Minggu, 15 April 2012

Islam Yang Terlupa

Bab 1 : Young in Masjid

                       Kisah ini bermula di tahun 2007. Hari ahad, jam 5 subuh. sebuah alarm jam berbunyi. Seperti biasa, Rian terbangun. Saat itu juga adzan subuh berkumandang di Masjid dekat rumahnya. Rian segera meninggalkan tempat tidurnya dan mengambil air wudhu. Wajahnya masih sangat mengantuk, tetapi dia menganggap itu semua godaan setan.. Setelah mengunci rumahnya, Rian berangkat ke Masjid yang hanya berjarak 20 meter dari rumahnya.
                        Setelah solat subuh secara berjamaah di Masjid, Rian mengganti pakaiannya untuk bersiap berlari pagi. Hal itu dia lakukan tiap hari. setelah berlari pagi, pasti dia melanjutkan tidurnya.Bangun sekitar jam 10 pagi. Tetapi hari itu hari ahad, biasanya dia tidak tidur lagi.
                         Di antara keluarganya, hanya Rian yang sering ke Masjid solat berjamaah. Ibunya hanya solat di rumah. Tetapi bapaknya seorang yang malas beribadah. Begitupun adik-adiknya. Dia tamat SMA tahun 2005, sempat kuliah 2 tahun atau 4 Semester namun terhenti karena masalah biaya. Dia memilih mengalah untuk kedua adiknya yang masih bersekolah. Ternyata gaji ibunya yang seorang guru, belum dapat memenuhi kebutuhan mereka sekeluarga. apalagi bapaknya sudah pensiun.
                        Untuk pertama kalinya, Rian melihat seorang jamaah solat wanita keluar dari Masjid sekitar jam 6 pagi. wanita itu mencuri perhatian Rian. Dia yang hendak berlari-lari pagi, menjadi hanya jalan-jalan pagi. Dia mengikuti wanita itu dari belakangnya. Setelah wanita itu masuk ke rumahnya, dia pun berlari seperti niatnya yang sebelumnya. Dia hanya ingin tahu rumah wanita tersebut.
                         Jam menunjukkan jam 7 pagi. Sekembalinya dari berlari pagi, Rian mendapati wanita itu sedang mencabuti rumput di depan rumahnya. Ternyata, wanita itu sangat cantik ketika tidak mengenakan Mukenah atau Jilbab. Dia semakin penasaran. Rasa ingin tahu yang sangat, membuat dia menghampiri wanita itu.
                         "Assalamualaikum..,"
                         "A.., walaikumsalam.., iyah ?"
                         "A.., mm.., maaf.., kaget yah ?"
                         "Hmm, sedikit..,"
                         "Bi.., bisa kenalan ?"
                         "Hmm.., bisa..,"
                         "Namaku Rian, kalo kamu ?"
                         "Aku, Tenri..,"
                         "Waw, nama yang bagus.., mmm, tinggal di sini ?"
                         "Iyah..,"
                         "Mmm, tapi sebelumnya rumah ini kosong ?"
                         "Iyah,, tapi sekarang tidak lagi,,,"
                         "Keluarganya ?"
                         "Ayah dan ibuku kerja di luar daerah, dan Aku akan Kuliah di sini..,"
                         "Di Makassar ini ?"
                         "Iyah.., Aku akan masuk Fakultas Kedokteran di UNHAS...,"
                         "Waw.., Saya doakan..,"
                         "Hmm, makasih..,"
                         "Rumputnya banyak yah, mau..,"
                         "Hmm.., tidak, makasih.., biar Aku kerjakan sendiri..,"
                         "Ouh.., yah.., salam kenal saja..,"
                         "Hmm.., iyah.., Kamu kuliah atau ?"
                         "Kuliah, STMIK DIPANEGARA Semester 4.., tapi sekarang lagi cuti.,, hehe..,"
                         "Ohh..,"
                         "Kalau begitu, Saya pulang dulu, tidak apa-apa kan ?"
                         "Hmm, iyah.., dari jogging yah ?"
                         "Yahh.., kalau begitu selamat bekerja, yah..,"
                         "Iyahh..,"
                         "Assalamualaikum..,"
                         "Walaikumsalam..,"
                         Setelah menjawab salam, Rian berlari pulang ke rumahnya. Hari yang indah baginya. Dia berkenalan dengan seorang wanita yang cantik. Di awal tahun 2007 itu, dia berkenalan dengan seorang wanita yang belum pernah sebelumnya menarik perhatiannya. Sampai di rumah dia segera mandi. Adik-adiknya masih terlelap. Begitupun bapaknya. Ibunya sedang membuat sarapan.
                         "Buuu..,"
                         "Iya, Ian..?"
                         "Pisang gorengnya saya ambil satu !"
                         "Iyaa.., mau ke mana, Ian ?"
                         "Mau kerja bakti !!"
                         "Kenapa cuma satu kamu ambil pisang gorengnya ?"
                         "Simpankan bapak dan adik, buu..,"
                         "Tidak apa-apa, Ian.., Nanti ibu bikin lagi..!"
                         "Satu sudah cukup, buu.., saya suka angka satu, Tuhan kan cuma ada satu !"
                         "Kamu ini ! Yah, sudahlah.., hati-hati, nak..,"
                         "Iya, buu..,"
                         Hari ahad itu kebetulan di adakan kerja bakti di Masjid. Banyak Jemaah Masjid yang datang kerja bakti dengan membawa perlengkapan kebersihan. Di antara mereka yang kerja bakti, hanya ada beberapa anak muda. Selebihnya orang tua sudah setengah abad.
                          Sini ! Sini ! Teman Rian yang bernama Lutfi memanggilnya. Lutfi orangnya lumayan gagah. Dia juga rajin berjamaah. Mereka berdua adalah sahabat. Rian lulus SMA di tahun 2005 sedangkan Lutfi setahun setelahnya atau di tahun 2006. Saat ini Lutfi sedang Magang di sebuah perusahaan. Karena dia lulusan SMK. Kesibukannya tidak membuat dia lupa dengan kewajibannya sebagai seorang muslim.
                          "Ada apa, Pi..?"
                          "Kita menyapu, yuk..!"
                          "Okey..,"
                          "Yo'i.., Eh,,, ada tetangga yang baru pindah dekat rumahku loh..,"
                          "Tenri..,?"
                          "Hah ? Dari mana tahunya ?"
                          "Hehe.., rahasia, dong..,"
                          "Hei !! Beritahu dong !!"
                          "Rahasia ! Rahasia !"
                          "Dasar !!"
                          Canda dan tawa mereka menghiasi saat sedang asyik bekerja. Jiwa pemuda membuat mereka kebanyakan bercanda. Meskipun begitu, pekerjaan menjadi tak terasa. Setelah Kerja bakti, Rian dan Lutfi kembali ke rumah masing-masing. Karena berkeringat, Rian terpaksa kembali mandi.
                          Waktu Dhuhur tiba. Seperti biasa, Rian bersiap-siap ke Masjid berjamaah. Adzan berkumandang. Sebahagian kecil dari sebahagian besar masyarakat yang berada di Kompleks Perumahan itu, bergegas ke Masjid. Di saf wanita, Rian melihat ada tenri kenalan barunya. Hatinya menjadi berbunga-bunga.
                           Masjid itu adalah Masjid AL - IHSAN. Bertingkat dua lantai. Di mana lantai duanya di gunakan anak santri mengaji di sore harinya. Di hari biasa, jamaah solat di Masjid itu tidak sampai 20 orang. Hanya Maghrib yang lumayan banyak. Itupun di dominasi oleh anak-anak. Ke mana yang lainnya ? Hanya saja keika bulan Ramadhan, Masjid itu dipenuhi oleh Jamaah solat. Apakah mereka lupa jika mereka muslim ? Ataukah pura-pura lupa ? Wallahu alam.
                           Rian memandangi Tenri dari luar Masjid. Pundaknya ditepuk oleh Rezki atau yang lebih sering dipanggil Kidol. Kidol adalah teman baiknya. Dia juga rajin solat berjamaah. Kehadiran kidol membuat Rian kaget dan salah tingkah.
                           "Hooi !! Lihat apa ?"
                           "Ti.., tidak ! Tidak lihat wanita kok !"
                           "Yang bilang lihat wanita siapa ? Ahaaah !! Lihat juga, ahhh..,"
                           "Heh, Dol !! Sebentar lagi Iqamah !!"
                           "Tunggu ! Lihat cewek dulu !!"
                           "Oiii !!"
                           "Higgh ! Kau bikin kaget, Ihsan !!"
                           "Lihat apa nih !?"
                           "Kata Rian, ada cewek..,"
                           "Saya tidak bilang begitu..,"
                           "Huph,, itu kan Wulan..,"
                           "Tau tuh Rian, dia lihat-lihatin Wulan sedari tadi..,"
                           "Heh, Dol !! Bukan Wulan ! Tapi sebelahnya !!"
                           "Hah ? Sebelahnya Wulan kan nenek-nenek !"
                           "Dasar Stupid !! Cewek tau, cewek !"
                           "Tidak kelihatan.., Ntar saja ahh,,,"
                           "Takut yah jika keduluan ? Yah gak, Kidol ?"
                           "Tenang saja, Rian.., kita bersaing sehat..,"
                           "What ?"
                           "Hoooooii !! Lihat apa ?"
                           "Itu pak Iskandar !! Lari !!"
                           Rian dan kedua temannya berlari masuk Masjid. Pak Iskandar dengan kumisnya yang lebat mendapati mereka ngintip-ngintip di luar masjid. Namun begitu, Pak Iskandar atau sering dipanggil Pak Is, adalah orang yang baik. Solat itu dipimpin oleh Ustadz Ibnu Abdiyah. Sebelum memasuki saf solat, Rian menyempatkan menoleh ke belakang melihat Tenri. Tenri pun juga melihatnya. Mereka berdua akhirnya saling tersenyum.
                            Solat Dhuhur dilaksanakan. Kewajiban sebagai orang muslim tidak boleh terlewatkan. Jika sudah terbiasa, solat Dhuhur yang berjumlah 4 rakaat, tidak akan terasa. Setelah salam, kemudian berdzikir dan dilanjutkan dengan doa. Dalam doa Rian meminta "Ya Allah,,,Titipkanlah hamba seorang wanita yang mencintaiku dan Aku cintai,,, dan semoga kami saling mencintai karenaMU Ya Allah,,,". Setelah Rian berdoa dan membasuh wajahnya, dia hendak bersalaman dengan temannya Kidol dan Ihsan. Tapi dia begitu kaget karena kedua temannya sudah tidak ada di tempat. Melainkan di luar Masjid.
                             Hal itu tidak membuat Rian meninggalkan solat sunnah setelah solat Dhuhur. Dia memilih solat tanpa harus mengikuti kedua temannya. Begitupun Tenri, dia juga solat sunnah. Kedua temannya berdiri di tempat sendal wanita. Seorang nenek-nenek adalah yang pertama keluar Masjid dibagian wanitanya.
                             "Nenek sudah tua, cu.., nenek lupa bawa uang kecil..,"
                             "Ma.., maksud nenek ?"
                             "Cucu ini yang jaga sendal, kan ?"
                             "Waduhh.., salah paham, nih..,"
                             "Tidak, nek.., kami menunggu seseorang..,"
                             "Oohh.., begitu, yah.., nenek kira cucu yang jaga sendal..,"
                             "Hati-hati, nek..,"
                             "Iya, cu.., biar tidak bilang, nenek akan hati-hati..,"
                             "Heh, Kidol ! Tuh.., tuh lihat !"
                             "Ehh, Kak Kidol, Kak Ihsan.., nunggu siapa ? Saya ?"
                             "Dasar GR !!"
                             "Pulang sana !! Piring masih numpuk di rumahmu !!"
                             "Hmm.., sok tahu !! Bukan piring tapi baju..,"
                             "Wulan..,"
                             "Ohh.., oh iya Kak.., Kak Kidol, Kak Ihsan, ini Kak Tenri. Tinggal dekat rumahku. juga dekat rumah Kak Lutfi...,"
                             "Salam kenal..,"
                             "Salam kenal..,"
                             "Iyahh..,"
                             "Ohh iya.., di dalam masih ada Kak Lutfi dan Kak Rian..,"
                             "Iyahh.., Aku sudah tahu..,"
                             "Hah ? Kak Tenri sudah tahu ?"
                             "Iyah.., pulang, yuk..,"
                             "Iya, Kak.., Kak Kidol, Kak Ihsan.., kami pulang yah..,"
                             "Oke, Lan.., hati-hati, yah..,"
                             "Biar Kak Ihsan tidak bilang..,"
                             Wulan dan Tenri meninggalkan mereka berdua. Tak lama kemudian, Lutfi dan Rian datang menghampiri mereka. Canda dan tawa mewarnai mereka berempat. Mereka adalah pemuda yang gagah di luar dan gagah di dalam. Gagah di dalam adalah Iman Islam, sedangkan gagah di luar, mereka berwajah eksotis. Namun, di antara mereka, hanya Rian yang kuliahnya tidak lanjut.  Ihsan dan Kidol masih kuliah dan Lutfi sudah magang sebentar lagi bekerja.
                              Hari-hari ke depan, akan membuat Rian semangat. Karena di masjid tempatnya menenangkan hati, muncul seseorang yang membuatnya semangat. Namun dalam hatinya bertanya, bolehkah pacaran dalam islam ? Dan yang lebih Rian takutkan, apabila dia pergi solat berjamaah ke Masjid, cuma hanya untuk melihat Tenri, bukan karena Allah.
                              Di atas tempat tidurnya dia terus memikirkan itu. Jam sudah pukul 10 malam, adiknya sudah terlelap di dekatnya. Tempat tidur Rian cukup untuk dua orang. Tiap hari Rian harus ikhlas berbagi dengan adiknya. Terkadang, Rian tidak memakai selimut. Dia membiarkan adiknya memakai sepenuhnya. Termasuk mengorbankan kuliahnya untuk pendidikan adik-adiknya.
                              Subuh itu, Rian melihat Tenri di saf wanita. Dia baru menemukan dan melihat seorang wanita yang masih muda, rajin beribadah ke Masjid. Kemarin, dan kemarinnya kemarin, hanya ibu-ibu dan nenek-nenek. Namun kini, kehadiran Tenri telah mewakili kalangan remaja perempuan melengkapi saf wanita.
                              Seperti yang biasa dia lakukan, yakni lari subuh. Dia berharap bisa bicara dengan Tenri lagi. Dia kenakan sepatu olahraganya dan berlari seperti biasanya. Namun, sampai di tempat tujuannya berlari, Rian tidak melihat Tenri.. Hal itu membuatnya bertanya-tanya dalam hati.
                              Hari itu masih pagi, sekitar jam setengah 7. Ketika hendak pulang, saat itulah Rian berpapasan dengan Tenri. Rian hendak kembali ke rumah, dan Tenri hendak ke sekolah. Tanpa basa-basi Rian menyapanya.
                                "Assalamualaikum..,"
                                "Walaikumsalam..,"
                                "A.., a.., "
                                "Hmm ? Kenapa Kak ?"
                                "A.., mau ke sekolah ?"
                                "Iyah.., Nih Aku pakai baju sekolah..,"
                                "Saya kira sudah selesai sekolahnya..,"
                                "Tahun ini, Insya Allah..,"
                                "Berarti sebentar lagi UAN, dong ?"
                                "Iyah, Kak.., Kak Rian dari mana ?"
                                "Jogging.., nih saya pakai baju jogging..,"
                                "Oh iya yah,,, heheh..,"
                                "Kalau begitu, mungkin hari ini cukup.., maaf sudah mengganggu..,"
                                "Cukup ? maksudnya ?"
                                "A.., tidak apa-apa.., kalau begitu.., saya kembali.., hati-hati, yah..,"
                                "Iyah, Kak..,"
                                "Assalamualaikum"
                                "Walaikumsalam..,"
                                Keduanya saling berpaling berlawanan arah. Rian hendak pulang, dan Tenri hendak ke sekolah. Rian berharap tiap hari bisa seperti itu. Dapat berbicara dengan Tenri tiap harinya. Dan berharap suatu hari nanti menjadi sepasang kekasih. Harapan yang dia sandarkan pada ALLAH SWT.
                                Rian tidak secara terang-terangan menunjukkan rasa sukanya. Dia memutar otaknya mencari ide. Akhirnya dia memutuskan menulis surat dan menarunhya di atas kunci pagarnya. Dan ketika Tenri kembali dari sekolah, dia langsung mengambilnya. Hampir tiap hari Rian menulis surat tetapi merahasiakan identitasnya. Meskipun Tenri sebenarnnya sudah tahu jika Rian yang menaruh surat-surat itu.
                                 Tenri hanya tersenyum membaca surat-surat itu. Dia menyimpan surat-surat Rian dalam sebuah dokumen rahasianya. Baginya, Rian adalah lelaki pertama yang mengiriminya surat. Dia sebenarnya ingin membalas surat itu, namun dia malu untuk melakukannya. Malamnya, dia memanggil Wulan ke rumahnya.
                                  Berbeda dengan Rian, malamnya dia ke rumah Lutfi. Lutfi hanya tinggal sendiri. Kedua orang tuanya bekerja di Papua. Dia sudah belajar mandiri semenjak masih sekolah. orangtuanya hanya mengiriminya uang tiap bulan. Baginya, dia sudah terbiasa hidup sendiri.
                                  "Asaalamualaikum"
                                  "Walaikumsalam"
                                  "Maaf ganggu, bro..,"
                                  "Yoh.., tidak juga, bro.., masuk..,"
                                  "Hehe.., Eh, Saya mau bertanya, Pi..,"
                                  "Mmm ? Apa itu, bro..?"
                                  "Menurut kamu, pacaran itu.., boleh atau......,"
                                  "Atau apa ? Kalau menurut saya, boleh. Tetapi ada batas-batasnya..,"
                                  "Boleh ? Kenapa begitu ?"
                                  "Kan kamu nanya, kalau menurut saya..,"
                                  "Tetapi dalam Al-Qur'an dan Hadits, saya belum temukan..,"
                                  "Gini, bro.., semua kembali padamu.., ikuti kata hatimu. Saya bilang boleh karena saya lagi pacaran dengan Dwi.., Kalau saya bilang tidak boleh, itu artinya saya munafik..,"
                                  "Oops.., iya yah.., kamu kan pacaran dengan Dwi.., kenapa saya nanya sama kamu, yah ?"
                                  "Atau begini, kamu nanya sama Pak Ramzi, dia kan banyak tahu tentang agama islam..,"
                                  "Oh iya yah.., Dia kan Om ku.., kenapa tidak terpikirkan, yah."
                                  "Pernah tidak kamu lihat Pak Ramzi pacaran sebelum dia menikah ?"
                                  "Tidak pernah ! Nah, loh.., kalau begitu untuk apa saya bertanya ke Pak Ramzi ? Jawabannya pasti tidak boleh !"
                                  "Coba saja dulu, bro.., mungkin kau akan menemukan jawabannya."
                                  "Oh iya yah.., kalau begitu, makasih, Pi..,"
                                  "Maksudmu ?"
                                  "Saya hanya mau bertanya itu..,"
                                  "Jadi ? Kau hanya mau bertanya begitu ?"
                                  "Hehe.., maaf sudah ganggu, bro..,"
                                  "Huh.., yah.., tak apa-apa, bro..,"
                                  "Saya pulang dulu, makasih, Pi..,"
                                  "Yah, sama-sama, bro..,"
                                  "Assalamualaikum"
                                  "Walaikumsalam"
                                  Keluar dari pagar rumah Lutfi, Rian berdiri sejenak memandangi rumah Tenri. Hal itu disadari oleh Lutfi dan kemudian meneriaki Rian. "Wulan ! Ada yang cari tuh !!" Secara bersamaan, Wulan keluar dari rumah Tenri. Wulan menengok ke kanan dan ke kiri, namun tidak ada siapa pun. Ternyata Rian sudah hilang dengan langkah seribunya.
                                  Waktu terus berlalu. Perasaan masih terpendam . Meskipun Rian sudah menceritakan rahasianya pada sahabatnya Lutfi dan teman-temannya Kidol dan Ihsan, dia masih saja bersembunyi dari perasaannya yang sebenarnya. Menyerah pada keadaan, Rian akhirnya meminta bantuan Wulan. Namun saat itu bulan Maret. Saat-saat sibuknya Tenri menghadapi UAS dan UAN.
                                   Kesibukan yang dihadapi Tenri, membuatnya jarang terlihat di Masjid. Meskipun hari Ahad, Tenri juga jarang terlihat. Hal itu membuat Rian sangat merindukannya. Meskipun begitu, dia tetap rajin solat berjamaah. Di sela-sela waktu kosongnya, dia mencoba membersihkan Masjid. Menyapu dan mengepel lantainya. Rian senang melihat kebersihan masjid itu.
                                   Hal yang dilakukan Rian mengundang perhatian pengurus Masjid Al - Ihsan. Malam itu, Pak Ramzi yang juga salah satu anggota pengurus Masjid, berbicara 4 mata dengan Rian.
                                   "Bagaimana kegiatanmu ?"
                                   "Yah, hanya begini-begini, pak..,"
                                   "Saya akan menawarkan kegiatan untukmu di Masjid, ini..,"
                                   "A.., apa itu, pak ?"
                                   "Bagaimana kalau kamu tinggal di masjid ini ?"
                                   "Tinggal ?"
                                   "Ya.., ada ruangan di sana yang kosong dan tidak di gunakan.., kalau kamu mau, biarlah pengurus Masjid menjadikan itu kamar untukmu..,"
                                   "A, bagaimana, yah..,"
                                   "Kamu juga bisa belajar mandiri, dan tugasmu hanya  mengaktifkan Tape Masjid saat waktu-waktu solat tiba..,"
                                   "Tapi, kenapa harus saya,pak..?"
                                   "Kamu masih muda.., Allah suka pemuda yang senang di Masjid.., "
                                   "Haah ? Kenapa Allah suka pemuda, pak..? Padahal kita sama-sama solat berjamaah..?"
                                   "Pemuda itu, fisiknya masih kuat.., dia  bisa berbuat apa-apa.., dan kebanyakan di antaranya adalah perbuatan yang mengarah ke perbuatan dosa.., jika di gunakan untuk beribadah, Allah akan sangat senang padanya.., dan salah satu golongan manusia yang mendapatkan naungan di Padang Masyhar kelak adalah pemuda-pemuda yang hatinya senang di Masjid.., sedangkan orang tua ? Kamu tahu sendiri kan ? Kami sudah tidak bisa apa-apa..,"
                                    "Oh, begitu yah, pak..?"
                                    "Saya pernah menjadi Lurah, banyak Masjid telah ku singgahi. Dan rata-rata yang menjaga Masjid itu adalah anak muda. Sebagian besar dari mereka telah menjadi sukses. Ada yang jadi pengusaha, menjadi suami salah seorang anak Ulama besar Indonesia, dan  banyak lagi."
                                    "Hehe. Saya jadi semangat, pak..,"
                                    "Dan satu lagi, pemuda yang selalu di Masjid, dia akan di sukai banyak orang. Rahmat Allah akan turun padanya. Sehingga siapapun yang melihatnya, akan terasa senang hatinya. Bagaimana ? Kamu mau menerima tawaran untuk tinggal di Masjid, ini ?"
                                    "Insya Allah, Pak..,"
                                    "Kalau begitu, Saya akan membicarakan ini kepada pengurus masjid yang lainnya.."
                                    "Makasih, Pak..,"
                                    Mulai saat itu, Rian di angkat sebagai pemuda yang bertanggung jawab penuh untuk Masjid Al - Ihsan. Barang-barangnya seperti pakaian dan alat-alat lain di rumahnya, di pindahkan ke Kamar yang telah dibuatkan oleh Pengurus Masjid. Kamar yang tadinya adalah gudang penyimpanan. Lutfi juga ikut membantu mengatur barang-barang Rian. Dan pada saat itu, kisah ini bermula.
                                    
                                                                                              BAB 1 : THE END


                                                                      

           

2 komentar:

  1. bgs ceritanya,, nda ada komen apa2 deh.., sukses trus buat tulisan-tulisan selanjutnya.., msh penasaran dgn kelanjutan ceritanya.. Rian,

    BalasHapus
  2. pacaran memang halal dalam islam bagi mereka yang telah melakukan akad nikah...
    so...
    nikah dulu baru pacaran...
    sama halnya dengan puasa dulu baru kita dapat menikmaati lezatnya hidangan saat berbuka...

    BalasHapus