Sahabat Dalam Cinta
Tak terasa 1 semester telah berlalu. Dan saat ini Aku dan teman-teman memasuki semester 2 kelas dua SMA. Seperti biasa, waktu istrahat kami ngumpul-ngumpul di kantin. setelah makan di kantin, kami ngumpul-ngumpul di bawah pohon mangga sekolahku. Seperti biasanya lagi, kami ngumpul-ngumpul dengan pacar masing-masing kecuali Aku dan sahabatku, Edi.
"Kita kayak orang bego nih"
"Siapa ? Kita ?"
"Tuh, lihat teman-teman kita di pojokan sanaa, sama pacar mereka masing-masing"
"Trus ? Kamu iri ?"
"Mmm, sepertinya..."
"Kenapa tidak nyari ? Kan banyak anak cewek kelas lain"
"Bantuin dong, Di..."
"Kamu gila yah ? Aku saja belum punya pacar !"
"Kita sama-sama nyari, yah, yah ?"
"Ogahh !! Saya belum mau pacaran !!"
"Tolong, tolong !"
"Trus ? Riska bagaimana ? Saya sudah mengenalkannya denganmu, sekarang juga kita satu kelas, satu semester kamu ngapain saja ?"
"Riska tidak merespon sinyal cintaku..."
"Riska itu temanku sejak SD, dan sekarang kita satu kelas, kamu usaha sendiri dong !"
"Yah, bilangin dong. Mau gak jadi pacarnya Denny ?
"Bilang aja sendiri !!"
"Tolong, tolong !"
Edi tampak kesal dan meninggalkanku. Tapi dia adalah sahabatku. Karena teman dan sahabat itu beda. Mungkin kata-katanya benar. Aku adalah laki-laki, harus jantan. Kalau begini terus kapan Aku punya pacar. Edi sudah memberiku jalan dengan berkenalan dengan Riska.
Edi tidak mau dulu pacaran. Katanya mikirin pelajaran saja sudah membuatnya pusing, apalagi mikirin cewek, tambah pusing katanya.Tapi bagiku, seorang pacar akan memberiku semangat belajar. Apalagi jika satu kelas bersama, Aku akan belajar mati-matian supaya pintar, kan malu kalau sampai naik di atas papan tulis ngerjain soal trus tidak tahu, kemudian disuruh berdiri. Apa kata dunia ?
Seperti biasanya lagi, waktu istrahat telah usai. Semua murid kembali ke kelas masing-masing. Tiap kali kulihat Riska, Aku menjadi mati kaku. tak mampu berkata apa-apa. Aku sebangku dengan Edi sahabatku. Bagiku edi adalah orang yang bisa kupercaya untuk mendapatkan cintanya Riska.
"Sssstt... woi ! Edi !"
"Ngapain kamu begitu ? Ngomong aja ! Kita kan bersebelahan !"
"Jangan keras-keras...,"
"Den, kita lagi ulangan ! Ada apa ?"
"Tolongin yah !"
"Tolongin apa ? Kamu mau nyontek ?"
"Bukan itu, bego ! Tapi tolongin Aku dapatin cintanya Riska..."
"Iyah deh ! Iyah !"
"Makasih, Di... Kamu sahabatku nomor satu !!"
"Apanya nomor satu ? Denny ! Kamu mau nyontek punya Edi yah ?"
"Aaa ! Tidak, pak ! Tidak !!"
Sialan ! Mau memuji malah dimarahi. Belum lagi Edi yang meledekku dengan tertawa seada-adanya. Aku lihat Riska yang juga ikut tertawa. Sungguh indahnya senyum dan tawanya. Wajahku tidak segagah Edi, sahabatku. Tapi Aku juga manusia yang butuh cinta dan kasih sayang.
Ke esokan harinya, seperti biasa kami ngumpul-ngumpul di bawah pohon kecuali Edi, sahabatku. Rupanya dia mendatangi Riska di kelas. Hatiku bertanya-tanya apa yang akan di katakannya ? Mati Aku kalau Edi sampai membawa membawa berita buruk bagiku.
"Hay, "
"Hai..."
"Kenapa sendiri ? Tidak ke kantin dengan teman-temnmu ?"
"Lagi males, Di..."
"Makan kok males ? Ris, Saya mau nanya ?"
"Mmh ? Apa ?"
"Kamu sudah ada pacar, gak ?"
"Pacar ? Tidak ada lah... tapi kalau orang yang kusuka, ada..,"
"(semoga orang itu Denny) Hmm.., Siapa ? Teman kelas ?"
"Iyah.., dan..,"
"Dan..,?"
"Kamu orangnya, Di..,"
"Hah !? Saya ?"
"Iyah.., memangnya kenapa, Di ?"
"Begini,Ris.., sahabatku Denny cinta mati sama kamu ! Aduhh ! Gimana perasaan Denny ?"
"Kalau Aku sukanya kamu ! Aduhhh Gimana Perasaanku !!"
"Waduhhh ! Mati Aku !!"
"Duhh, Aku juga..,"
"Kenapa kamu bisanya suka sama Saya, sih ?"
"Aku suka kamu sejak masih SD, Di.., karena masih anak-anak dan tidak boleh pacaran, jadinya Aku nunggu sampai sekarang..,"
"Tapi ! aku tidak bisa !!"
"Lalu ? Kenapa kamu urusin Denny ?"
"A ? Kalau itu..,"
"Di kelas ini, semua wanita menaruh hati padamu, Di.., Aku tidak rela kalau ada temen kelas yang jadian sama kamu selain Aku..,"
"Trus ? Sahabatku bagaimana ?"
"Kembalikan saja ke luar angkasa !!"
"Apa lo kata ? Memangnya sahabatku, Alien !?"
"Aku tidak mau pacaran kalau bukan sama kamu, Di.., dan keputusanku bulat ! Titik !!!!"
"Waduhhh.., mati Saya !!!"
"Jangan mati dulu, Di.., nanti Aku sedih..,"
"Yah sudahlah.., Saya ke tempat Denny dulu..,"
"Maaf yah, Di..,"
"Yahh..,"
Tidak lama kemudian, kulihat Edi keluar kelas menuju tempatku berpijak. Wajahnya yang tampak seperti langit yang mendung, menandakan petanda buruk. Aku rela kalau memang berita buruk. Tetapi Aku masih percaya pada sahabatku, Edi.
"Bagaimana, Di ? Riska bilang apa ?"
"Dia bilang kalau dia juga suka sama kamu"
"A ? Benarkah ?"
"Yahh, dia nunggu kamu nembak dia"
"Serius kamu, Di ? Hehe, Aku senang sekali, tapi kenapa wajahmu tadi aneh ?"
"Aneh bagaimana ?"
"Mmh, sudahlah.., nanti pulang sekolah aku mau nembak Riska ahhh..,"
"Yahh, semoga sukses, Riska menunggumu..,"
"Makasih, Di, kamu sahabatku yang bisa di andalkan"
"Kau juga sahabatku..,"
Aku sudah membulatkan tekadku. Pulang sekolah, akan Aku lakukan apa yang harus kulakukan dari dulu. Semua sudah jelas, Riska juga menungguku. Betapa bahagianya diriku karena bantuan sahabatku, Edi.
Bel pulang sekolah berbunyi. Hatiku yang berdetak cepat karena ingin nembak seseorang. Aku akan abadikan hari ini sebagai hari jadianku sama Riska. Aku ambil motorku di tempat parkir kendaraan sekolah lalu akan Aku tunggu dia di tempat dia tunggu angkot. Dan setelah 15 menit menunggu, akhirnya Riska datang juga.
"Hai, Riska..,"
"Hmm ? Denny ?"
"Bisa minta waktunya ?"
"Hmm, yah.., ngomong aja..,"
"Aku.., Aku..,"
"Ehh, Denny, apa Edi tidak bilang kalau Aku sangat Cinta dia ? Tolong bantu yah, agar dia nembak Aku..,"
"A.., apa ?"
"Dia, tidak bilang ?"
"Sudah, kok.., tadi dia sudah bilang..,"
"Ohh..., tadi, kamu mau ngomong apa ?"
"Akh.., a.., ada uang mu yang tidak kamu pakai ? Aku mau pinjam beli bensin..,"
"Ohh, ada kok, berapa ?"
Kata - kata Riska membuat hatiku hancur berkeping - keping. belum lagi sahabatku Edi yang membodohiku. Dia sudah tahu semua tetapi menyuruhku nembak Riska. Sahabat macam apaan dia ? Awas besok, aku cekek dia.
Hari itu terasa sangat panjang. Besok akan Aku beri pelajaran itu Edi. Bukannya menolong malah ngebodohin. Jika saja dia bilang kalau yang ditunggu nembak adalah dia, Aku tidak perlu susah - susah usaha sejauh ini. Mau di taruh di mana muka ku ini ? Di Ember tidak bisa, apalagi di Baskom.
Akhirnya hari yang di tunggu - tunggu tiba. Jam masuk sekolah telah tiba. Dan untungnya guru kami belum datang. Sesuatu yang sangat penting ingin kubicarakan dengan Edi.
"Wooi, Edi !!"
"Nyantai saja, sobat !"
"Kau tega, yah"
"Haa ?"
"Kenapa kau membohongiku ? Riska itu sukanya kamu ! Kenapa kamu bilang dia nunggu Aku..,"
"Kamu di tolak ?"
"Aku belum mengatakan perasaanku, dia sudah mengatakan jika dia menyukaimu.., kenapa ? Kenapa, Di ?"
"Denny..,"
"Kenapa kau membohongiku ?"
"Saya.., saya tidak mau sahabatku memendam perasaannya.., saya ingin dia ungkapkan itu.., apapun jawaban yang akan di terimanya.., Sahabatku harus mengungkapkan perasaannya..,"
"Edi, kau ?"
"Maafkan saya, sobat..,"
"Tidak, sobat.., kau sudah berusaha.., jemputlah Riska.., Dia menunggumu.., Cinta tidak bisa dipaksakan.., Dia memilihmu..,"
"Tapi..?"
"Sudahlah, sobat.., Tidak apa - apa, kok.., terima kasih atas usahamu selama ini..,"
"Denny ?"
Berat rasanya melepas Riska sebagai cewek yang Aku idam - idamkan. Namun karena sahabatku Edi sudah terlalu baik, Aku rela Riska menjadi kekasihnya. Terkadang apa yang di inginkan tidak pernah menjadi kenyataan. Semakin berharap, semakin menjauh.
Waktu istrahat tiba. Edi tiba - tiba beranjak dari tempat duduknya dan menuju bangku Riska. Dia menarik tangan Riska dan membawanya ke belakang kelas. Aku mengikuti mereka.
"Ada apa, Di..? Kenapa kamu menarikku ke sini ?"
"Kenapa kamu bilang ke Denny kalau kamu suka Aku ? Kamu sudah tahu kan apa yang akan di katakannya kemarin ? Kenapa kamu tidak memberinya kesempatan nembak kamu ? Kenapa !!!?"
"Yang kemarin ? tapi dia.."
"Sudahlah ! Aku tidak akan pernah mencintaimu ! Aku memilih sahabatku !"
"Hikkss.., hikks.., huuuhu..,"
"Heh ? Ja.., jangan nangis ! Ka.., kamu cengeng, yah ?"
"Aku mencintaimu, Di..!"
Tiba - tiba Riska memeluk Edi. Pemandangan yang ku lihat itu membuatku sedih juga senang. Biarlah sahabatku seperti itu. Sahabatku sampai sejauh ini masih berusaha untukku. Tetapi luluh juga hatinya karena air mata wanita. Sebaiknya ku tinggalkan mereka seperti itu. Biarlah cintaku hidup di dalam hati sahabatku. Bagiku, seorang sahabat juga butuh cinta.
"Heh !!? Kenapa kamu memelukku ? Heh ! Nanti ada yang melihat !!"
"Biarin ! Hehe..,"
"Iggh !! Nanti kepala sekolah melihatmu memlukku !"
"Biarin !! Biar kepala sekolah tahu kalau Aku Mencintaimu !!"
"Riska..,"
"Kita pacaran, Yah ?"
"Mmmh.., bagaimana yah, Sahabat atau cinta ?"
THE END
"Bagaimana, Di ? Riska bilang apa ?"
"Dia bilang kalau dia juga suka sama kamu"
"A ? Benarkah ?"
"Yahh, dia nunggu kamu nembak dia"
"Serius kamu, Di ? Hehe, Aku senang sekali, tapi kenapa wajahmu tadi aneh ?"
"Aneh bagaimana ?"
"Mmh, sudahlah.., nanti pulang sekolah aku mau nembak Riska ahhh..,"
"Yahh, semoga sukses, Riska menunggumu..,"
"Makasih, Di, kamu sahabatku yang bisa di andalkan"
"Kau juga sahabatku..,"
Aku sudah membulatkan tekadku. Pulang sekolah, akan Aku lakukan apa yang harus kulakukan dari dulu. Semua sudah jelas, Riska juga menungguku. Betapa bahagianya diriku karena bantuan sahabatku, Edi.
Bel pulang sekolah berbunyi. Hatiku yang berdetak cepat karena ingin nembak seseorang. Aku akan abadikan hari ini sebagai hari jadianku sama Riska. Aku ambil motorku di tempat parkir kendaraan sekolah lalu akan Aku tunggu dia di tempat dia tunggu angkot. Dan setelah 15 menit menunggu, akhirnya Riska datang juga.
"Hai, Riska..,"
"Hmm ? Denny ?"
"Bisa minta waktunya ?"
"Hmm, yah.., ngomong aja..,"
"Aku.., Aku..,"
"Ehh, Denny, apa Edi tidak bilang kalau Aku sangat Cinta dia ? Tolong bantu yah, agar dia nembak Aku..,"
"A.., apa ?"
"Dia, tidak bilang ?"
"Sudah, kok.., tadi dia sudah bilang..,"
"Ohh..., tadi, kamu mau ngomong apa ?"
"Akh.., a.., ada uang mu yang tidak kamu pakai ? Aku mau pinjam beli bensin..,"
"Ohh, ada kok, berapa ?"
Kata - kata Riska membuat hatiku hancur berkeping - keping. belum lagi sahabatku Edi yang membodohiku. Dia sudah tahu semua tetapi menyuruhku nembak Riska. Sahabat macam apaan dia ? Awas besok, aku cekek dia.
Hari itu terasa sangat panjang. Besok akan Aku beri pelajaran itu Edi. Bukannya menolong malah ngebodohin. Jika saja dia bilang kalau yang ditunggu nembak adalah dia, Aku tidak perlu susah - susah usaha sejauh ini. Mau di taruh di mana muka ku ini ? Di Ember tidak bisa, apalagi di Baskom.
Akhirnya hari yang di tunggu - tunggu tiba. Jam masuk sekolah telah tiba. Dan untungnya guru kami belum datang. Sesuatu yang sangat penting ingin kubicarakan dengan Edi.
"Wooi, Edi !!"
"Nyantai saja, sobat !"
"Kau tega, yah"
"Haa ?"
"Kenapa kau membohongiku ? Riska itu sukanya kamu ! Kenapa kamu bilang dia nunggu Aku..,"
"Kamu di tolak ?"
"Aku belum mengatakan perasaanku, dia sudah mengatakan jika dia menyukaimu.., kenapa ? Kenapa, Di ?"
"Denny..,"
"Kenapa kau membohongiku ?"
"Saya.., saya tidak mau sahabatku memendam perasaannya.., saya ingin dia ungkapkan itu.., apapun jawaban yang akan di terimanya.., Sahabatku harus mengungkapkan perasaannya..,"
"Edi, kau ?"
"Maafkan saya, sobat..,"
"Tidak, sobat.., kau sudah berusaha.., jemputlah Riska.., Dia menunggumu.., Cinta tidak bisa dipaksakan.., Dia memilihmu..,"
"Tapi..?"
"Sudahlah, sobat.., Tidak apa - apa, kok.., terima kasih atas usahamu selama ini..,"
"Denny ?"
Berat rasanya melepas Riska sebagai cewek yang Aku idam - idamkan. Namun karena sahabatku Edi sudah terlalu baik, Aku rela Riska menjadi kekasihnya. Terkadang apa yang di inginkan tidak pernah menjadi kenyataan. Semakin berharap, semakin menjauh.
Waktu istrahat tiba. Edi tiba - tiba beranjak dari tempat duduknya dan menuju bangku Riska. Dia menarik tangan Riska dan membawanya ke belakang kelas. Aku mengikuti mereka.
"Ada apa, Di..? Kenapa kamu menarikku ke sini ?"
"Kenapa kamu bilang ke Denny kalau kamu suka Aku ? Kamu sudah tahu kan apa yang akan di katakannya kemarin ? Kenapa kamu tidak memberinya kesempatan nembak kamu ? Kenapa !!!?"
"Yang kemarin ? tapi dia.."
"Sudahlah ! Aku tidak akan pernah mencintaimu ! Aku memilih sahabatku !"
"Hikkss.., hikks.., huuuhu..,"
"Heh ? Ja.., jangan nangis ! Ka.., kamu cengeng, yah ?"
"Aku mencintaimu, Di..!"
Tiba - tiba Riska memeluk Edi. Pemandangan yang ku lihat itu membuatku sedih juga senang. Biarlah sahabatku seperti itu. Sahabatku sampai sejauh ini masih berusaha untukku. Tetapi luluh juga hatinya karena air mata wanita. Sebaiknya ku tinggalkan mereka seperti itu. Biarlah cintaku hidup di dalam hati sahabatku. Bagiku, seorang sahabat juga butuh cinta.
"Heh !!? Kenapa kamu memelukku ? Heh ! Nanti ada yang melihat !!"
"Biarin ! Hehe..,"
"Iggh !! Nanti kepala sekolah melihatmu memlukku !"
"Biarin !! Biar kepala sekolah tahu kalau Aku Mencintaimu !!"
"Riska..,"
"Kita pacaran, Yah ?"
"Mmmh.., bagaimana yah, Sahabat atau cinta ?"
THE END
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuskarena cinta tidak harus memiliki..,
BalasHapus