Tiba waktunya untuk membayar uang Kos bulan ini. Setelah hampir setahun Aku nge kos di Surabaya, Bulan ini adalah terakhir kalinya Aku berada di sini. Setahun menjadi guru private untuk keponakanku di Surabaya.
Namaku Reza, Aku adalah Sarjana Komputer STMIK DIPANEGARA Makassar. Dari sistem hingga Teknik Komputer, Aku kuasai. Karena itu, keluargaku yang di Surabaya memanggilku untuk mengajari anaknya untuk tahu lebih tentang komputer.
Kontrak kerja dengan keluargaku memang hanya setahun. Aku digaji plus uang transport. Jarak tempatku mengajar dari rumah Kos hingga rumah keponakanku, kira-kira 10 km. Itu hanya kira-kira, yang pastinya, Aku tidak tahu.
Pemilik rumah Kos itu, namanya Bu Tuti. Kalau di Makassar, Tuti itu singkatan dari Tukang Tipu atau Tukang Tidur. Tetapi, Aku tidak berani bicara begitu di sini. Apalagi saat ini ada undang-undang tentang pencemaran nama baik. Kira-kira begitu.
"Ohh, Dek Reza.., jadi ? Bulan ini terakhir kamu di sini ?"
"Iya, Mba.., keluarga saya di Makassar sudah rindu.., apalagi pacar saya, Mba..,"
"Ohh.., Dek Reza juga punya pacar toh ?"
"Iya, Mba..,"
"Saya kira Dek Reza ini Joker..,"
"Joker ? Apaan tuh, Mba..,?"
"Jomblo keren.., hehehe..,"
"Hahaha.., sebelumnya saya minta maaf, Mba.., terima kasih untuk setahun ini..,"
"Tidak apa-apa.., nanti jalan-jalan lagi ke sini.., Kos ini terbuka untuk Dek Reza..,"
"Iya.., pasti itu, Mba..,"
Ibu Tuti memiliki banyak Kos-kosan. Tempatku ngekos saat ini adalah khusus laki-laki. Temanku yang juga satu Kos denganku bernama Rangga. Dia orang yang bergelimangan harta. Tetapi lebih suka nge kos. Katanya, dia ingin belajar mandiri (Mandi Sendiri).
Malam itu, Aku menelpon pacarku yang berada jauh di Makassar. Namanya Nurfa. Rambutnya pendek sebahu dan cantik banget. Kira-kira begitu. Itu penilaianku dan seperti yang kukatakan tadi, kira-kira begitu. Aku sudah janji padanya akan pulang bulan depan. Katanya, dia rindu padaku. Itu katanya.
Hujan turun malam itu. Rangga lagi asyik main Playstation di kamarnya. Maklum, orang kaya. Di dalam kamarnya ada gitar, laptop, kulkas, televisi 29 inch dan barang-barabg mewah lainnya. Kamarnya seperti kelas VIP lengkap dan sempurna.
Kamarku ? Aku tak akan mengatakannya. Meskipun hanya ada kasur dan lemari pakaian. Biaya yang harus kubayar juga tidak mahal. Jika Aku butuh hiburan, Aku tinggal ke kamar Rangga. Pinjam ini pinjam itu, dan Rangga sangatlah baik.
Hujan belum juga reda. Udara dingin seakan menusuk tulangku. Baru saja Aku akan ke kamarku, terdengar suara kucing 'mengeong' di depan rumah Kos ku. Ku buka pintu dan ku temukan seekor anak kucing sedang basah kuyup di atas keset kaki.
"Eih.., kasihan..,"
"Ngeong.., ngeong..,"
"Iya, ayo masuk, sini..!"
"Ngeoong..,"
"Kamu ngomong apa ?"
"Ngeoong, ngeoong..,"
"Mmh, sini Aku gendong..,"
Kupeluk dan kugendong anak kucing itu. Kubawa masuk di kamarku dan kukeringkan badannya dengan pakaianku yang akan kucuci besok. Ekspresi wajahnya begitu tenang. Dia sedang memikirkan apa ? Dia tetap tenang dan diam di atas kasurku. Warnanya bagus. Coklat bagian atas dan putih di bagian bawah. Kuambilkan makanan untuk anak kucing yang kuberi nama Copu itu.
Ke esokan paginya, Aku sarapan bersama Copu. Aku hanya makan Roti dan segelas susu coklat. Aku mengira, Copu tidak suka makan roti, tapi ternyata dia juga suka. Kubelai kepalanya dan Aku katakan akan pergi dulu untuk mengajar. Sore Aku kembali.
Sore harinya, Copu sudah menungguku di depan pintu. Dia seakan menyambutku. Aku sangat senang melihat kucingku itu. Dia menggesek-gesekkan badannya di sepatuku. Ntah apa maksudnya. Mungkin dia mau digaruk. Kira-kira begitu.

"Wadaoww.., Hush.., hush !!"
"Rangga ? Kenapa ?"
"I.., itu ! Ada Marmut !"
"Marmut ? Ini ?"
"I, iya.., itu..,, ! Hiiiiih !"
"Ini, Copu !"
"Co.., Copu ?"
"Iyah ! Ini Copu ! Kau tidak pernah melihat kucing ?"
"Ouh.., itu kucing, yah ? Saya kira itu Marmut !"
"Kau tidak pernah melihat kucing ?"
"Sejak kecil saya Alergi dengan hewan yang berbulu.., orang tuaku tidak pernah membiarkanku mengetahui dan menyentuh mereka"
"Ohh.., pegang saja ! Tidak berbahaya, kok..,"
"Tidak ! Saya Alergi ! Saya bisa bersin-bersin karenanya.., Eh, Za, jaga baik-baik, yah ! Jangan sampai masuk kamarku..,"
"Iya, iya..,"
Uwaaa !! Ibu Tuti yang melihat Copu berlari ke luar rumah sambil berteriak, Tikus ! Tikus ! Dasar orang-orang aneh ! Satu bilang kalau Copu itu Marmut, satu lagi bilang ini tikus. Copu benar-benar jadi korban fitnah.
Setelah berkali-kali membujuk Ibu Tuti, akhirnya Aku diberi kesempatan memelihara Copu. Semua teman-teman Kos ku tidak ada yang menyukai Copu. Kata mereka, bulunya bikin geli dan tampangnya memprihatinkan. Ya iya lah ! Copu kan masih kecil dan sudah ditinggal orang tuanya.
Beberapa hari lagi, Aku akan kembali ke Makassar. Bagaimana dengan Copu ? Selama beberapa hari ini, dia menemaniku tidur di kasur. Meskipun ada sedikit bulunya yang terbang ke hidungku. Aku sangat sayang kucingku ini. Belum lagi, kehadirannya tidak disukai teman-teman kos. Terutama Rangga.
Hari kepulanganku tiba. Semua barang-barangku masuk dalam koper. Copu hanya melihatku dengan terdiam di atas kasur. Mungkinkah dia tahu jika Aku akan pergi ? Sedangkan Rangga hanya berdiri membisu di sudut kamarku.
"He, Za.., apa kau mau meniggalkan kucingmu, itu..?
"Hm.., sepertinya.., bisakah...."
"Tidak ! Aku sudah tahu apa yang akan kau katakan ! Kalau perlu, bawa kucingmu itu ke Makassar !"
"Haaah ? Caranya ?"
"Tunggu dulu.., Saya ambilkan sesuatu..,"
Rangga keluar dari kamarku. Ntah apa yang dipikirkannya. Kucingku Copu juga masih terus melihatku mengemasi barang-barangku. Tidak lama kemudian, Rangga kembali masuk kamarku dengan membawa idenya. Ntah itu masuk akal atau tidak. Kira-kira begitu.
Akhirnya, Aku berada di pesawat. Hari ini adalah kedua kalinya Aku naik pesawat. Yang pertama, ketika hendak ke Surabaya. Aku pilih tempat duduk di dekat jendela. awalnya, Aku mau melihat pemandangan. Tetapi yang terlihat cuma awan. Kedua, yah sekarang ini. Aku pilih tempat duduk di pertengahan atau lorong tempat pramugari berjalan. Lumayan, bisa lihat-lihat pramugari.
Ide Rangga bisa juga. Dia memberiku obat bius untuk menidurkan Copu. Sedangkan Copu kutaruh di tas yang Aku rangkul saat ini. Beruntung juga Aku lolos dari pemeriksaan Bea Cukai dari barang-barang yang kubawa. Tetapi rasa lega itu tidak bertahan lama. Copu tersadar dari tidurnya dan langsung 'mengeong'. Penumpang di sebelahku langsung menoleh kepadaku.
"Heh ! Apa itu ?"
"Yang.., Yang mana, pak ?"
"Suara itu.., suara kucing..,"
"Ohh.., itu suara nada dering Handphone ku, Pak..,"
"Ouh.., Kok seperti beneran,yah..?"
"Hehehe.., iyah..,"
Untuk saat itu, Aku bisa mengelabui orang itu. Tapi, Copu semakin keras mengeong dalam tas ku. Penumpang di sebelahku menatapku lagi. Segera Aku pura-pura membaca sms di Handphone ku.
"Heh.., Aku kira di atas pesawat, tidak boleh mengaktifkan Handphone. ?"
"Hehe,, iyah, pak.., saya lupa..,"
"Tolong, yah di matikan Handphonenya..!"
"Iyah, pak.., iyah..,"
Aku ambil sebuah tisu dan menaburkan obat bius ke tisu tersebut. Karena bawel, Penumpang di sebelahku Aku bekap dengan tisu itu. Hasilnya dia tidak bawel lagi. Ya iya lah, dia tertidur pulas. Kemudian aku bekap juga Copu agar dia tertidur lagi. Kemudian Aku membekap diriku sendiri agar tertidur juga. Biar jika sampai di Makassar tidak terasa.

"Say.., Aku rindu sekali..,"
"Mmm.., aku juga..,"
"Oleh-olehku mana ?"
"Mmm.., ada kok..,"
"Mana ? Apa itu,say ?"
"Copu.., itu namanya..,"
"Wahh.., pasti itu sesuatu dari Surabaya yang tidak ada di Makassar.., iya kan, Say ?"
"Mmm.., kira-kira begitu..,"
THE END
so sweet,,, ~_~
BalasHapus