia memberiku obat bius untuk menidurkan Copu. Sedangkan Copu kutaruh di tas yang Aku rangkul saat ini. Beruntung juga Aku lolos dari pemeriksaan Bea Cukai dari barang-barang yang kubawa. Tetapi rasa lega itu tidak bertahan lama. Copu tersadar dari tidurnya dan langsung 'mengeong'. Penumpang di sebelahku langsung menoleh kepadaku.
"Heh ! Apa itu ?"
"Yang.., Yang mana, pak ?"
"Suara itu.., suara kucing..,"
"Ohh.., itu suara nada dering Handphone ku, Pak..,"
"Ouh.., Kok seperti beneran,yah..?"
"Hehehe.., iyah..,"
Untuk saat itu, Aku bisa mengelabui orang itu. Tapi, Copu semakin keras mengeong dalam tas ku. Penumpang di sebelahku menatapku lagi. Segera Aku pura-pura membaca sms di Handphone ku.
"Heh.., Aku kira di atas pesawat, tidak boleh mengaktifkan Handphone. ?"
"Hehe,, iyah, pak.., saya lupa..,"
"Tolong, yah di matikan Handphonenya..!"
"Iyah, pak.., iyah..,"
Aku ambil sebuah tisu dan menaburkan obat bius ke tisu tersebut. Karena bawel, Penumpang di sebelahku Aku bekap dengan tisu itu. Hasilnya dia tidak bawel lagi. Ya iya lah, dia tertidur pulas. Kemudian aku bekap juga Copu agar dia tertidur lagi. Kemudian Aku membekap diriku sendiri agar tertidur juga. Biar jika sampai di Makassar tidak terasa.
Akhirnya, Aku sampai di Makassar. Keluargaku datang menjemputku. Nurfa juga datang dengan tubuhnya yang agak ramping. Mungkin dia memikirkan Aku atau kurang makan. Kira-kira begitu. Nurfa tiba-tiba memelukku seperti di film-film itu.
"Say.., Aku rindu sekali..,"
"Mmm.., aku juga..,"
"Oleh-olehku mana ?"
"Mmm.., ada kok..,"
"Mana ? Apa itu,say ?"
"Copu.., itu namanya..,"
"Wahh.., pasti itu sesuatu dari Surabaya yang tidak ada di Makassar.., iya kan, Say ?"
"Mmm.., kira-kira begitu..,"
THE END
Tiba waktunya untuk membayar uang Kos bulan ini. Setelah hampir setahun Aku nge kos di Surabaya, Bulan ini adalah terakhir kalinya Aku berada di sini. Setahun menjadi guru private untuk keponakanku di Surabaya.
Namaku Reza, Aku adalah Sarjana Komputer STMIK DIPANEGARA Makassar. Dari sistem hingga Teknik Komputer, Aku kuasai. Karena itu, keluargaku yang di Surabaya memanggilku untuk mengajari anaknya untuk tahu lebih tentang komputer.
Kontrak kerja dengan keluargaku memang hanya setahun. Aku digaji plus uang transport. Jarak tempatku mengajar dari rumah Kos hingga rumah keponakanku, kira-kira 10 km. Itu hanya kira-kira, yang pastinya, Aku tidak tahu.
Pemilik rumah Kos itu, namanya Bu Tuti. Kalau di Makassar, Tuti itu singkatan dari Tukang Tipu atau Tukang Tidur. Tetapi, Aku tidak berani bicara begitu di sini. Apalagi saat ini ada undang-undang tentang pencemaran nama baik. Kira-kira begitu.
"Ohh, Dek Reza.., jadi ? Bulan ini terakhir kamu di sini ?"
"Iya, Mba.., keluarga saya di Makassar sudah rindu.., apalagi pacar saya, Mba..,"
"Ohh.., Dek Reza juga punya pacar toh ?"
"Iya, Mba..,"
"Saya kira Dek Reza ini Joker..,"
"Joker ? Apaan tuh, Mba..,?"
"Jomblo keren.., hehehe..,"
"Hahaha.., sebelumnya saya minta maaf, Mba.., terima kasih untuk setahun ini..,"
"Tidak apa-apa.., nanti jalan-jalan lagi ke sini.., Kos ini terbuka untuk Dek Reza..,"
"Iya.., pasti itu, Mba..,"
Ibu Tuti memiliki banyak Kos-kosan. Tempatku ngekos saat ini adalah khusus laki-laki. Temanku yang juga satu Kos denganku bernama Rangga. Dia orang yang bergelimangan harta. Tetapi lebih suka nge kos. Katanya, dia ingin belajar mandiri (Mandi Sendiri).
Malam itu, Aku menelpon pacarku yang berada jauh di Makassar. Namanya Nurfa. Rambutnya pendek sebahu dan cantik banget. Kira-kira begitu. Itu penilaianku dan seperti yang kukatakan tadi, kira-kira begitu. Aku sudah janji padanya akan pulang bulan depan. Katanya, dia rindu padaku. Itu katanya.
Hujan turun malam itu. Rangga lagi asyik main Playstation di kamarnya. Maklum, orang kaya. Di dalam kamarnya ada gitar, laptop, kulkas, televisi 29 inch dan barang-barabg mewah lainnya. Kamarnya seperti kelas VIP lengkap dan sempurna.
Kamarku ? Aku tak akan mengatakannya. Meskipun hanya ada kasur dan lemari pakaian. Biaya yang harus kubayar juga tidak mahal. Jika Aku butuh hiburan, Aku tinggal ke kamar Rangga. Pinjam ini pinjam itu, dan Rangga sangatlah baik.
Hujan belum juga reda. Udara dingin seakan menusuk tulangku. Baru saja Aku akan ke kamarku, terdengar suara kucing 'mengeong' di depan rumah Kos ku. Ku buka pintu dan ku temukan seekor anak kucing sedang basah kuyup di atas keset kaki.
"Eih.., kasihan..,"
"Ngeong.., ngeong..,"
"Iya, ayo masuk, sini..!"
"Ngeoong..,"
"Kamu ngomong apa ?"
"Ngeoong, ngeoong..,"
"Mmh, sini Aku gendong..,"
Kupeluk dan kugendong anak kucing itu. Kubawa masuk di kamarku dan kukeringkan badannya dengan pakaianku yang akan kucuci besok. Ekspresi wajahnya begitu tenang. Dia sedang memikirkan apa ? Dia tetap tenang dan diam di atas kasurku. Warnanya bagus. Coklat bagian atas dan putih di bagian bawah. Kuambilkan makanan untuk anak kucing yang kuberi nama Copu itu.
Ke esokan paginya, Aku sarapan bersama Copu. Aku hanya makan Roti dan segelas susu coklat. Aku mengira, Copu tidak suka makan roti, tapi ternyata dia juga suka. Kubelai kepalanya dan Aku katakan akan pergi dulu untuk mengajar. Sore Aku kembali.
Sore harinya, Copu sudah menungguku di depan pintu. Dia seakan menyambutku. Aku sangat senang melihat kucingku itu. Dia menggesek-gesekkan badannya di sepatuku. Ntah apa maksudnya. Mungkin dia mau digaruk. Kira-kira begitu.

"Wadaoww.., Hush.., hush !!"
"Rangga ? Kenapa ?"
"I.., itu ! Ada Marmut !"
"Marmut ? Ini ?"
"I, iya.., itu..,, ! Hiiiiih !"
"Ini, Copu !"
"Co.., Copu ?"
"Iyah ! Ini Copu ! Kau tidak pernah melihat kucing ?"
"Ouh.., itu kucing, yah ? Saya kira itu Marmut !"
"Kau tidak pernah melihat kucing ?"
"Sejak kecil saya Alergi dengan hewan yang berbulu.., orang tuaku tidak pernah membiarkanku mengetahui dan menyentuh mereka"
"Ohh.., pegang saja ! Tidak berbahaya, kok..,"
"Tidak ! Saya Alergi ! Saya bisa bersin-bersin karenanya.., Eh, Za, jaga baik-baik, yah ! Jangan sampai masuk kamarku..,"
"Iya, iya..,"
Uwaaa !! Ibu Tuti yang melihat Copu berlari ke luar rumah sambil berteriak, Tikus ! Tikus ! Dasar orang-orang aneh ! Satu bilang kalau Copu itu Marmut, satu lagi bilang ini tikus. Copu benar-benar jadi korban fitnah.
Setelah berkali-kali membujuk Ibu Tuti, akhirnya Aku diberi kesempatan memelihara Copu. Semua teman-teman Kos ku tidak ada yang menyukai Copu. Kata mereka, bulunya bikin geli dan tampangnya memprihatinkan. Ya iya lah ! Copu kan masih kecil dan sudah ditinggal orang tuanya.
Beberapa hari lagi, Aku akan kembali ke Makassar. Bagaimana dengan Copu ? Selama beberapa hari ini, dia menemaniku tidur di kasur. Meskipun ada sedikit bulunya yang terbang ke hidungku. Aku sangat sayang kucingku ini. Belum lagi, kehadirannya tidak disukai teman-teman kos. Terutama Rangga.
Hari kepulanganku tiba. Semua barang-barangku masuk dalam koper. Copu hanya melihatku dengan terdiam di atas kasur. Mungkinkah dia tahu jika Aku akan pergi ? Sedangkan Rangga hanya berdiri membisu di sudut kamarku.
"He, Za.., apa kau mau meniggalkan kucingmu, itu..?
"Hm.., sepertinya.., bisakah...."
"Tidak ! Aku sudah tahu apa yang akan kau katakan ! Kalau perlu, bawa kucingmu itu ke Makassar !"
"Haaah ? Caranya ?"
"Tunggu dulu.., Saya ambilkan sesuatu..,"
Rangga keluar dari kamarku. Ntah apa yang dipikirkannya. Kucingku Copu juga masih terus melihatku mengemasi barang-barangku. Tidak lama kemudian, Rangga kembali masuk kamarku dengan membawa idenya. Ntah itu masuk akal atau tidak. Kira-kira begitu.
Akhirnya, Aku berada di pesawat. Hari ini adalah kedua kalinya Aku naik pesawat. Yang pertama, ketika hendak ke Surabaya. Aku pilih tempat duduk di dekat jendela. awalnya, Aku mau melihat pemandangan. Tetapi yang terlihat cuma awan. Kedua, yah sekarang ini. Aku pilih tempat duduk di pertengahan atau lorong tempat pramugari berjalan. Lumayan, bisa lihat-lihat pramugari.
Ide Rangga bisa juga. Dia memberiku obat bius untuk menidurkan Copu. Sedangkan Copu kutaruh di tas yang Aku rangkul saat ini. Beruntung juga Aku lolos dari pemeriksaan Bea Cukai dari barang-barang yang kubawa. Tetapi rasa lega itu tidak bertahan lama. Copu tersadar dari tidurnya dan langsung 'mengeong'. Penumpang di sebelahku langsung menoleh kepadaku.
"Heh ! Apa itu ?"
"Yang.., Yang mana, pak ?"
"Suara itu.., suara kucing..,"
"Ohh.., itu suara nada dering Handphone ku, Pak..,"
"Ouh.., Kok seperti beneran,yah..?"
"Hehehe.., iyah..,"
Untuk saat itu, Aku bisa mengelabui orang itu. Tapi, Copu semakin keras mengeong dalam tas ku. Penumpang di sebelahku menatapku lagi. Segera Aku pura-pura membaca sms di Handphone ku.
"Heh.., Aku kira di atas pesawat, tidak boleh mengaktifkan Handphone. ?"
"Hehe,, iyah, pak.., saya lupa..,"
"Tolong, yah di matikan Handphonenya..!"
"Iyah, pak.., iyah..,"
Aku ambil sebuah tisu dan menaburkan obat bius ke tisu tersebut. Karena bawel, Penumpang di sebelahku Aku bekap dengan tisu itu. Hasilnya dia tidak bawel lagi. Ya iya lah, dia tertidur pulas. Kemudian aku bekap juga Copu agar dia tertidur lagi. Kemudian Aku membekap diriku sendiri agar tertidur juga. Biar jika sampai di Makassar tidak terasa.

"Say.., Aku rindu sekali..,"
"Mmm.., aku juga..,"
"Oleh-olehku mana ?"
"Mmm.., ada kok..,"
"Mana ? Apa itu,say ?"
"Copu.., itu namanya..,"
"Wahh.., pasti itu sesuatu dari Surabaya yang tidak ada di Makassar.., iya kan, Say ?"
"Mmm.., kira-kira begitu..,"
THE END
Jumat, 20 April 2012
THE COACH
Chapter 1 : Badminton
Bulutangkis adalah olahraga terbaik yang dimiliki Indonesia. Era tahun 1980 - 2000, Indonesia banyak menjuarai turnamen-turnamen dunia. Di antaranya piala Tomas dan Uber Cup. Para pahlawan-pahlawan Bulutangkis itu adalah Lim Swie King, Icuk Sugiarto, Rudi Hartono, Chandra Wijaya, Sigit Budiarto, Alan Budi Kusuma, Ardi B. Wiranata, Ricky Subagja, Rexy Mainacky dan masih banyak lagi. Mereka berhasil membawa Indonesia memenangkan Piala Thomas berkali-kali.
Bulutangkis untuk putri juga memiliki pahlawan. Dia adalah Susi Susanti. Namun, jaman ke emasan Bulutangkis Indonesia semakin menurun. Terutama pada pemain Putrinya. Mereka kalah bersaing dengan pemain - pemain Bulutangkis putri Cina yang mendominasi peringkat dunia. Sedangkan negara tetangga seperti Malaysia, kini memberi respon yang baik dalam perkembangan Bulutangkis mereka.
Salah satu pemain Bulutangkis Indonesia yang masih tangguh dan hebat adalah Taufik Hidayat. Dia adalah peraih 6 kali gelar Indonesia Open, sama dangan Seniornya terdahulu, Ardy B. Wiranata. Taufik Hidayat adalah salah satu pilar kekuatan pemain Indonesia. Lee Chong Wei pemain dari Malaysia, masih mengakui kekuatan Taufik Hidayat. Begitu pun Lin Dan pemain dari Cina sekaligus rival abadi Taufik hidayat.
Hanya saja, Umur membuat kemampuan hebat itu menghilang. Taufik Hidayat yang dulunya tak pernah terkalahkan, harus mengakui saingan-saingannya seperti Lee Chong Wei dan Lin Dan. Pemain-pemain Indonesia yang hebat lainnya adalah Sony Dwi Kuncoro, Simon Santoso, Tomy Sugiarto, Markis Kido, Hendra Setiawan, Muhammad Ahsan, Bona Septano, Hayom Rumbaka dan masih banyak lagi. Mereka masih aktif membela Indonesia dalam Turnamen-turnamen dunia.
Saat kini, Bulutangkis seakan terlupakan. Minat bermain olahraga itu semakin surut. Ditambah lagi hak siar di TV semakin kurang. Stasiun TV kebanyakan menayangkan acara percintaan sehingga jiwa muda tidak berkembang di Bulutangkis. Tetapi di percintaan. Juga olahraga populer di dunia yaitu Sepakbola, lebih diminati sebaian besar masyarakat Indonesia. Masihkah ada penerus gelar juara Bulutangkis ? Waktu akan menenggelamkan semua itu.
Jauh dari Ibukota Jakarta, Yakni Makassar. Masih ada semangat -semangat kecil pemuda Indonesia yang mencintai Bulutangkis. Meskipun harus bermain di pagi hari di lapangan terbuka. Itupun hanya hari minggu. Dan mereka adalah Deko, Andy, Arief, dan Rudi. Mereka bermain dengan Ganda Putra atau dua melawan dua.
Permainan mereka cukup imbang. Deko yang berpasangan dengan Arief, sering memenangkan pertandingan pagi itu. Ke empat pemuda ini hanya bermain di hari minggu mulai jam 6 pagi hingga matahari meninggi. Hal itu karena mereka bermain di lapangan terbuka. Faktor angin dan cahaya matahari yang menyinari lapangan, harus menghentikan permainan mereka. dan seperti biasa, setelah bermain mereka duduk melantai di pojok lapangan itu.
"Hwaa.., capcay..,"
"Heh Andy, permainanmu semakin buruk.., kenapa ? Semalam begadang ?"
"Yakh.., semalam Saya kurang tidur"
"Hahaha.., padahal minggu lalu kau sempat mengalahkan kami..,"
"Huh ! Itu hanya kebetulan, Rif..,"
"Kenapa bisa ?"
"Deko terlalu hebat untuk dikalahkan..,"
"Haa ? Tidak juga, permainan kita semua setara..,"
"Di antara kita berempat, hanya Deko yang memiliki Backhand keras.., juga Smash Silang yang akurat..,"
"Kalian terlalu memuji teman..,"
"Memuji ? Kan itu memang kenyataan..,"
"Yakh.., hanya Deko yang pernah dilatih oleh Pak Wahab..,"
"Pak Wahab ?"
"Kan kau pernah dilatih oleh beliau.., bermain sebagai Tunggal Putra..,"
"Yaph.., sekarang beliau tidak bisa bermain meskipun satu set.., beliau sudah kehabisan tenaga..,"
"Ternyata, tak ada yang bisa menghentikan laju umur.., "
"Yaph.., mungkin, 30 tahun ke depan, kita tak akan sehebat ini lagi..,"
"Matahari sudah meninggi kawan-kawan.., pulang, yok..,"
"Okey.., sampai jumpa minggu depan..,"
"Yaph, yaph..,"
Mereka berempat akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Di saat mereka pulang, sebuah mobil dengan membawa barang-barang berhenti di sebuah rumah dekat dengan lapangan Bulutangkis itu. Sepertinya ada keluarga baru yang akan menempati rumah yang selama ini kosong tak berpenghuni. Deko hanya melihat sepintas dan kemudian dia pulang ke rumahnya.
"Gitu, dong.., itu baru adikku..,"
"Eh, kakak.., sudah mainnya, kak ?"
"Yaph.., teruskan menyapunya.., Aku mau mandi..,"
"Iyah, kakakku tersayang..,"
Dewi adalah adik dari Deko. Mereka hanya dua bersaudara. Keluarga besar mereka ada di Jogja, juga kedua orang tua mereka. Mereka tinggal di Makassar karena ingin belajar mandiri. Sebenarnya hanya Deko yang ingin tinggal sendiri, namun Dewi ingin mengikutinya. Dalam keadaan apapun, Dewi harus menerimanya. Karena Deko hanya bekerja di sebuah perusahaan swasta dan Dewi masih kelas 1 SMA. Biaya kebutuhannya juga Deko yang memenuhinya.
Deko juga memiliki kekasih yang bernama Yhas. Dia satu sekolah dengan Dewi namun sudah kelas 3 SMA. Dia anak tunggal dan anak orang kaya. Hubungan mereka sudah berjalan 3 tahun. Tiap minggunya, Yhas yang datang ke rumah Deko. Sambil menunggui Deko yang sedang mandi, dia mengobrol dengan Dewi di depan rumah.
"Sudah, lama..?"
"Hmm.., tidak, baru, kok..,"
"Wi.., ambilkan minuman..,"
"Heh..? Tak perlu, kak..,"
"Tidak apa-apa.., Wi.., ambilkan !"
"Kakak gimana sih ? Di dalam kan hanya ada air putih..,"
"A.., tak apa-apa.., iya kan Yhas ..?"
"Hmm..,"
"Wi !!"
"Iyah, kakakku tersayang..,"
"Gitu lagi tuh, anak..,"
"Heh, Kak Deko.., bagiku dia juga adikku.., dia juga semakin cantik..,"
"A.., apa di sekolah ada laki-laki yang yang sering dekat dengannya ?"
"Hmm, sepertinya tidak ada..,"
"Yaph.., baguslah kalau begitu.., Aku belum mau dia pacaran..,"
"Hihihi.., trus ? Kenapa Kak Deko mau pacaran denganku ?"
"A.., a.., itu..,itu..,"
"Aku takut, Kak.., Jika kedua orang tuaku tahu jika kita pacaran.., Aku belum dapat izin..,"
"Kalau itu terjadi, Biarlah Aku yang menanggung semua itu.., jika kedua orang tuamu marah, beritahukan mereka untuk memarahiku saja..,"
"Kak Deko..?"
"Eh, Kak Yhas.., nih di minum yah..,"
"A.., minumannya taruh saja di situ, Wi..,"
"Minuman ? Ini hanya air putih, kakakku.., di minum yah kak, Yhas..,"
"Makasih, Dewi..,"
"Wi.., Kamu sudah mencuci ?"
"Duhh, Kakakku.., bilang saja kalau mau berduaan.., iya, iya, aku ke belakang dulu..,"
"Hehe.., tau aja..,"
Yhas hanya bisa tersenyum. Sebenarnya hari itu dia ingin meminta putus dengan Deko. Namun saat dekat dengan Deko, Yhas tidak sanggup untuk mengatakannya. Saat bersama Deko, segala yang ingin dikatakannya membuyar di pikirannya. Dia masih menunggu waktu yang tepat. Dalam diri Deko, juga telah mengatakan firasat tentang apa yang akan di sampaikan Yhas.
Setelah mengobrol sekian lamanya, cerita mereka harus berakhir. Hanya hari minggu mereka bisa berdua. Senin hingga sabtu, Deko bekerja di sebuah perusahaan swasta. Sedangkan Yhas harus sekolah. Hubungan mereka mengalami kejenuhan di kala jarak dan jarangnya bertemu pada hubungan mereka. Belum lagi banyaknya laki-laki yang sering dekat dengan Yhas di sekolahnya.
Sore harinya, Deko masih latihan Bulutangkis di depan rumahnya. Seakan belum puas dengan permainannya tadi pagi. Baginya , bulutangkis adalah segalanya. Adiknya hanya heran melihat kakaknya itu. Meskipun begitu, Deko adalah satu-satunya keluarga yang dia miliki di kota ini, kota Makassar.
"Kak, kakak ! Tidak capek apa ?"
"Tidak, lah..,"
"Sore gini, ajak Kak Yhas jalan-jalan, kek..,"
"Huh, buang-buang waktu..,"
"Lalu ? Sekarang Kakak tidak buang-buang waktu ?"
"Lagipula, Aku dan Yhas akan pisah..,"
"Pisah ? Maksud kakak ?"
"Aku akan memutuskannya.., dalam waktu dekat ini..,"
"Ke, kenapa kak..?"
"Bosan.., Aku mau fokus pada pekerjaan..,"
"Kak ? Salah kak Yhas apa ? Pekerjaan ? Bukan hanya itu ! Iya kan Kak !"
"Wi, ?"
"Kakak jahat !!"
"Wi !! Tunggu !!"
Dewi tidak mengetahui apa yang Deko ketahui. Sebenarnya Deko sudah tahu jika dia akan diputuskan oleh Yhas. Tapi dia mengambil langkah duluan untuk menghilangkan prasangka buruk Dewi terhadap Yhas. Jika Yhas yang memutuskan Deko duluan, Dewi akan membenci Yhas, Untuk menghindari hal itu, Deko harus memutuskan Yhas sebelum dia.
Malam harinya, Dewi berada dalam kamar dan merenungi sikap kakaknya. Sedangkan Deko, hanya terdiam membisu di meja makan. Tak satupun makanan-makanan itu tersentuh olehnya. Dia tahu jika Dewi juga belum makan. Bukan Deko yang melihat-lihat makanan itu, tapi makananlah yang melihat-lihat Deko.
Dewi kemudian mengintip dari celah pintu kamarnya. Dia melihat kakaknya seperti orang bego di meja makan. Menyadari kakanya belum makan, dia akhirnya keluar dan menegur kakaknya.
"Kenapa belum makan, Kak ?"
"Biasanya, kamu bilang kakakku tersayang..,"
"Hupfh.., Kenapa belum makan kakakku tersayang ?"
"Karena adikku tersayang belum makan..,"
"Aku, Aku kurang nafsu, Kak..,"
"A'.., Aku juga..,"
"Kak.., Kakak bohong..,"
"Wi.., Kamu juga bohong..,"
"Baik, baik.., Aku makan.., kakak juga makan, yah..,"
"Mmmh.., duduk sini dekat kakak..,"
"Hehehe.., kakak..,"
Akhirnya mereka berdua makan bareng. Kakak-adik yang tadinya tidak akur, kini kembali seperti semula. Deko paling tahu kelemahan adiknya. Dia tahu sifat Dewi yang sering mengalah untuknya. Untuk seukuran yang sebenarnya, Deko lah yang seharusnya sering mengalah. Tapi juga karena alasan itu, Deko bersedia agar Dewi ikut dengannya di Makassar jauh dari orang tua di Jogja.
"Wi.., Aku mau tahu..,"
"Apa itu, kak ?"
"Apa.., kamu punya pacar..?"
"Tidak, tidak, kok.., Aku belum siap untuk pacaran, kak..,"
"Seharusnya kamu sudah punya pacar..,"
"Kok, Kakak ngomong begitu, sih ?"
"Aku, sebagai Kakak, tidak bisa memberikanmu perhatian lebih. Kalau kamu mau pacaran, Aku izinkan, kok..,"
"ke, kanapa, Kak ? Kenapa Kakak tiba-tiba ngomong begitu ?"
"Tapi, kalau mau pacaran, carilah cowok yang punya kendaraan. Supaya bisa mengantarmu pulang dari sekolah..,"
"Duhh, Kakak aneh-aneh saja..,"
"Saya serius.., Selama ini, kamu jarang jajan di sekolah.., karena uang pas-pasan.., Saya tidak tega melihatmu begitu terus..,"
"Aku, mengerti, Kak.., Tidak apa-apa..,"
"Maaf, Wi.., Aku tidak bisa memberimu yang terbaik.., mungkin, jika Aku mengantarmu ke sekolah, Aku bisa.., tapi pulangnya kamu naik angkot.., dan uang itu sebenarnya uang jajanmu..,"
"Kita harus sabar, Kak.., Aku ikhlas,kok..,"
"Wi.., kalau ada cowok yang menyukaimu, asalkan dia baik dan bukan Palyboy ! terima saja..,"
"Kakak nyuruh Aku pacaran ?"
"Agar semua bisa lebih mudah.., tapi kamu juga jangan mudah dibodohi siapapun.., kamu harus pintar memilih..,"
"Hikks, hiks.., hiks..,"
"Eh, Wi.., Kenapa menangis?"
"Huuuhuuu..huu..huu..,"
"Cup, cup, cup.., jangan cengeng ! Yah sudah kalau kamu tidak mau pacaran.., Kakak tidak akan memaksamu..,"
"Huuu.. kakakku jadi GILA !!!!"
"Hahahahaha.., baru tahu, yah ? Hahahahaha..,"
"Masa' adiknya di suruh pacaran ? Seharusnya di larang kan ? Ihhh, Kakak Stress nih.., Hehehe..,"
"Hahahaha.., Yah sudah..,"
"Aku sayang kakak..,"
"Aku juga sayang kamu, Wi..,"
Hari minggu kembali tiba. saatnya Deko dan kawan-kawannya bermain Bulutangkis kembali. Ke empat pemain ini selalu semangat di tiap minggunya. Namun ada hal yang baru. Seorang gadis berumur 15 tahun memegang raket sambil berdiri di sudut lapangan. Gadis itu bernama Wilda, dan dia adalah penghuni baru rumah yang berada dekat lapangan Bulutangkis itu. Ke empat pemuda itu hanya bisa terpesona melihat kecantikan gadis itu. Dalam hati mereka, sesuatu yang bening di pagi hari.
Permainan dimulai. Deko berpasangan lagi dengan Arief. Sedangkan Andi berpasangan dengan Rudi. Wilda hanya menyaksikan dari pinggir lapangan. Dan sekali lagi, Deko dan Arief meraih kemenangan. Tanpa sepatah kata, Wilda masuk lapangan disaat Ke empat pemuda itu beristrahat di pinggir lapangan. Karena kasihan, Deko masuk menemani Wilda bermain. Meskipun berdua, mereka tampak menikmatinya.
Wilda memiliki kakak yang bernama Arya. Sinar mentari pagi telah sampai pukul setengah 8. Di saat itulah kakaknya terbangun dari tidurnya. Dari kamarnya, dia mendengar suara adiknya bermain Bulutangkis di bawah. Diapun mengintip dari lantai 2 beranda kamarnya. Dia melihat adiknya sedang asyik bermain Bulutangkis bersama seseorang. Dengan wajah yang masih seperti Bantal, dia menegur adiknya.
"Wilda ! Oiii ! Lagi ngapain ?"
"Eh,, Kak ! Lagi main Bulutangkis lah !! Emang Saya lagi ngapain ?"
"Saya kira lagi main karet !! Hahahaha...,"
"Huh ! Menyebalkan !!"
"Hahahahaha...,"
"Huh.., dasar kakak..,"
Deko hanya terdiam mendengar perkataan Arya. Meskipun sedikit tersinggung, Deko mencoba tersenyum. Wilda pun meminta maaf atas sikap kakaknya. Keringat membasahi badan Wilda. Sosoknya membuat para pemuda itu melongo. Permainan Bulutangkisnya juga tidak buruk. Hanya saja perlu ditingkatkan. Pagi itu, dia menjadi pusat perhatian baik saat dia bermain bersama Deko, maupun setelah dia bermain.
Di lain sisi, Yhas sudah menunggu Deko di depan rumahnya. Dia ingin jujur kepada Deko jika kemarin-kemarin dia ingin meminta putus tetapi niatnya itu dia urungkan. Dewi pun menghampirinya. Karena merasa kasihan melihat Yhas telah menunggu sedari pagi dan Deko belum kembali dari bermain Bulutangkisnya.
"Kak, Yhas..,"
"Wi..,?"
"Mmh, Aku.., Aku mau bertanya,,,"
"Yahh.., Apa itu, Wi..?"
"Apakah Kak Yhas masih mencintai Kakakku ?"
"Kenapa kamu bertanya seperti itu..,?"
"Maaf, Kak.., Aku tidak tahu apa yang dipikirkan Kakakku..,"
"Maksudmu..? Wi, Aku senang.., Juga karena kamu Aku bisa kenal dengan Kakakmu.., tapi, perkataanmu membuatku bingung..,"
"Minggu lalu Kakakku mengatakan akan memutuskan Kak Yhas.., Aku sangat sedih.., apakah Kakakku berubah atau Kak Yhas yang berubah..,"
"A... apa..?"
"Aku bertanya apa alasannya..., tapi kakakku hanya terdiam.., Kak, apa yang sebenarnya terjadi ?"
"(Kak Deko ?) A.., Aku tidak tahu, Wi..,"
"Kak, Yhas ?"
"........"
"Kak ?"
"Hikss,, sebaiknya Aku pulang..,"
"Kak Yhas ?"
"Wi.., Aku pulang..,"
"Tapi, Kak ?"
Yhas akhirnya pulang dengan air mata. Dia baru merasakan sesuatu yang sangat menyesakkan dadanya. Niatnya untuk minta maaf akhirnya tidak kesampaian. Deko belum kembali dari lapangan tempatnya bermain. Niat awalnya memang ingin memutuskan Deko kekasihnya, namun beberapa hari ini, keadaan mengubah niatnya. Di saat itu, dia malah akan diputuskan. Yhas tak mampu menahan kesedihannya dan berlari pulang.
Sehabis bermain, Wilda berterima kasih kepada Deko. Dia akhirnya masuk ke rumahnya dengan kucuran keringat. Pada saat itu, Pak Wahab yang dulu adalah pelatih Deko, singgah untuk berbicara dengan Deko. Sedangkan teman-temannya juga kembali pulang. Mereka berdua duduk di pinggir lapangan.
"Bagaimana keadaan, pelatih ?"
"Seperti biasa, sakit-sakitan..,"
"Pak pelatih tidak boleh bicara seperti itu..,"
"Umurku sudah setengah abad lebih.., wajarlah jika Saya sakit-sakitan..,"
"Jadi pelatih ? Apakah sudah memutuskan gantung raket ?"
"Kemampuanku sudah kuturunkan padamu.., Kau lah yang meneruskan permainanku.., Saya hanya bisa melihatmu bermain dari jauh..,"
"Sampai kapan pun, Pelatih adalah yang terbaik..,"
"Hahaha.., jamgan panggil saya pelatih.., biasa saja..,"
"A'.., sampai kapanpun, anda adalah pelatihku.., dan saya harus berterima kasih untuk itu..,"
"Deko, di atas langit masih ada langit.., kamu jangan sombong dari apa yang kau raih sampai saat ini.., kau harus yakin jika masih ada yang lebih hebat dibanding dirimu..,"
"A'.., apakah dulu pelatih sangat hebat ?"
"Tidak juga.., saat umurku 20 tahun, Aku sudah memenangkan banyak Turnamen Daerah.., salah satunya mewakili Sulawesi Selatan dalam ajang pemain Indonesia terbaik..,"
"Lalu ? Pelatih menang ?"
"Tidak juga.., Aku kalah pada saat itu.., namun tahun berikutnya, Aku bisa membayar kekalahanku yang lalu..,"
"Wahh.., pastinya itu menjadi kenangan terindah saat pelatih masih muda..,"
"Deko, kita tidak bisa melawan umur.., umurmu saat ini 25 tahun, beberapa tahun ke depan, fisikmu melemah.., sebaiknya kau mencari gelar dalam Bulutangkis..,"
"A'.., tapi pelatih, Aku saat ini sibuk dengan pekerjaan.., belum lagi Dewi yang harus selalu Aku perhatikan..,"
"Itu juga yang menjadi kendala.., Kalau begitu saya pulang dulu.., jangan terlalu lelah.., usahakan istrahat penuh hari ini.., kata Dewi, jika sore kau masih sering pemanasan dengan raket.., sebaiknya istrahat. Lagipula besok kau harus masuk kerja..,"
"Dewi ? Dasar tuh anak.., Iya pelatih.., Pasti..,"
"Baiklah, Aku pulang..,"
Sosok pelatih yang selama ini mengajari Deko untuk berkembang dalam Bulutangkis, semakin jauh dari pandangannya. Perkataan yang mengungkap sejarah kehebatan masa lalu, membuat Deko sedikit merenung. Dilihatnya Arya yang sedang asyik bermain gitar di beranda rumahnya. Dia menganggap Arya adalah orang yang sangatlah meremehkan Bulutangkis. Dan pada akhirnya, Deko juga kembali pulang ke rumahnya.
CHAPTER 1 : THE END
Bulutangkis adalah olahraga terbaik yang dimiliki Indonesia. Era tahun 1980 - 2000, Indonesia banyak menjuarai turnamen-turnamen dunia. Di antaranya piala Tomas dan Uber Cup. Para pahlawan-pahlawan Bulutangkis itu adalah Lim Swie King, Icuk Sugiarto, Rudi Hartono, Chandra Wijaya, Sigit Budiarto, Alan Budi Kusuma, Ardi B. Wiranata, Ricky Subagja, Rexy Mainacky dan masih banyak lagi. Mereka berhasil membawa Indonesia memenangkan Piala Thomas berkali-kali.
Bulutangkis untuk putri juga memiliki pahlawan. Dia adalah Susi Susanti. Namun, jaman ke emasan Bulutangkis Indonesia semakin menurun. Terutama pada pemain Putrinya. Mereka kalah bersaing dengan pemain - pemain Bulutangkis putri Cina yang mendominasi peringkat dunia. Sedangkan negara tetangga seperti Malaysia, kini memberi respon yang baik dalam perkembangan Bulutangkis mereka.
Salah satu pemain Bulutangkis Indonesia yang masih tangguh dan hebat adalah Taufik Hidayat. Dia adalah peraih 6 kali gelar Indonesia Open, sama dangan Seniornya terdahulu, Ardy B. Wiranata. Taufik Hidayat adalah salah satu pilar kekuatan pemain Indonesia. Lee Chong Wei pemain dari Malaysia, masih mengakui kekuatan Taufik Hidayat. Begitu pun Lin Dan pemain dari Cina sekaligus rival abadi Taufik hidayat.
Hanya saja, Umur membuat kemampuan hebat itu menghilang. Taufik Hidayat yang dulunya tak pernah terkalahkan, harus mengakui saingan-saingannya seperti Lee Chong Wei dan Lin Dan. Pemain-pemain Indonesia yang hebat lainnya adalah Sony Dwi Kuncoro, Simon Santoso, Tomy Sugiarto, Markis Kido, Hendra Setiawan, Muhammad Ahsan, Bona Septano, Hayom Rumbaka dan masih banyak lagi. Mereka masih aktif membela Indonesia dalam Turnamen-turnamen dunia.
Saat kini, Bulutangkis seakan terlupakan. Minat bermain olahraga itu semakin surut. Ditambah lagi hak siar di TV semakin kurang. Stasiun TV kebanyakan menayangkan acara percintaan sehingga jiwa muda tidak berkembang di Bulutangkis. Tetapi di percintaan. Juga olahraga populer di dunia yaitu Sepakbola, lebih diminati sebaian besar masyarakat Indonesia. Masihkah ada penerus gelar juara Bulutangkis ? Waktu akan menenggelamkan semua itu.
Jauh dari Ibukota Jakarta, Yakni Makassar. Masih ada semangat -semangat kecil pemuda Indonesia yang mencintai Bulutangkis. Meskipun harus bermain di pagi hari di lapangan terbuka. Itupun hanya hari minggu. Dan mereka adalah Deko, Andy, Arief, dan Rudi. Mereka bermain dengan Ganda Putra atau dua melawan dua.
Permainan mereka cukup imbang. Deko yang berpasangan dengan Arief, sering memenangkan pertandingan pagi itu. Ke empat pemuda ini hanya bermain di hari minggu mulai jam 6 pagi hingga matahari meninggi. Hal itu karena mereka bermain di lapangan terbuka. Faktor angin dan cahaya matahari yang menyinari lapangan, harus menghentikan permainan mereka. dan seperti biasa, setelah bermain mereka duduk melantai di pojok lapangan itu.
"Hwaa.., capcay..,"
"Heh Andy, permainanmu semakin buruk.., kenapa ? Semalam begadang ?"
"Yakh.., semalam Saya kurang tidur"
"Hahaha.., padahal minggu lalu kau sempat mengalahkan kami..,"
"Huh ! Itu hanya kebetulan, Rif..,"
"Kenapa bisa ?"
"Deko terlalu hebat untuk dikalahkan..,"
"Haa ? Tidak juga, permainan kita semua setara..,"
"Di antara kita berempat, hanya Deko yang memiliki Backhand keras.., juga Smash Silang yang akurat..,"
"Kalian terlalu memuji teman..,"
"Memuji ? Kan itu memang kenyataan..,"
"Yakh.., hanya Deko yang pernah dilatih oleh Pak Wahab..,"
"Pak Wahab ?"
"Kan kau pernah dilatih oleh beliau.., bermain sebagai Tunggal Putra..,"
"Yaph.., sekarang beliau tidak bisa bermain meskipun satu set.., beliau sudah kehabisan tenaga..,"
"Ternyata, tak ada yang bisa menghentikan laju umur.., "
"Yaph.., mungkin, 30 tahun ke depan, kita tak akan sehebat ini lagi..,"
"Matahari sudah meninggi kawan-kawan.., pulang, yok..,"
"Okey.., sampai jumpa minggu depan..,"
"Yaph, yaph..,"
Mereka berempat akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Di saat mereka pulang, sebuah mobil dengan membawa barang-barang berhenti di sebuah rumah dekat dengan lapangan Bulutangkis itu. Sepertinya ada keluarga baru yang akan menempati rumah yang selama ini kosong tak berpenghuni. Deko hanya melihat sepintas dan kemudian dia pulang ke rumahnya.
"Gitu, dong.., itu baru adikku..,"
"Eh, kakak.., sudah mainnya, kak ?"
"Yaph.., teruskan menyapunya.., Aku mau mandi..,"
"Iyah, kakakku tersayang..,"
Dewi adalah adik dari Deko. Mereka hanya dua bersaudara. Keluarga besar mereka ada di Jogja, juga kedua orang tua mereka. Mereka tinggal di Makassar karena ingin belajar mandiri. Sebenarnya hanya Deko yang ingin tinggal sendiri, namun Dewi ingin mengikutinya. Dalam keadaan apapun, Dewi harus menerimanya. Karena Deko hanya bekerja di sebuah perusahaan swasta dan Dewi masih kelas 1 SMA. Biaya kebutuhannya juga Deko yang memenuhinya.
Deko juga memiliki kekasih yang bernama Yhas. Dia satu sekolah dengan Dewi namun sudah kelas 3 SMA. Dia anak tunggal dan anak orang kaya. Hubungan mereka sudah berjalan 3 tahun. Tiap minggunya, Yhas yang datang ke rumah Deko. Sambil menunggui Deko yang sedang mandi, dia mengobrol dengan Dewi di depan rumah.
"Sudah, lama..?"
"Hmm.., tidak, baru, kok..,"
"Wi.., ambilkan minuman..,"
"Heh..? Tak perlu, kak..,"
"Tidak apa-apa.., Wi.., ambilkan !"
"Kakak gimana sih ? Di dalam kan hanya ada air putih..,"
"A.., tak apa-apa.., iya kan Yhas ..?"
"Hmm..,"
"Wi !!"
"Iyah, kakakku tersayang..,"
"Gitu lagi tuh, anak..,"
"Heh, Kak Deko.., bagiku dia juga adikku.., dia juga semakin cantik..,"
"A.., apa di sekolah ada laki-laki yang yang sering dekat dengannya ?"
"Hmm, sepertinya tidak ada..,"
"Yaph.., baguslah kalau begitu.., Aku belum mau dia pacaran..,"
"Hihihi.., trus ? Kenapa Kak Deko mau pacaran denganku ?"
"A.., a.., itu..,itu..,"
"Aku takut, Kak.., Jika kedua orang tuaku tahu jika kita pacaran.., Aku belum dapat izin..,"
"Kalau itu terjadi, Biarlah Aku yang menanggung semua itu.., jika kedua orang tuamu marah, beritahukan mereka untuk memarahiku saja..,"
"Kak Deko..?"
"Eh, Kak Yhas.., nih di minum yah..,"
"A.., minumannya taruh saja di situ, Wi..,"
"Minuman ? Ini hanya air putih, kakakku.., di minum yah kak, Yhas..,"
"Makasih, Dewi..,"
"Wi.., Kamu sudah mencuci ?"
"Duhh, Kakakku.., bilang saja kalau mau berduaan.., iya, iya, aku ke belakang dulu..,"
"Hehe.., tau aja..,"
Yhas hanya bisa tersenyum. Sebenarnya hari itu dia ingin meminta putus dengan Deko. Namun saat dekat dengan Deko, Yhas tidak sanggup untuk mengatakannya. Saat bersama Deko, segala yang ingin dikatakannya membuyar di pikirannya. Dia masih menunggu waktu yang tepat. Dalam diri Deko, juga telah mengatakan firasat tentang apa yang akan di sampaikan Yhas.
Setelah mengobrol sekian lamanya, cerita mereka harus berakhir. Hanya hari minggu mereka bisa berdua. Senin hingga sabtu, Deko bekerja di sebuah perusahaan swasta. Sedangkan Yhas harus sekolah. Hubungan mereka mengalami kejenuhan di kala jarak dan jarangnya bertemu pada hubungan mereka. Belum lagi banyaknya laki-laki yang sering dekat dengan Yhas di sekolahnya.
Sore harinya, Deko masih latihan Bulutangkis di depan rumahnya. Seakan belum puas dengan permainannya tadi pagi. Baginya , bulutangkis adalah segalanya. Adiknya hanya heran melihat kakaknya itu. Meskipun begitu, Deko adalah satu-satunya keluarga yang dia miliki di kota ini, kota Makassar.
"Kak, kakak ! Tidak capek apa ?"
"Tidak, lah..,"
"Sore gini, ajak Kak Yhas jalan-jalan, kek..,"
"Huh, buang-buang waktu..,"
"Lalu ? Sekarang Kakak tidak buang-buang waktu ?"
"Lagipula, Aku dan Yhas akan pisah..,"
"Pisah ? Maksud kakak ?"
"Aku akan memutuskannya.., dalam waktu dekat ini..,"
"Ke, kenapa kak..?"
"Bosan.., Aku mau fokus pada pekerjaan..,"
"Kak ? Salah kak Yhas apa ? Pekerjaan ? Bukan hanya itu ! Iya kan Kak !"
"Wi, ?"
"Kakak jahat !!"
"Wi !! Tunggu !!"
Dewi tidak mengetahui apa yang Deko ketahui. Sebenarnya Deko sudah tahu jika dia akan diputuskan oleh Yhas. Tapi dia mengambil langkah duluan untuk menghilangkan prasangka buruk Dewi terhadap Yhas. Jika Yhas yang memutuskan Deko duluan, Dewi akan membenci Yhas, Untuk menghindari hal itu, Deko harus memutuskan Yhas sebelum dia.
Malam harinya, Dewi berada dalam kamar dan merenungi sikap kakaknya. Sedangkan Deko, hanya terdiam membisu di meja makan. Tak satupun makanan-makanan itu tersentuh olehnya. Dia tahu jika Dewi juga belum makan. Bukan Deko yang melihat-lihat makanan itu, tapi makananlah yang melihat-lihat Deko.
Dewi kemudian mengintip dari celah pintu kamarnya. Dia melihat kakaknya seperti orang bego di meja makan. Menyadari kakanya belum makan, dia akhirnya keluar dan menegur kakaknya.
"Kenapa belum makan, Kak ?"
"Biasanya, kamu bilang kakakku tersayang..,"
"Hupfh.., Kenapa belum makan kakakku tersayang ?"
"Karena adikku tersayang belum makan..,"
"Aku, Aku kurang nafsu, Kak..,"
"A'.., Aku juga..,"
"Kak.., Kakak bohong..,"
"Wi.., Kamu juga bohong..,"
"Baik, baik.., Aku makan.., kakak juga makan, yah..,"
"Mmmh.., duduk sini dekat kakak..,"
"Hehehe.., kakak..,"
Akhirnya mereka berdua makan bareng. Kakak-adik yang tadinya tidak akur, kini kembali seperti semula. Deko paling tahu kelemahan adiknya. Dia tahu sifat Dewi yang sering mengalah untuknya. Untuk seukuran yang sebenarnya, Deko lah yang seharusnya sering mengalah. Tapi juga karena alasan itu, Deko bersedia agar Dewi ikut dengannya di Makassar jauh dari orang tua di Jogja.
"Wi.., Aku mau tahu..,"
"Apa itu, kak ?"
"Apa.., kamu punya pacar..?"
"Tidak, tidak, kok.., Aku belum siap untuk pacaran, kak..,"
"Seharusnya kamu sudah punya pacar..,"
"Kok, Kakak ngomong begitu, sih ?"
"Aku, sebagai Kakak, tidak bisa memberikanmu perhatian lebih. Kalau kamu mau pacaran, Aku izinkan, kok..,"
"ke, kanapa, Kak ? Kenapa Kakak tiba-tiba ngomong begitu ?"
"Tapi, kalau mau pacaran, carilah cowok yang punya kendaraan. Supaya bisa mengantarmu pulang dari sekolah..,"
"Duhh, Kakak aneh-aneh saja..,"
"Saya serius.., Selama ini, kamu jarang jajan di sekolah.., karena uang pas-pasan.., Saya tidak tega melihatmu begitu terus..,"
"Aku, mengerti, Kak.., Tidak apa-apa..,"
"Maaf, Wi.., Aku tidak bisa memberimu yang terbaik.., mungkin, jika Aku mengantarmu ke sekolah, Aku bisa.., tapi pulangnya kamu naik angkot.., dan uang itu sebenarnya uang jajanmu..,"
"Kita harus sabar, Kak.., Aku ikhlas,kok..,"
"Wi.., kalau ada cowok yang menyukaimu, asalkan dia baik dan bukan Palyboy ! terima saja..,"
"Kakak nyuruh Aku pacaran ?"
"Agar semua bisa lebih mudah.., tapi kamu juga jangan mudah dibodohi siapapun.., kamu harus pintar memilih..,"
"Hikks, hiks.., hiks..,"
"Eh, Wi.., Kenapa menangis?"
"Huuuhuuu..huu..huu..,"
"Cup, cup, cup.., jangan cengeng ! Yah sudah kalau kamu tidak mau pacaran.., Kakak tidak akan memaksamu..,"
"Huuu.. kakakku jadi GILA !!!!"
"Hahahahaha.., baru tahu, yah ? Hahahahaha..,"
"Masa' adiknya di suruh pacaran ? Seharusnya di larang kan ? Ihhh, Kakak Stress nih.., Hehehe..,"
"Hahahaha.., Yah sudah..,"
"Aku sayang kakak..,"
"Aku juga sayang kamu, Wi..,"
Hari minggu kembali tiba. saatnya Deko dan kawan-kawannya bermain Bulutangkis kembali. Ke empat pemain ini selalu semangat di tiap minggunya. Namun ada hal yang baru. Seorang gadis berumur 15 tahun memegang raket sambil berdiri di sudut lapangan. Gadis itu bernama Wilda, dan dia adalah penghuni baru rumah yang berada dekat lapangan Bulutangkis itu. Ke empat pemuda itu hanya bisa terpesona melihat kecantikan gadis itu. Dalam hati mereka, sesuatu yang bening di pagi hari.
Permainan dimulai. Deko berpasangan lagi dengan Arief. Sedangkan Andi berpasangan dengan Rudi. Wilda hanya menyaksikan dari pinggir lapangan. Dan sekali lagi, Deko dan Arief meraih kemenangan. Tanpa sepatah kata, Wilda masuk lapangan disaat Ke empat pemuda itu beristrahat di pinggir lapangan. Karena kasihan, Deko masuk menemani Wilda bermain. Meskipun berdua, mereka tampak menikmatinya.
Wilda memiliki kakak yang bernama Arya. Sinar mentari pagi telah sampai pukul setengah 8. Di saat itulah kakaknya terbangun dari tidurnya. Dari kamarnya, dia mendengar suara adiknya bermain Bulutangkis di bawah. Diapun mengintip dari lantai 2 beranda kamarnya. Dia melihat adiknya sedang asyik bermain Bulutangkis bersama seseorang. Dengan wajah yang masih seperti Bantal, dia menegur adiknya.
"Wilda ! Oiii ! Lagi ngapain ?"
"Eh,, Kak ! Lagi main Bulutangkis lah !! Emang Saya lagi ngapain ?"
"Saya kira lagi main karet !! Hahahaha...,"
"Huh ! Menyebalkan !!"
"Hahahahaha...,"
"Huh.., dasar kakak..,"
Deko hanya terdiam mendengar perkataan Arya. Meskipun sedikit tersinggung, Deko mencoba tersenyum. Wilda pun meminta maaf atas sikap kakaknya. Keringat membasahi badan Wilda. Sosoknya membuat para pemuda itu melongo. Permainan Bulutangkisnya juga tidak buruk. Hanya saja perlu ditingkatkan. Pagi itu, dia menjadi pusat perhatian baik saat dia bermain bersama Deko, maupun setelah dia bermain.
Di lain sisi, Yhas sudah menunggu Deko di depan rumahnya. Dia ingin jujur kepada Deko jika kemarin-kemarin dia ingin meminta putus tetapi niatnya itu dia urungkan. Dewi pun menghampirinya. Karena merasa kasihan melihat Yhas telah menunggu sedari pagi dan Deko belum kembali dari bermain Bulutangkisnya.
"Kak, Yhas..,"
"Wi..,?"
"Mmh, Aku.., Aku mau bertanya,,,"
"Yahh.., Apa itu, Wi..?"
"Apakah Kak Yhas masih mencintai Kakakku ?"
"Kenapa kamu bertanya seperti itu..,?"
"Maaf, Kak.., Aku tidak tahu apa yang dipikirkan Kakakku..,"
"Maksudmu..? Wi, Aku senang.., Juga karena kamu Aku bisa kenal dengan Kakakmu.., tapi, perkataanmu membuatku bingung..,"
"Minggu lalu Kakakku mengatakan akan memutuskan Kak Yhas.., Aku sangat sedih.., apakah Kakakku berubah atau Kak Yhas yang berubah..,"
"A... apa..?"
"Aku bertanya apa alasannya..., tapi kakakku hanya terdiam.., Kak, apa yang sebenarnya terjadi ?"
"(Kak Deko ?) A.., Aku tidak tahu, Wi..,"
"Kak, Yhas ?"
"........"
"Kak ?"
"Hikss,, sebaiknya Aku pulang..,"
"Kak Yhas ?"
"Wi.., Aku pulang..,"
"Tapi, Kak ?"
Yhas akhirnya pulang dengan air mata. Dia baru merasakan sesuatu yang sangat menyesakkan dadanya. Niatnya untuk minta maaf akhirnya tidak kesampaian. Deko belum kembali dari lapangan tempatnya bermain. Niat awalnya memang ingin memutuskan Deko kekasihnya, namun beberapa hari ini, keadaan mengubah niatnya. Di saat itu, dia malah akan diputuskan. Yhas tak mampu menahan kesedihannya dan berlari pulang.
Sehabis bermain, Wilda berterima kasih kepada Deko. Dia akhirnya masuk ke rumahnya dengan kucuran keringat. Pada saat itu, Pak Wahab yang dulu adalah pelatih Deko, singgah untuk berbicara dengan Deko. Sedangkan teman-temannya juga kembali pulang. Mereka berdua duduk di pinggir lapangan.
"Bagaimana keadaan, pelatih ?"
"Seperti biasa, sakit-sakitan..,"
"Pak pelatih tidak boleh bicara seperti itu..,"
"Umurku sudah setengah abad lebih.., wajarlah jika Saya sakit-sakitan..,"
"Jadi pelatih ? Apakah sudah memutuskan gantung raket ?"
"Kemampuanku sudah kuturunkan padamu.., Kau lah yang meneruskan permainanku.., Saya hanya bisa melihatmu bermain dari jauh..,"
"Sampai kapan pun, Pelatih adalah yang terbaik..,"
"Hahaha.., jamgan panggil saya pelatih.., biasa saja..,"
"A'.., sampai kapanpun, anda adalah pelatihku.., dan saya harus berterima kasih untuk itu..,"
"Deko, di atas langit masih ada langit.., kamu jangan sombong dari apa yang kau raih sampai saat ini.., kau harus yakin jika masih ada yang lebih hebat dibanding dirimu..,"
"A'.., apakah dulu pelatih sangat hebat ?"
"Tidak juga.., saat umurku 20 tahun, Aku sudah memenangkan banyak Turnamen Daerah.., salah satunya mewakili Sulawesi Selatan dalam ajang pemain Indonesia terbaik..,"
"Lalu ? Pelatih menang ?"
"Tidak juga.., Aku kalah pada saat itu.., namun tahun berikutnya, Aku bisa membayar kekalahanku yang lalu..,"
"Wahh.., pastinya itu menjadi kenangan terindah saat pelatih masih muda..,"
"Deko, kita tidak bisa melawan umur.., umurmu saat ini 25 tahun, beberapa tahun ke depan, fisikmu melemah.., sebaiknya kau mencari gelar dalam Bulutangkis..,"
"A'.., tapi pelatih, Aku saat ini sibuk dengan pekerjaan.., belum lagi Dewi yang harus selalu Aku perhatikan..,"
"Itu juga yang menjadi kendala.., Kalau begitu saya pulang dulu.., jangan terlalu lelah.., usahakan istrahat penuh hari ini.., kata Dewi, jika sore kau masih sering pemanasan dengan raket.., sebaiknya istrahat. Lagipula besok kau harus masuk kerja..,"
"Dewi ? Dasar tuh anak.., Iya pelatih.., Pasti..,"
"Baiklah, Aku pulang..,"
Sosok pelatih yang selama ini mengajari Deko untuk berkembang dalam Bulutangkis, semakin jauh dari pandangannya. Perkataan yang mengungkap sejarah kehebatan masa lalu, membuat Deko sedikit merenung. Dilihatnya Arya yang sedang asyik bermain gitar di beranda rumahnya. Dia menganggap Arya adalah orang yang sangatlah meremehkan Bulutangkis. Dan pada akhirnya, Deko juga kembali pulang ke rumahnya.
CHAPTER 1 : THE END
Senin, 16 April 2012
Numpang Senyum
SingkOng(Singkat dan sepotOng)
Oh.., Nenek !!
Suatu hari ada nenek-nenek berumur 80 tahun lari dari rumahnya. Kemudian cucu-cucunya mengejar nenek tersebut. Karena tahu sudah tidak ada tempat lari, nenek tersebut kemudian memanjat pohon kelapa yang tingginya hampir 10 meter.
Cucu pertama : "Nek ! Turun ! Kalau tidak, Aku yang naik !!"
Cucu kedua : "Nek ! Kalau tidak turun, terpaksa pohon ini Saya tebang !!"
Cucu ketiga : "Nek ! Kalau turun jangan lupa bawa buah kelapa..!!"
Kemudian di panggillah Polisi dan Ambulance untuk jaga-jaga tetapi nenek tersebut tetap tidak mau turun. Dengan terpaksa pohon kelapa tersebut ditebang. Alhasil, Brukk !! Sang Nenek ikut terjatuh bersama pohon yang rubuh. Tapi syukurlah, nenek tersebut tidak apa-apa. Setelah diselidiki oleh polisi, diketahuilah bahwa kesalahan terjadi pada cerita ini. Karena mana ada nenek-nenek umur 80 tahun bisa berlari mengalahkan cucu-cucunya ? Trus manjat pohon kelapa dan jatuh tetapi tidak apa-apa ? Kan Mustahil ! Ini membuktikan yang baca kisah ini juga orang bego.., Hahahay....
Eko. Adrianto ( 24 Februari 2009 )
Semua Tentang Jatuh
Waktu Aku kecil, kira-kira berumur 1 tahun lebih, aku mulai belajar berjalan. Seperti orang teler kalau berjalan, keadaan yang tidak seimbang membuatku sering JATUH dan JATUH lagi..., bangkit, dan JATUH lagi.., Sampe-sampe, lutut GUE udah berdarah-darah.., maklum, latihan jalannya di atas kerikil.
Waktu Aku berumur 5 tahun, hobi GUE itu suka manjat-manjat pohon. Buah mangga pada manis-manis.., rasanya GUE mau memetik terus makan langsung dengan kulitnya.., tapi belum sempat kupetik, Aku jatuh dari pohon. Buaggh !! Ternyata JATUH dari pohon, sakit juga,yah ?
Waktu Aku berumur 7 tahun, Ibuku dan Ayahku membelikanku sepeda. Hatiku gembira, senang rasanya(Hmm, Lebay !). Kemudian sepedaku kupakai jalan-jalan dan muter-muter keliling Kompleks. Berkali-kali Aku JATUH dari sepeda. JATUH ke selokan, JATUH ke tanah kemudian muka GUE ketubruk Tai Sapi ! Dan terakhir, JATUH saat bersepeda dan menabrak orang pipis di balik pohon.
Karena kebanyakan main-main, Aku tiba-tiba JATUH sakit, untuk pertama kalinya kena penyakit Cacar. Ketika Aku JATUH sakit, semua makanan tidak enak masuk dalam mulutku. Yang tadinya ibuku membelikan Aku Bakso, ketika masuk di mulutku, rasanya berubah menjadi Bakpao.
Waktu Aku berumur 15 tahun, Ayahku membeli motor. Motor HONDA merek LEGENDA. Di mana motor LEGENDA itu sekarang sudah tidak ada dan kini menjadi LEGENDA. Beberapa kali kupakai belajar dan JATUH lagi.., JATUH lagi, dan lagi. Terakhir kali waktu Aku JATUH dari motor adalah ketika menabrak pohon mangga. Syukurlah hanya jari kelingking GUE yang terkilir, tapi jari yang lain-lainnya patah-patah.
Sekarang Aku sudah dewasa. Tubuhku semakin tinggi. Aku belajar dari pengalaman-pengalaman tentang JATUH. Ternyata JATUH itu tidak enak, coy ! Itu menyebalkan banget ! Sebenarnya, Aku tidak mau kenal lagi dengan yang namanya JATUH.., tetapi ketika Aku melihat seorang wanita, tiba-tiba Aku JATUH hati.
Eko.Adrianto ( 30 Maret 2009 )
Oh.., Nenek !!
Suatu hari ada nenek-nenek berumur 80 tahun lari dari rumahnya. Kemudian cucu-cucunya mengejar nenek tersebut. Karena tahu sudah tidak ada tempat lari, nenek tersebut kemudian memanjat pohon kelapa yang tingginya hampir 10 meter.
Cucu pertama : "Nek ! Turun ! Kalau tidak, Aku yang naik !!"
Cucu kedua : "Nek ! Kalau tidak turun, terpaksa pohon ini Saya tebang !!"
Cucu ketiga : "Nek ! Kalau turun jangan lupa bawa buah kelapa..!!"
Kemudian di panggillah Polisi dan Ambulance untuk jaga-jaga tetapi nenek tersebut tetap tidak mau turun. Dengan terpaksa pohon kelapa tersebut ditebang. Alhasil, Brukk !! Sang Nenek ikut terjatuh bersama pohon yang rubuh. Tapi syukurlah, nenek tersebut tidak apa-apa. Setelah diselidiki oleh polisi, diketahuilah bahwa kesalahan terjadi pada cerita ini. Karena mana ada nenek-nenek umur 80 tahun bisa berlari mengalahkan cucu-cucunya ? Trus manjat pohon kelapa dan jatuh tetapi tidak apa-apa ? Kan Mustahil ! Ini membuktikan yang baca kisah ini juga orang bego.., Hahahay....
Eko. Adrianto ( 24 Februari 2009 )
Semua Tentang Jatuh
Waktu Aku kecil, kira-kira berumur 1 tahun lebih, aku mulai belajar berjalan. Seperti orang teler kalau berjalan, keadaan yang tidak seimbang membuatku sering JATUH dan JATUH lagi..., bangkit, dan JATUH lagi.., Sampe-sampe, lutut GUE udah berdarah-darah.., maklum, latihan jalannya di atas kerikil.
Waktu Aku berumur 5 tahun, hobi GUE itu suka manjat-manjat pohon. Buah mangga pada manis-manis.., rasanya GUE mau memetik terus makan langsung dengan kulitnya.., tapi belum sempat kupetik, Aku jatuh dari pohon. Buaggh !! Ternyata JATUH dari pohon, sakit juga,yah ?
Waktu Aku berumur 7 tahun, Ibuku dan Ayahku membelikanku sepeda. Hatiku gembira, senang rasanya(Hmm, Lebay !). Kemudian sepedaku kupakai jalan-jalan dan muter-muter keliling Kompleks. Berkali-kali Aku JATUH dari sepeda. JATUH ke selokan, JATUH ke tanah kemudian muka GUE ketubruk Tai Sapi ! Dan terakhir, JATUH saat bersepeda dan menabrak orang pipis di balik pohon.
Karena kebanyakan main-main, Aku tiba-tiba JATUH sakit, untuk pertama kalinya kena penyakit Cacar. Ketika Aku JATUH sakit, semua makanan tidak enak masuk dalam mulutku. Yang tadinya ibuku membelikan Aku Bakso, ketika masuk di mulutku, rasanya berubah menjadi Bakpao.
Waktu Aku berumur 15 tahun, Ayahku membeli motor. Motor HONDA merek LEGENDA. Di mana motor LEGENDA itu sekarang sudah tidak ada dan kini menjadi LEGENDA. Beberapa kali kupakai belajar dan JATUH lagi.., JATUH lagi, dan lagi. Terakhir kali waktu Aku JATUH dari motor adalah ketika menabrak pohon mangga. Syukurlah hanya jari kelingking GUE yang terkilir, tapi jari yang lain-lainnya patah-patah.
Eko.Adrianto ( 30 Maret 2009 )
Minggu, 15 April 2012
Islam Yang Terlupa
Bab 1 : Young in Masjid
Kisah ini bermula di tahun 2007. Hari ahad, jam 5 subuh. sebuah alarm jam berbunyi. Seperti biasa, Rian terbangun. Saat itu juga adzan subuh berkumandang di Masjid dekat rumahnya. Rian segera meninggalkan tempat tidurnya dan mengambil air wudhu. Wajahnya masih sangat mengantuk, tetapi dia menganggap itu semua godaan setan.. Setelah mengunci rumahnya, Rian berangkat ke Masjid yang hanya berjarak 20 meter dari rumahnya.
Setelah solat subuh secara berjamaah di Masjid, Rian mengganti pakaiannya untuk bersiap berlari pagi. Hal itu dia lakukan tiap hari. setelah berlari pagi, pasti dia melanjutkan tidurnya.Bangun sekitar jam 10 pagi. Tetapi hari itu hari ahad, biasanya dia tidak tidur lagi.
Di antara keluarganya, hanya Rian yang sering ke Masjid solat berjamaah. Ibunya hanya solat di rumah. Tetapi bapaknya seorang yang malas beribadah. Begitupun adik-adiknya. Dia tamat SMA tahun 2005, sempat kuliah 2 tahun atau 4 Semester namun terhenti karena masalah biaya. Dia memilih mengalah untuk kedua adiknya yang masih bersekolah. Ternyata gaji ibunya yang seorang guru, belum dapat memenuhi kebutuhan mereka sekeluarga. apalagi bapaknya sudah pensiun.
Untuk pertama kalinya, Rian melihat seorang jamaah solat wanita keluar dari Masjid sekitar jam 6 pagi. wanita itu mencuri perhatian Rian. Dia yang hendak berlari-lari pagi, menjadi hanya jalan-jalan pagi. Dia mengikuti wanita itu dari belakangnya. Setelah wanita itu masuk ke rumahnya, dia pun berlari seperti niatnya yang sebelumnya. Dia hanya ingin tahu rumah wanita tersebut.
Jam menunjukkan jam 7 pagi. Sekembalinya dari berlari pagi, Rian mendapati wanita itu sedang mencabuti rumput di depan rumahnya. Ternyata, wanita itu sangat cantik ketika tidak mengenakan Mukenah atau Jilbab. Dia semakin penasaran. Rasa ingin tahu yang sangat, membuat dia menghampiri wanita itu.
"Assalamualaikum..,"
"A.., walaikumsalam.., iyah ?"
"A.., mm.., maaf.., kaget yah ?"
"Hmm, sedikit..,"
"Bi.., bisa kenalan ?"
"Hmm.., bisa..,"
"Namaku Rian, kalo kamu ?"
"Aku, Tenri..,"
"Waw, nama yang bagus.., mmm, tinggal di sini ?"
"Iyah..,"
"Mmm, tapi sebelumnya rumah ini kosong ?"
"Iyah,, tapi sekarang tidak lagi,,,"
"Keluarganya ?"
"Ayah dan ibuku kerja di luar daerah, dan Aku akan Kuliah di sini..,"
"Di Makassar ini ?"
"Iyah.., Aku akan masuk Fakultas Kedokteran di UNHAS...,"
"Waw.., Saya doakan..,"
"Hmm, makasih..,"
"Rumputnya banyak yah, mau..,"
"Hmm.., tidak, makasih.., biar Aku kerjakan sendiri..,"
"Ouh.., yah.., salam kenal saja..,"
"Hmm.., iyah.., Kamu kuliah atau ?"
"Kuliah, STMIK DIPANEGARA Semester 4.., tapi sekarang lagi cuti.,, hehe..,"
"Ohh..,"
"Kalau begitu, Saya pulang dulu, tidak apa-apa kan ?"
"Hmm, iyah.., dari jogging yah ?"
"Yahh.., kalau begitu selamat bekerja, yah..,"
"Iyahh..,"
"Assalamualaikum..,"
"Walaikumsalam..,"
Setelah menjawab salam, Rian berlari pulang ke rumahnya. Hari yang indah baginya. Dia berkenalan dengan seorang wanita yang cantik. Di awal tahun 2007 itu, dia berkenalan dengan seorang wanita yang belum pernah sebelumnya menarik perhatiannya. Sampai di rumah dia segera mandi. Adik-adiknya masih terlelap. Begitupun bapaknya. Ibunya sedang membuat sarapan.
"Buuu..,"
"Iya, Ian..?"
"Pisang gorengnya saya ambil satu !"
"Iyaa.., mau ke mana, Ian ?"
"Mau kerja bakti !!"
"Kenapa cuma satu kamu ambil pisang gorengnya ?"
"Simpankan bapak dan adik, buu..,"
"Tidak apa-apa, Ian.., Nanti ibu bikin lagi..!"
"Satu sudah cukup, buu.., saya suka angka satu, Tuhan kan cuma ada satu !"
"Kamu ini ! Yah, sudahlah.., hati-hati, nak..,"
"Iya, buu..,"
Hari ahad itu kebetulan di adakan kerja bakti di Masjid. Banyak Jemaah Masjid yang datang kerja bakti dengan membawa perlengkapan kebersihan. Di antara mereka yang kerja bakti, hanya ada beberapa anak muda. Selebihnya orang tua sudah setengah abad.
Sini ! Sini ! Teman Rian yang bernama Lutfi memanggilnya. Lutfi orangnya lumayan gagah. Dia juga rajin berjamaah. Mereka berdua adalah sahabat. Rian lulus SMA di tahun 2005 sedangkan Lutfi setahun setelahnya atau di tahun 2006. Saat ini Lutfi sedang Magang di sebuah perusahaan. Karena dia lulusan SMK. Kesibukannya tidak membuat dia lupa dengan kewajibannya sebagai seorang muslim.
"Ada apa, Pi..?"
"Kita menyapu, yuk..!"
"Okey..,"
"Yo'i.., Eh,,, ada tetangga yang baru pindah dekat rumahku loh..,"
"Tenri..,?"
"Hah ? Dari mana tahunya ?"
"Hehe.., rahasia, dong..,"
"Hei !! Beritahu dong !!"
"Rahasia ! Rahasia !"
"Dasar !!"
Canda dan tawa mereka menghiasi saat sedang asyik bekerja. Jiwa pemuda membuat mereka kebanyakan bercanda. Meskipun begitu, pekerjaan menjadi tak terasa. Setelah Kerja bakti, Rian dan Lutfi kembali ke rumah masing-masing. Karena berkeringat, Rian terpaksa kembali mandi.
Waktu Dhuhur tiba. Seperti biasa, Rian bersiap-siap ke Masjid berjamaah. Adzan berkumandang. Sebahagian kecil dari sebahagian besar masyarakat yang berada di Kompleks Perumahan itu, bergegas ke Masjid. Di saf wanita, Rian melihat ada tenri kenalan barunya. Hatinya menjadi berbunga-bunga.
Masjid itu adalah Masjid AL - IHSAN. Bertingkat dua lantai. Di mana lantai duanya di gunakan anak santri mengaji di sore harinya. Di hari biasa, jamaah solat di Masjid itu tidak sampai 20 orang. Hanya Maghrib yang lumayan banyak. Itupun di dominasi oleh anak-anak. Ke mana yang lainnya ? Hanya saja keika bulan Ramadhan, Masjid itu dipenuhi oleh Jamaah solat. Apakah mereka lupa jika mereka muslim ? Ataukah pura-pura lupa ? Wallahu alam.
Rian memandangi Tenri dari luar Masjid. Pundaknya ditepuk oleh Rezki atau yang lebih sering dipanggil Kidol. Kidol adalah teman baiknya. Dia juga rajin solat berjamaah. Kehadiran kidol membuat Rian kaget dan salah tingkah.
"Hooi !! Lihat apa ?"
"Ti.., tidak ! Tidak lihat wanita kok !"
"Yang bilang lihat wanita siapa ? Ahaaah !! Lihat juga, ahhh..,"
"Heh, Dol !! Sebentar lagi Iqamah !!"
"Tunggu ! Lihat cewek dulu !!"
"Oiii !!"
"Higgh ! Kau bikin kaget, Ihsan !!"
"Lihat apa nih !?"
"Kata Rian, ada cewek..,"
"Saya tidak bilang begitu..,"
"Huph,, itu kan Wulan..,"
"Tau tuh Rian, dia lihat-lihatin Wulan sedari tadi..,"
"Heh, Dol !! Bukan Wulan ! Tapi sebelahnya !!"
"Hah ? Sebelahnya Wulan kan nenek-nenek !"
"Dasar Stupid !! Cewek tau, cewek !"
"Tidak kelihatan.., Ntar saja ahh,,,"
"Takut yah jika keduluan ? Yah gak, Kidol ?"
"Tenang saja, Rian.., kita bersaing sehat..,"
"What ?"
"Hoooooii !! Lihat apa ?"
"Itu pak Iskandar !! Lari !!"
Rian dan kedua temannya berlari masuk Masjid. Pak Iskandar dengan kumisnya yang lebat mendapati mereka ngintip-ngintip di luar masjid. Namun begitu, Pak Iskandar atau sering dipanggil Pak Is, adalah orang yang baik. Solat itu dipimpin oleh Ustadz Ibnu Abdiyah. Sebelum memasuki saf solat, Rian menyempatkan menoleh ke belakang melihat Tenri. Tenri pun juga melihatnya. Mereka berdua akhirnya saling tersenyum.
Solat Dhuhur dilaksanakan. Kewajiban sebagai orang muslim tidak boleh terlewatkan. Jika sudah terbiasa, solat Dhuhur yang berjumlah 4 rakaat, tidak akan terasa. Setelah salam, kemudian berdzikir dan dilanjutkan dengan doa. Dalam doa Rian meminta "Ya Allah,,,Titipkanlah hamba seorang wanita yang mencintaiku dan Aku cintai,,, dan semoga kami saling mencintai karenaMU Ya Allah,,,". Setelah Rian berdoa dan membasuh wajahnya, dia hendak bersalaman dengan temannya Kidol dan Ihsan. Tapi dia begitu kaget karena kedua temannya sudah tidak ada di tempat. Melainkan di luar Masjid.
Hal itu tidak membuat Rian meninggalkan solat sunnah setelah solat Dhuhur. Dia memilih solat tanpa harus mengikuti kedua temannya. Begitupun Tenri, dia juga solat sunnah. Kedua temannya berdiri di tempat sendal wanita. Seorang nenek-nenek adalah yang pertama keluar Masjid dibagian wanitanya.
"Nenek sudah tua, cu.., nenek lupa bawa uang kecil..,"
"Ma.., maksud nenek ?"
"Cucu ini yang jaga sendal, kan ?"
"Waduhh.., salah paham, nih..,"
"Tidak, nek.., kami menunggu seseorang..,"
"Oohh.., begitu, yah.., nenek kira cucu yang jaga sendal..,"
"Hati-hati, nek..,"
"Iya, cu.., biar tidak bilang, nenek akan hati-hati..,"
"Heh, Kidol ! Tuh.., tuh lihat !"
"Ehh, Kak Kidol, Kak Ihsan.., nunggu siapa ? Saya ?"
"Dasar GR !!"
"Pulang sana !! Piring masih numpuk di rumahmu !!"
"Hmm.., sok tahu !! Bukan piring tapi baju..,"
"Wulan..,"
"Ohh.., oh iya Kak.., Kak Kidol, Kak Ihsan, ini Kak Tenri. Tinggal dekat rumahku. juga dekat rumah Kak Lutfi...,"
"Salam kenal..,"
"Salam kenal..,"
"Iyahh..,"
"Ohh iya.., di dalam masih ada Kak Lutfi dan Kak Rian..,"
"Iyahh.., Aku sudah tahu..,"
"Hah ? Kak Tenri sudah tahu ?"
"Iyah.., pulang, yuk..,"
"Iya, Kak.., Kak Kidol, Kak Ihsan.., kami pulang yah..,"
"Oke, Lan.., hati-hati, yah..,"
"Biar Kak Ihsan tidak bilang..,"
Wulan dan Tenri meninggalkan mereka berdua. Tak lama kemudian, Lutfi dan Rian datang menghampiri mereka. Canda dan tawa mewarnai mereka berempat. Mereka adalah pemuda yang gagah di luar dan gagah di dalam. Gagah di dalam adalah Iman Islam, sedangkan gagah di luar, mereka berwajah eksotis. Namun, di antara mereka, hanya Rian yang kuliahnya tidak lanjut. Ihsan dan Kidol masih kuliah dan Lutfi sudah magang sebentar lagi bekerja.
Hari-hari ke depan, akan membuat Rian semangat. Karena di masjid tempatnya menenangkan hati, muncul seseorang yang membuatnya semangat. Namun dalam hatinya bertanya, bolehkah pacaran dalam islam ? Dan yang lebih Rian takutkan, apabila dia pergi solat berjamaah ke Masjid, cuma hanya untuk melihat Tenri, bukan karena Allah.
Di atas tempat tidurnya dia terus memikirkan itu. Jam sudah pukul 10 malam, adiknya sudah terlelap di dekatnya. Tempat tidur Rian cukup untuk dua orang. Tiap hari Rian harus ikhlas berbagi dengan adiknya. Terkadang, Rian tidak memakai selimut. Dia membiarkan adiknya memakai sepenuhnya. Termasuk mengorbankan kuliahnya untuk pendidikan adik-adiknya.
Subuh itu, Rian melihat Tenri di saf wanita. Dia baru menemukan dan melihat seorang wanita yang masih muda, rajin beribadah ke Masjid. Kemarin, dan kemarinnya kemarin, hanya ibu-ibu dan nenek-nenek. Namun kini, kehadiran Tenri telah mewakili kalangan remaja perempuan melengkapi saf wanita.
Seperti yang biasa dia lakukan, yakni lari subuh. Dia berharap bisa bicara dengan Tenri lagi. Dia kenakan sepatu olahraganya dan berlari seperti biasanya. Namun, sampai di tempat tujuannya berlari, Rian tidak melihat Tenri.. Hal itu membuatnya bertanya-tanya dalam hati.
Hari itu masih pagi, sekitar jam setengah 7. Ketika hendak pulang, saat itulah Rian berpapasan dengan Tenri. Rian hendak kembali ke rumah, dan Tenri hendak ke sekolah. Tanpa basa-basi Rian menyapanya.
"Assalamualaikum..,"
"Walaikumsalam..,"
"A.., a.., "
"Hmm ? Kenapa Kak ?"
"A.., mau ke sekolah ?"
"Iyah.., Nih Aku pakai baju sekolah..,"
"Saya kira sudah selesai sekolahnya..,"
"Tahun ini, Insya Allah..,"
"Berarti sebentar lagi UAN, dong ?"
"Iyah, Kak.., Kak Rian dari mana ?"
"Jogging.., nih saya pakai baju jogging..,"
"Oh iya yah,,, heheh..,"
"Kalau begitu, mungkin hari ini cukup.., maaf sudah mengganggu..,"
"Cukup ? maksudnya ?"
"A.., tidak apa-apa.., kalau begitu.., saya kembali.., hati-hati, yah..,"
"Iyah, Kak..,"
"Assalamualaikum"
"Walaikumsalam..,"
Keduanya saling berpaling berlawanan arah. Rian hendak pulang, dan Tenri hendak ke sekolah. Rian berharap tiap hari bisa seperti itu. Dapat berbicara dengan Tenri tiap harinya. Dan berharap suatu hari nanti menjadi sepasang kekasih. Harapan yang dia sandarkan pada ALLAH SWT.
Rian tidak secara terang-terangan menunjukkan rasa sukanya. Dia memutar otaknya mencari ide. Akhirnya dia memutuskan menulis surat dan menarunhya di atas kunci pagarnya. Dan ketika Tenri kembali dari sekolah, dia langsung mengambilnya. Hampir tiap hari Rian menulis surat tetapi merahasiakan identitasnya. Meskipun Tenri sebenarnnya sudah tahu jika Rian yang menaruh surat-surat itu.
Tenri hanya tersenyum membaca surat-surat itu. Dia menyimpan surat-surat Rian dalam sebuah dokumen rahasianya. Baginya, Rian adalah lelaki pertama yang mengiriminya surat. Dia sebenarnya ingin membalas surat itu, namun dia malu untuk melakukannya. Malamnya, dia memanggil Wulan ke rumahnya.
Berbeda dengan Rian, malamnya dia ke rumah Lutfi. Lutfi hanya tinggal sendiri. Kedua orang tuanya bekerja di Papua. Dia sudah belajar mandiri semenjak masih sekolah. orangtuanya hanya mengiriminya uang tiap bulan. Baginya, dia sudah terbiasa hidup sendiri.
"Asaalamualaikum"
"Walaikumsalam"
"Maaf ganggu, bro..,"
"Yoh.., tidak juga, bro.., masuk..,"
"Hehe.., Eh, Saya mau bertanya, Pi..,"
"Mmm ? Apa itu, bro..?"
"Menurut kamu, pacaran itu.., boleh atau......,"
"Atau apa ? Kalau menurut saya, boleh. Tetapi ada batas-batasnya..,"
"Boleh ? Kenapa begitu ?"
"Kan kamu nanya, kalau menurut saya..,"
"Tetapi dalam Al-Qur'an dan Hadits, saya belum temukan..,"
"Gini, bro.., semua kembali padamu.., ikuti kata hatimu. Saya bilang boleh karena saya lagi pacaran dengan Dwi.., Kalau saya bilang tidak boleh, itu artinya saya munafik..,"
"Oops.., iya yah.., kamu kan pacaran dengan Dwi.., kenapa saya nanya sama kamu, yah ?"
"Atau begini, kamu nanya sama Pak Ramzi, dia kan banyak tahu tentang agama islam..,"
"Oh iya yah.., Dia kan Om ku.., kenapa tidak terpikirkan, yah."
"Pernah tidak kamu lihat Pak Ramzi pacaran sebelum dia menikah ?"
"Tidak pernah ! Nah, loh.., kalau begitu untuk apa saya bertanya ke Pak Ramzi ? Jawabannya pasti tidak boleh !"
"Coba saja dulu, bro.., mungkin kau akan menemukan jawabannya."
"Oh iya yah.., kalau begitu, makasih, Pi..,"
"Maksudmu ?"
"Saya hanya mau bertanya itu..,"
"Jadi ? Kau hanya mau bertanya begitu ?"
"Hehe.., maaf sudah ganggu, bro..,"
"Huh.., yah.., tak apa-apa, bro..,"
"Saya pulang dulu, makasih, Pi..,"
"Yah, sama-sama, bro..,"
"Assalamualaikum"
"Walaikumsalam"
Keluar dari pagar rumah Lutfi, Rian berdiri sejenak memandangi rumah Tenri. Hal itu disadari oleh Lutfi dan kemudian meneriaki Rian. "Wulan ! Ada yang cari tuh !!" Secara bersamaan, Wulan keluar dari rumah Tenri. Wulan menengok ke kanan dan ke kiri, namun tidak ada siapa pun. Ternyata Rian sudah hilang dengan langkah seribunya.
Waktu terus berlalu. Perasaan masih terpendam . Meskipun Rian sudah menceritakan rahasianya pada sahabatnya Lutfi dan teman-temannya Kidol dan Ihsan, dia masih saja bersembunyi dari perasaannya yang sebenarnya. Menyerah pada keadaan, Rian akhirnya meminta bantuan Wulan. Namun saat itu bulan Maret. Saat-saat sibuknya Tenri menghadapi UAS dan UAN.
Kesibukan yang dihadapi Tenri, membuatnya jarang terlihat di Masjid. Meskipun hari Ahad, Tenri juga jarang terlihat. Hal itu membuat Rian sangat merindukannya. Meskipun begitu, dia tetap rajin solat berjamaah. Di sela-sela waktu kosongnya, dia mencoba membersihkan Masjid. Menyapu dan mengepel lantainya. Rian senang melihat kebersihan masjid itu.
Hal yang dilakukan Rian mengundang perhatian pengurus Masjid Al - Ihsan. Malam itu, Pak Ramzi yang juga salah satu anggota pengurus Masjid, berbicara 4 mata dengan Rian.
"Bagaimana kegiatanmu ?"
"Yah, hanya begini-begini, pak..,"
"Saya akan menawarkan kegiatan untukmu di Masjid, ini..,"
"A.., apa itu, pak ?"
"Bagaimana kalau kamu tinggal di masjid ini ?"
"Tinggal ?"
"Ya.., ada ruangan di sana yang kosong dan tidak di gunakan.., kalau kamu mau, biarlah pengurus Masjid menjadikan itu kamar untukmu..,"
"A, bagaimana, yah..,"
"Kamu juga bisa belajar mandiri, dan tugasmu hanya mengaktifkan Tape Masjid saat waktu-waktu solat tiba..,"
"Tapi, kenapa harus saya,pak..?"
"Kamu masih muda.., Allah suka pemuda yang senang di Masjid.., "
"Haah ? Kenapa Allah suka pemuda, pak..? Padahal kita sama-sama solat berjamaah..?"
"Pemuda itu, fisiknya masih kuat.., dia bisa berbuat apa-apa.., dan kebanyakan di antaranya adalah perbuatan yang mengarah ke perbuatan dosa.., jika di gunakan untuk beribadah, Allah akan sangat senang padanya.., dan salah satu golongan manusia yang mendapatkan naungan di Padang Masyhar kelak adalah pemuda-pemuda yang hatinya senang di Masjid.., sedangkan orang tua ? Kamu tahu sendiri kan ? Kami sudah tidak bisa apa-apa..,"
"Oh, begitu yah, pak..?"
"Saya pernah menjadi Lurah, banyak Masjid telah ku singgahi. Dan rata-rata yang menjaga Masjid itu adalah anak muda. Sebagian besar dari mereka telah menjadi sukses. Ada yang jadi pengusaha, menjadi suami salah seorang anak Ulama besar Indonesia, dan banyak lagi."
"Hehe. Saya jadi semangat, pak..,"
"Dan satu lagi, pemuda yang selalu di Masjid, dia akan di sukai banyak orang. Rahmat Allah akan turun padanya. Sehingga siapapun yang melihatnya, akan terasa senang hatinya. Bagaimana ? Kamu mau menerima tawaran untuk tinggal di Masjid, ini ?"
"Insya Allah, Pak..,"
"Kalau begitu, Saya akan membicarakan ini kepada pengurus masjid yang lainnya.."
"Makasih, Pak..,"
Mulai saat itu, Rian di angkat sebagai pemuda yang bertanggung jawab penuh untuk Masjid Al - Ihsan. Barang-barangnya seperti pakaian dan alat-alat lain di rumahnya, di pindahkan ke Kamar yang telah dibuatkan oleh Pengurus Masjid. Kamar yang tadinya adalah gudang penyimpanan. Lutfi juga ikut membantu mengatur barang-barang Rian. Dan pada saat itu, kisah ini bermula.
BAB 1 : THE END
Kisah ini bermula di tahun 2007. Hari ahad, jam 5 subuh. sebuah alarm jam berbunyi. Seperti biasa, Rian terbangun. Saat itu juga adzan subuh berkumandang di Masjid dekat rumahnya. Rian segera meninggalkan tempat tidurnya dan mengambil air wudhu. Wajahnya masih sangat mengantuk, tetapi dia menganggap itu semua godaan setan.. Setelah mengunci rumahnya, Rian berangkat ke Masjid yang hanya berjarak 20 meter dari rumahnya.
Setelah solat subuh secara berjamaah di Masjid, Rian mengganti pakaiannya untuk bersiap berlari pagi. Hal itu dia lakukan tiap hari. setelah berlari pagi, pasti dia melanjutkan tidurnya.Bangun sekitar jam 10 pagi. Tetapi hari itu hari ahad, biasanya dia tidak tidur lagi.
Di antara keluarganya, hanya Rian yang sering ke Masjid solat berjamaah. Ibunya hanya solat di rumah. Tetapi bapaknya seorang yang malas beribadah. Begitupun adik-adiknya. Dia tamat SMA tahun 2005, sempat kuliah 2 tahun atau 4 Semester namun terhenti karena masalah biaya. Dia memilih mengalah untuk kedua adiknya yang masih bersekolah. Ternyata gaji ibunya yang seorang guru, belum dapat memenuhi kebutuhan mereka sekeluarga. apalagi bapaknya sudah pensiun.
Untuk pertama kalinya, Rian melihat seorang jamaah solat wanita keluar dari Masjid sekitar jam 6 pagi. wanita itu mencuri perhatian Rian. Dia yang hendak berlari-lari pagi, menjadi hanya jalan-jalan pagi. Dia mengikuti wanita itu dari belakangnya. Setelah wanita itu masuk ke rumahnya, dia pun berlari seperti niatnya yang sebelumnya. Dia hanya ingin tahu rumah wanita tersebut.
Jam menunjukkan jam 7 pagi. Sekembalinya dari berlari pagi, Rian mendapati wanita itu sedang mencabuti rumput di depan rumahnya. Ternyata, wanita itu sangat cantik ketika tidak mengenakan Mukenah atau Jilbab. Dia semakin penasaran. Rasa ingin tahu yang sangat, membuat dia menghampiri wanita itu.
"Assalamualaikum..,"
"A.., walaikumsalam.., iyah ?"
"A.., mm.., maaf.., kaget yah ?"
"Hmm, sedikit..,"
"Bi.., bisa kenalan ?"
"Hmm.., bisa..,"
"Namaku Rian, kalo kamu ?"
"Aku, Tenri..,"
"Waw, nama yang bagus.., mmm, tinggal di sini ?"
"Iyah..,"
"Mmm, tapi sebelumnya rumah ini kosong ?"
"Iyah,, tapi sekarang tidak lagi,,,"
"Keluarganya ?"
"Ayah dan ibuku kerja di luar daerah, dan Aku akan Kuliah di sini..,"
"Di Makassar ini ?"
"Iyah.., Aku akan masuk Fakultas Kedokteran di UNHAS...,"
"Waw.., Saya doakan..,"
"Hmm, makasih..,"
"Rumputnya banyak yah, mau..,"
"Hmm.., tidak, makasih.., biar Aku kerjakan sendiri..,"
"Ouh.., yah.., salam kenal saja..,"
"Hmm.., iyah.., Kamu kuliah atau ?"
"Kuliah, STMIK DIPANEGARA Semester 4.., tapi sekarang lagi cuti.,, hehe..,"
"Ohh..,"
"Kalau begitu, Saya pulang dulu, tidak apa-apa kan ?"
"Hmm, iyah.., dari jogging yah ?"
"Yahh.., kalau begitu selamat bekerja, yah..,"
"Iyahh..,"
"Assalamualaikum..,"
"Walaikumsalam..,"
Setelah menjawab salam, Rian berlari pulang ke rumahnya. Hari yang indah baginya. Dia berkenalan dengan seorang wanita yang cantik. Di awal tahun 2007 itu, dia berkenalan dengan seorang wanita yang belum pernah sebelumnya menarik perhatiannya. Sampai di rumah dia segera mandi. Adik-adiknya masih terlelap. Begitupun bapaknya. Ibunya sedang membuat sarapan.
"Buuu..,"
"Iya, Ian..?"
"Pisang gorengnya saya ambil satu !"
"Iyaa.., mau ke mana, Ian ?"
"Mau kerja bakti !!"
"Kenapa cuma satu kamu ambil pisang gorengnya ?"
"Simpankan bapak dan adik, buu..,"
"Tidak apa-apa, Ian.., Nanti ibu bikin lagi..!"
"Satu sudah cukup, buu.., saya suka angka satu, Tuhan kan cuma ada satu !"
"Kamu ini ! Yah, sudahlah.., hati-hati, nak..,"
"Iya, buu..,"
Hari ahad itu kebetulan di adakan kerja bakti di Masjid. Banyak Jemaah Masjid yang datang kerja bakti dengan membawa perlengkapan kebersihan. Di antara mereka yang kerja bakti, hanya ada beberapa anak muda. Selebihnya orang tua sudah setengah abad.
Sini ! Sini ! Teman Rian yang bernama Lutfi memanggilnya. Lutfi orangnya lumayan gagah. Dia juga rajin berjamaah. Mereka berdua adalah sahabat. Rian lulus SMA di tahun 2005 sedangkan Lutfi setahun setelahnya atau di tahun 2006. Saat ini Lutfi sedang Magang di sebuah perusahaan. Karena dia lulusan SMK. Kesibukannya tidak membuat dia lupa dengan kewajibannya sebagai seorang muslim.
"Ada apa, Pi..?"
"Kita menyapu, yuk..!"
"Okey..,"
"Yo'i.., Eh,,, ada tetangga yang baru pindah dekat rumahku loh..,"
"Tenri..,?"
"Hah ? Dari mana tahunya ?"
"Hehe.., rahasia, dong..,"
"Hei !! Beritahu dong !!"
"Rahasia ! Rahasia !"
"Dasar !!"
Canda dan tawa mereka menghiasi saat sedang asyik bekerja. Jiwa pemuda membuat mereka kebanyakan bercanda. Meskipun begitu, pekerjaan menjadi tak terasa. Setelah Kerja bakti, Rian dan Lutfi kembali ke rumah masing-masing. Karena berkeringat, Rian terpaksa kembali mandi.
Waktu Dhuhur tiba. Seperti biasa, Rian bersiap-siap ke Masjid berjamaah. Adzan berkumandang. Sebahagian kecil dari sebahagian besar masyarakat yang berada di Kompleks Perumahan itu, bergegas ke Masjid. Di saf wanita, Rian melihat ada tenri kenalan barunya. Hatinya menjadi berbunga-bunga.
Masjid itu adalah Masjid AL - IHSAN. Bertingkat dua lantai. Di mana lantai duanya di gunakan anak santri mengaji di sore harinya. Di hari biasa, jamaah solat di Masjid itu tidak sampai 20 orang. Hanya Maghrib yang lumayan banyak. Itupun di dominasi oleh anak-anak. Ke mana yang lainnya ? Hanya saja keika bulan Ramadhan, Masjid itu dipenuhi oleh Jamaah solat. Apakah mereka lupa jika mereka muslim ? Ataukah pura-pura lupa ? Wallahu alam.
Rian memandangi Tenri dari luar Masjid. Pundaknya ditepuk oleh Rezki atau yang lebih sering dipanggil Kidol. Kidol adalah teman baiknya. Dia juga rajin solat berjamaah. Kehadiran kidol membuat Rian kaget dan salah tingkah.
"Hooi !! Lihat apa ?"
"Ti.., tidak ! Tidak lihat wanita kok !"
"Yang bilang lihat wanita siapa ? Ahaaah !! Lihat juga, ahhh..,"
"Heh, Dol !! Sebentar lagi Iqamah !!"
"Tunggu ! Lihat cewek dulu !!"
"Oiii !!"
"Higgh ! Kau bikin kaget, Ihsan !!"
"Lihat apa nih !?"
"Kata Rian, ada cewek..,"
"Saya tidak bilang begitu..,"
"Huph,, itu kan Wulan..,"
"Tau tuh Rian, dia lihat-lihatin Wulan sedari tadi..,"
"Heh, Dol !! Bukan Wulan ! Tapi sebelahnya !!"
"Hah ? Sebelahnya Wulan kan nenek-nenek !"
"Dasar Stupid !! Cewek tau, cewek !"
"Tidak kelihatan.., Ntar saja ahh,,,"
"Takut yah jika keduluan ? Yah gak, Kidol ?"
"Tenang saja, Rian.., kita bersaing sehat..,"
"What ?"
"Hoooooii !! Lihat apa ?"
"Itu pak Iskandar !! Lari !!"
Rian dan kedua temannya berlari masuk Masjid. Pak Iskandar dengan kumisnya yang lebat mendapati mereka ngintip-ngintip di luar masjid. Namun begitu, Pak Iskandar atau sering dipanggil Pak Is, adalah orang yang baik. Solat itu dipimpin oleh Ustadz Ibnu Abdiyah. Sebelum memasuki saf solat, Rian menyempatkan menoleh ke belakang melihat Tenri. Tenri pun juga melihatnya. Mereka berdua akhirnya saling tersenyum.
Solat Dhuhur dilaksanakan. Kewajiban sebagai orang muslim tidak boleh terlewatkan. Jika sudah terbiasa, solat Dhuhur yang berjumlah 4 rakaat, tidak akan terasa. Setelah salam, kemudian berdzikir dan dilanjutkan dengan doa. Dalam doa Rian meminta "Ya Allah,,,Titipkanlah hamba seorang wanita yang mencintaiku dan Aku cintai,,, dan semoga kami saling mencintai karenaMU Ya Allah,,,". Setelah Rian berdoa dan membasuh wajahnya, dia hendak bersalaman dengan temannya Kidol dan Ihsan. Tapi dia begitu kaget karena kedua temannya sudah tidak ada di tempat. Melainkan di luar Masjid.
Hal itu tidak membuat Rian meninggalkan solat sunnah setelah solat Dhuhur. Dia memilih solat tanpa harus mengikuti kedua temannya. Begitupun Tenri, dia juga solat sunnah. Kedua temannya berdiri di tempat sendal wanita. Seorang nenek-nenek adalah yang pertama keluar Masjid dibagian wanitanya.
"Nenek sudah tua, cu.., nenek lupa bawa uang kecil..,"
"Ma.., maksud nenek ?"
"Cucu ini yang jaga sendal, kan ?"
"Waduhh.., salah paham, nih..,"
"Tidak, nek.., kami menunggu seseorang..,"
"Oohh.., begitu, yah.., nenek kira cucu yang jaga sendal..,"
"Hati-hati, nek..,"
"Iya, cu.., biar tidak bilang, nenek akan hati-hati..,"
"Heh, Kidol ! Tuh.., tuh lihat !"
"Ehh, Kak Kidol, Kak Ihsan.., nunggu siapa ? Saya ?"
"Dasar GR !!"
"Pulang sana !! Piring masih numpuk di rumahmu !!"
"Hmm.., sok tahu !! Bukan piring tapi baju..,"
"Wulan..,"
"Ohh.., oh iya Kak.., Kak Kidol, Kak Ihsan, ini Kak Tenri. Tinggal dekat rumahku. juga dekat rumah Kak Lutfi...,"
"Salam kenal..,"
"Salam kenal..,"
"Iyahh..,"
"Ohh iya.., di dalam masih ada Kak Lutfi dan Kak Rian..,"
"Iyahh.., Aku sudah tahu..,"
"Hah ? Kak Tenri sudah tahu ?"
"Iyah.., pulang, yuk..,"
"Iya, Kak.., Kak Kidol, Kak Ihsan.., kami pulang yah..,"
"Oke, Lan.., hati-hati, yah..,"
"Biar Kak Ihsan tidak bilang..,"
Wulan dan Tenri meninggalkan mereka berdua. Tak lama kemudian, Lutfi dan Rian datang menghampiri mereka. Canda dan tawa mewarnai mereka berempat. Mereka adalah pemuda yang gagah di luar dan gagah di dalam. Gagah di dalam adalah Iman Islam, sedangkan gagah di luar, mereka berwajah eksotis. Namun, di antara mereka, hanya Rian yang kuliahnya tidak lanjut. Ihsan dan Kidol masih kuliah dan Lutfi sudah magang sebentar lagi bekerja.
Hari-hari ke depan, akan membuat Rian semangat. Karena di masjid tempatnya menenangkan hati, muncul seseorang yang membuatnya semangat. Namun dalam hatinya bertanya, bolehkah pacaran dalam islam ? Dan yang lebih Rian takutkan, apabila dia pergi solat berjamaah ke Masjid, cuma hanya untuk melihat Tenri, bukan karena Allah.
Di atas tempat tidurnya dia terus memikirkan itu. Jam sudah pukul 10 malam, adiknya sudah terlelap di dekatnya. Tempat tidur Rian cukup untuk dua orang. Tiap hari Rian harus ikhlas berbagi dengan adiknya. Terkadang, Rian tidak memakai selimut. Dia membiarkan adiknya memakai sepenuhnya. Termasuk mengorbankan kuliahnya untuk pendidikan adik-adiknya.
Subuh itu, Rian melihat Tenri di saf wanita. Dia baru menemukan dan melihat seorang wanita yang masih muda, rajin beribadah ke Masjid. Kemarin, dan kemarinnya kemarin, hanya ibu-ibu dan nenek-nenek. Namun kini, kehadiran Tenri telah mewakili kalangan remaja perempuan melengkapi saf wanita.
Seperti yang biasa dia lakukan, yakni lari subuh. Dia berharap bisa bicara dengan Tenri lagi. Dia kenakan sepatu olahraganya dan berlari seperti biasanya. Namun, sampai di tempat tujuannya berlari, Rian tidak melihat Tenri.. Hal itu membuatnya bertanya-tanya dalam hati.
Hari itu masih pagi, sekitar jam setengah 7. Ketika hendak pulang, saat itulah Rian berpapasan dengan Tenri. Rian hendak kembali ke rumah, dan Tenri hendak ke sekolah. Tanpa basa-basi Rian menyapanya.
"Assalamualaikum..,"
"Walaikumsalam..,"
"A.., a.., "
"Hmm ? Kenapa Kak ?"
"A.., mau ke sekolah ?"
"Iyah.., Nih Aku pakai baju sekolah..,"
"Saya kira sudah selesai sekolahnya..,"
"Tahun ini, Insya Allah..,"
"Berarti sebentar lagi UAN, dong ?"
"Iyah, Kak.., Kak Rian dari mana ?"
"Jogging.., nih saya pakai baju jogging..,"
"Oh iya yah,,, heheh..,"
"Kalau begitu, mungkin hari ini cukup.., maaf sudah mengganggu..,"
"Cukup ? maksudnya ?"
"A.., tidak apa-apa.., kalau begitu.., saya kembali.., hati-hati, yah..,"
"Iyah, Kak..,"
"Assalamualaikum"
"Walaikumsalam..,"
Keduanya saling berpaling berlawanan arah. Rian hendak pulang, dan Tenri hendak ke sekolah. Rian berharap tiap hari bisa seperti itu. Dapat berbicara dengan Tenri tiap harinya. Dan berharap suatu hari nanti menjadi sepasang kekasih. Harapan yang dia sandarkan pada ALLAH SWT.
Rian tidak secara terang-terangan menunjukkan rasa sukanya. Dia memutar otaknya mencari ide. Akhirnya dia memutuskan menulis surat dan menarunhya di atas kunci pagarnya. Dan ketika Tenri kembali dari sekolah, dia langsung mengambilnya. Hampir tiap hari Rian menulis surat tetapi merahasiakan identitasnya. Meskipun Tenri sebenarnnya sudah tahu jika Rian yang menaruh surat-surat itu.
Tenri hanya tersenyum membaca surat-surat itu. Dia menyimpan surat-surat Rian dalam sebuah dokumen rahasianya. Baginya, Rian adalah lelaki pertama yang mengiriminya surat. Dia sebenarnya ingin membalas surat itu, namun dia malu untuk melakukannya. Malamnya, dia memanggil Wulan ke rumahnya.
Berbeda dengan Rian, malamnya dia ke rumah Lutfi. Lutfi hanya tinggal sendiri. Kedua orang tuanya bekerja di Papua. Dia sudah belajar mandiri semenjak masih sekolah. orangtuanya hanya mengiriminya uang tiap bulan. Baginya, dia sudah terbiasa hidup sendiri.
"Asaalamualaikum"
"Walaikumsalam"
"Maaf ganggu, bro..,"
"Yoh.., tidak juga, bro.., masuk..,"
"Hehe.., Eh, Saya mau bertanya, Pi..,"
"Mmm ? Apa itu, bro..?"
"Menurut kamu, pacaran itu.., boleh atau......,"
"Atau apa ? Kalau menurut saya, boleh. Tetapi ada batas-batasnya..,"
"Boleh ? Kenapa begitu ?"
"Kan kamu nanya, kalau menurut saya..,"
"Tetapi dalam Al-Qur'an dan Hadits, saya belum temukan..,"
"Gini, bro.., semua kembali padamu.., ikuti kata hatimu. Saya bilang boleh karena saya lagi pacaran dengan Dwi.., Kalau saya bilang tidak boleh, itu artinya saya munafik..,"
"Oops.., iya yah.., kamu kan pacaran dengan Dwi.., kenapa saya nanya sama kamu, yah ?"
"Atau begini, kamu nanya sama Pak Ramzi, dia kan banyak tahu tentang agama islam..,"
"Oh iya yah.., Dia kan Om ku.., kenapa tidak terpikirkan, yah."
"Pernah tidak kamu lihat Pak Ramzi pacaran sebelum dia menikah ?"
"Tidak pernah ! Nah, loh.., kalau begitu untuk apa saya bertanya ke Pak Ramzi ? Jawabannya pasti tidak boleh !"
"Coba saja dulu, bro.., mungkin kau akan menemukan jawabannya."
"Oh iya yah.., kalau begitu, makasih, Pi..,"
"Maksudmu ?"
"Saya hanya mau bertanya itu..,"
"Jadi ? Kau hanya mau bertanya begitu ?"
"Hehe.., maaf sudah ganggu, bro..,"
"Huh.., yah.., tak apa-apa, bro..,"
"Saya pulang dulu, makasih, Pi..,"
"Yah, sama-sama, bro..,"
"Assalamualaikum"
"Walaikumsalam"
Keluar dari pagar rumah Lutfi, Rian berdiri sejenak memandangi rumah Tenri. Hal itu disadari oleh Lutfi dan kemudian meneriaki Rian. "Wulan ! Ada yang cari tuh !!" Secara bersamaan, Wulan keluar dari rumah Tenri. Wulan menengok ke kanan dan ke kiri, namun tidak ada siapa pun. Ternyata Rian sudah hilang dengan langkah seribunya.
Waktu terus berlalu. Perasaan masih terpendam . Meskipun Rian sudah menceritakan rahasianya pada sahabatnya Lutfi dan teman-temannya Kidol dan Ihsan, dia masih saja bersembunyi dari perasaannya yang sebenarnya. Menyerah pada keadaan, Rian akhirnya meminta bantuan Wulan. Namun saat itu bulan Maret. Saat-saat sibuknya Tenri menghadapi UAS dan UAN.
Kesibukan yang dihadapi Tenri, membuatnya jarang terlihat di Masjid. Meskipun hari Ahad, Tenri juga jarang terlihat. Hal itu membuat Rian sangat merindukannya. Meskipun begitu, dia tetap rajin solat berjamaah. Di sela-sela waktu kosongnya, dia mencoba membersihkan Masjid. Menyapu dan mengepel lantainya. Rian senang melihat kebersihan masjid itu.
Hal yang dilakukan Rian mengundang perhatian pengurus Masjid Al - Ihsan. Malam itu, Pak Ramzi yang juga salah satu anggota pengurus Masjid, berbicara 4 mata dengan Rian.
"Bagaimana kegiatanmu ?"
"Yah, hanya begini-begini, pak..,"
"Saya akan menawarkan kegiatan untukmu di Masjid, ini..,"
"A.., apa itu, pak ?"
"Bagaimana kalau kamu tinggal di masjid ini ?"
"Tinggal ?"
"Ya.., ada ruangan di sana yang kosong dan tidak di gunakan.., kalau kamu mau, biarlah pengurus Masjid menjadikan itu kamar untukmu..,"
"A, bagaimana, yah..,"
"Kamu juga bisa belajar mandiri, dan tugasmu hanya mengaktifkan Tape Masjid saat waktu-waktu solat tiba..,"
"Tapi, kenapa harus saya,pak..?"
"Kamu masih muda.., Allah suka pemuda yang senang di Masjid.., "
"Haah ? Kenapa Allah suka pemuda, pak..? Padahal kita sama-sama solat berjamaah..?"
"Pemuda itu, fisiknya masih kuat.., dia bisa berbuat apa-apa.., dan kebanyakan di antaranya adalah perbuatan yang mengarah ke perbuatan dosa.., jika di gunakan untuk beribadah, Allah akan sangat senang padanya.., dan salah satu golongan manusia yang mendapatkan naungan di Padang Masyhar kelak adalah pemuda-pemuda yang hatinya senang di Masjid.., sedangkan orang tua ? Kamu tahu sendiri kan ? Kami sudah tidak bisa apa-apa..,"
"Oh, begitu yah, pak..?"
"Saya pernah menjadi Lurah, banyak Masjid telah ku singgahi. Dan rata-rata yang menjaga Masjid itu adalah anak muda. Sebagian besar dari mereka telah menjadi sukses. Ada yang jadi pengusaha, menjadi suami salah seorang anak Ulama besar Indonesia, dan banyak lagi."
"Hehe. Saya jadi semangat, pak..,"
"Dan satu lagi, pemuda yang selalu di Masjid, dia akan di sukai banyak orang. Rahmat Allah akan turun padanya. Sehingga siapapun yang melihatnya, akan terasa senang hatinya. Bagaimana ? Kamu mau menerima tawaran untuk tinggal di Masjid, ini ?"
"Insya Allah, Pak..,"
"Kalau begitu, Saya akan membicarakan ini kepada pengurus masjid yang lainnya.."
"Makasih, Pak..,"
Mulai saat itu, Rian di angkat sebagai pemuda yang bertanggung jawab penuh untuk Masjid Al - Ihsan. Barang-barangnya seperti pakaian dan alat-alat lain di rumahnya, di pindahkan ke Kamar yang telah dibuatkan oleh Pengurus Masjid. Kamar yang tadinya adalah gudang penyimpanan. Lutfi juga ikut membantu mengatur barang-barang Rian. Dan pada saat itu, kisah ini bermula.
BAB 1 : THE END
Langganan:
Postingan (Atom)