Hari ini panas sekali. Aku tancapkan motorku di tengah keramaian kendaraan di jalan. Aku ingin cepat-cepat tiba di rumah. Mata kuliahku hanya satu hari ini. Tapi semangat kuliahku tidak kendur dikarenakan ada seseorang yang sangat spesial di Kampus. Namanya Yola dari fakultas ekonomi. Sesuatu yang spesial di tempat kita berpijak, akan memberikan semangat tersendiri untuk tetap rajin dan teguh dalam menjalani aspek kehidupan itu. Di manapun itu dan selalu begitu.

Dari kaca spion Aku melihat dia semakin dekat. Aku tancapkan lagi motorku namun sudah tidak mau bertambah kecepatannya. Maklumlah motrorku sudah peot dan tua. Aku tidak mau menyerah. Kendaraan-kendaraan di depanku Aku lewati dengan kelihaian tanganku membawa motor. Tetapi polisi itu juga tidak mau menyerah. Dia juga lincah mengemudikan motornya.
Ayo Stephen ! Itu adalah nama motorku. Saat ini kita bagaikan penjahat yang dikejar oleh polisi. Aku terus menoleh ke belakang. Dia hanya tersenyum seakan meledekku dan menyuruhku lebih cepat lagi. Kumisnya yang tebal seakan ikut juga mengejekku. Kita lihat saja siapa yang lebih baik. Dan akhirnya dengan susah payah, Aku disuruh minggir.
"Selamat siang, dek..,"
"Siang, pak..,"
"Adek tau salah adek apa ?"
"Emangnya pak polisi, tau ?"
"Kecepatan adek di atas 60 Km/jam. Melebihi batas kecepatan yang di anjurkan."
"Lalu kenapa, pak..?"
"Kenapa katamu ? Adek sudah melanggar aturan ! Bisa lihat SIM dan STNK nya ?"
"Ada, pak.., tapi di rumah !"
"Di rumah katamu ? Kau pikir saya percaya ?"
"Ayolah, pak.., Apa tampangku ini seperti seorang yang sedang berbohong ?"
"Kalau begitu, Adek Kutilang..,"
"Apa ? Kalau saya Kutilang, berarti bapak Perkutut !"
"Heh ! Kamu jangan meledek ! Beraninya kau mengatakan saya Perkutut !"
"Ihh, kan pak polisi yang duluan mengatakan saya Kutilang ! Memangnya saya burung peliharaan, pak ?"
"Maksud saya, adek Aku Tilang !"
"What ? Jangan gitu dong, pak.., kasihanilah saya, pak !"
"Adek sudah tidak bawa SIM dan STNK, lalu kecepatan yang melanggar.., adek harus saya tilang.., itu sudah aturan, dek..,"
"(Mati Aku) Begini saja, pak.., kita damai yah, pak..,"
"Apa ? Damai ? Kau pikir Aku polisi apaan ?"
"Kan biasanya begitu, pak.., dan selalu begitu..,"
"Maaf, dek ! Aku polisi yang berwibawa.., adek tidak bisa menyogokku..,"
"Tolonglah pak.., lihatlah isi dompetku ini pak ! Hanya ada uang 20 ribu..,"
"Hmm ? 20 ribu ? Lalu itu yang 5 ribu kau tidak hitung..?"
"5 ribunya beli bensin, pak.., 20 ribunya untuk belikan hadiah ulang tahun pacar saya hari minggu nanti..,"
"Saya tidak peduli ! Mau pacarmu yang ulang tahun, bapakmu, atau nenekmu ! Adek saya tilang !!"
"Lihat tampang kasihan saya, pak..,"
"Saya sudah melihat tampang sepertimu kemarin-kemarin..,"
"Lihat sekali lagi, pak.."
"Tidak pengaruh..!"
"Lihat dong, pak !"
"Tidak pengaruh !"
"Tatap mata saya ! Dalam hitungan tiga, pak polisi tertidur !"
"Adek, Aku tilang !!!"
"Oh..., Noooooooooo !!!"
Akhirnya setelah terus membujuk, motorku di bawa ke kantor polisi. Terpaksa Aku pulang dengan membawa surat tilang. pak polisi itu tidak bisa disogok. Aku kira selalu begitu. Tapi ternyata tidak semuanya. Jika semua polisi seperti itu, Aku jamin tak akan ada lagi pengendara yang berani keluar tanpa membawa SIM dan STNK. Termasuk Aku.
Ke esokan harinya, Aku harus ke Kampus dengan naik angkot. Pacarku Yola menanyakan perihal masalah yang menimpaku. Aku hanya bilang ada polisi jujur yang menilangku. Motorku ditahan dan diamankan di kantor polisi. Pacarku itu hanya bisa tersenyum dan mencoba untuk menghiburku. Dia menyuruhku untuk sabar menghadapi ujian ini. Sesuatu selalu ada hikmahnya. Dan semuanya selalu begitu.
Tanpa adanya Stephen, Aku sulit bepergian. Hari ulang tahun Yola semakin dekat. Aku harus membelikan hadiah untuknya. Sebagaimana ketika Aku ulang tahun, dia membelikanku sebuah hadiah yang sangat bagus. Sebuah jam tangan berkelas. Dan dia tidak mengharapkanku memberinya hadiah yang harus sama berkelas dengannya.
Dengan modal yang pas-pasan, Aku membelikan sebuah boneka untuknya. Wanita sangat suka dengan boneka. Dan memang selalu begitu. Yang kupikirkan saat ini dengan uangku yang pas-pasan, hanya untuk membelikan Yola hadiah. Bagaimana dengan Stephen ? Itu adalah masalah di belakang setelah semuanya ini selesai. Aku akan menebusnya di lain hari.
Hari ulang tahun Yola tiba. Semua persiapan sudah selesai. Hadiah yang sudah Aku bingkai kado dengan baik-baik, telah Aku persiapkan. Ini juga adalah yang ketiga kali Aku pergi ke rumah Yola. Sebelumnya, hanya ada adiknya yang sangatlah bawel ketika Aku ke rumahnya. Stephen, hari ini Aku akan ke rumah Yola tanpamu, Aku akan merindukanmu di kantor polisi.
Aku berangkat dengan sebuah angkot hingga depan kompleksnya. Kemudian diteruskan dengan naik becak masuk ke dalam. Berbeda saat dengan Stephen, Uangku lebih hemat keluarnya. Kemanapun Aku pergi, Aku tidak perlu mengeluarkan biaya transport yang lebih. Sampai depan rumah Yola, Aku melihat banyak kendaraan motor dan juga mobil. Sepertinya itu adalah kendaraan teman-teman kampus. Hanya Aku yang naik becak padahal Aku adalah orang yang spesial buat Yola.
"Heh, Uki.., masuk yuk..,"
"I.. iya.."
"Kok grogi ? Yuk ! Teman-teman sudah nunggu di dalam..,"
"Ini.., untukmu..,"
"Waw.., apa ini, sayang ?"
"Itu.., tidak seberapa kok..,"
"Makasih yah, sayang.., Yuk, masuk..,"
"Iya..,"
Pesta itu sangat meriah. Teman-teman menikmatinya. Yola mengajakku mengobrol hanya berdua. Banyak hal yang dia harapkan di hari yang sangat spesial untuknya itu. Salah satunya tetap menjalin asmara denganku. Dan hal itu dia katakan langsung padaku. Aku juga berharap bisa memberikannya sesuatu yang lebih dari selama ini yang sudah kutunjukkan padanya.
"Yola, pacarmu yang mana ?"
"Eh, Papa.., Mama..,"
"???"
"Ini Pa, Ma.., namanya Uki..,"
"Hah ? Ini pacarmu ?"
"Iyah, Pa..,"
"Yola.., Papamu ?"
"Hmm.., iyah.., Ini Mamaku..,"
"Kami sudah dengar dari Yola jika kamu anak yang baik dan jujur.., Iya kan, Pa ?"
"Aa' Yahh..,"
"Hehe.., Uki ! Bagaimana menurtmu ?"
"A' yah.., Papa dan Mama mu.., baik..,"
"Baik ? Kamu kan baru lihat Papaku..,"
"Ya' karena kamu baik, pasti kedua orang tuamu juga baik.., hehe..,"
"Makasih.., bagaimana Pa, Ma ? Setuju kan jika Aku pacaran dengan Uki ?"
"Kami setuju saja, Iya kan, Pa ?"
"Iya, Ma..,"
"Makasih, Pa, Ma..,"
"Honey, Papa bisa bicara dengan Uki ?"
"Berdua ? Hmm, jangan lama yah, Pa..,"
"Iyahhh..,"
Aku benar-benar tidak menyangka jika ayah Yola adalah polisi yang waktu itu menilangku. Dia pun membawaku ke depan rumah untuk mengobrol. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku juga tidak menyangka jika Yola telah menceritakan pada kedua orang tuanya tentang diriku. Mungkin aku akan di Introgasi lagi dan mengancamku untuk tidak berbuat yang macam-macam pada Yola.
"Jadi, kau adalah pacar anakku ?"
"I.. iyah, pak.."
"Sudah berapa lama ?"
"Setahun, pak..,"
"Kenapa Saya tidak pernah melihatmu berkunjung ke rumah ini ?"
"Yola belum siap, pak.., katanya dia butuh waktu untuk mengenalkanku pada pak polisi dan nyonya.., sehingga Aku hanya mengantar Yola pulang dari kampus hingga depan Kompleks..,"
"Dengan motormu ?"
"Iya, pak..,"
"Kau rindu dengan motormu ?"
"Namanya Stephen, pak..,"
"Motor juga punya nama ? Kau gila !"
"Terserah pak polisi..,"
"Apa kau membawa SIM dan STNK ?"
"Ada di dompet, pak.., tapi Aku tidak membawa motor, pak..,"
"Waktu Aku menilangmu, kau mengatakan jika SIM dan STNK mu ada di rumah.., Aku pikir kau berbohong.., sedangkan kata anakku, kamu adalah orang yang jujur..,"
"Tunggu, pak.., ini SIM dan STNK milikku..,"
"Hmm.., di dompetmu ini ada foto anakku, yah.., kalau begitu, Aku akan mengurus pengembalian motormu..,"
"Pak polisi serius ?"
"Yah !! Dan Aku akan memberimu dua syarat..,"
"Apa itu, pak ?"
"Pertama, jangan beritahu Yola jika Aku yang menilangmu..,"
"Mmm.., setuju ! Kedua ?"
"Jaga anakku baik-baik..,"
"What ? Jadi ? Aku di izinkan pacarin anak pak polisi, yah ?"
"Haruskah Aku memberimu surat Tilang ?"
"Hahahahahahahaha"
"^_^"
Aku sungguh-sungguh bahagia. Motorku akan segera kembali. Aku juga mendapat izin dari ayah Yola. benar-benar hari yang membuatku bahagia. Setelah kami berbicara empat mata, kami kembali masuk untuk merayakan hari ulang tahun Yola. Mulai saat itu, Aku juga mendapat izin untuk selalu mengantar Yola pulang Kampus hingga depan rumahnya.
"Uki.., makasih, yah..,"
"Iyah., Di sini tidak ada tukang ojek, yah ?"
"Biar Papaku yang mengantarmu.., Nanti Aku juga Akan menyuruh papaku mengurus motormu yang di tahan..,"
"A' tak perlu.., Aku bisa naik ojek, kok.., dan terima kasih untuk hari ini..,"
"Papaku bicara apa tadi ?"
"Dia memberiku SIM dan STNK..,"
"Mmh ? Maksudnya ?"
"SIM itu, Surat Izin Mencintaimu..,"
"Hahaha.., lalu ? STNK ?"
"Surat Tanda Ngantar Kamu..,"
"^_^ Hahaha.., Kamu bisa aja, Uki..,"
"Aku pulang, yah..,"
"Yah.., Dahh..,"
Akhirnya Aku bisa pulang dengan sangat tenang. Tidak lama lagi motorku akan segera kembali. Aku bisa sedikit merasa lega. Angkot yang kunaiki hampir sampai di tempat seharusnya Aku turun. Tetapi baru saja Aku akan membayar, dompetku tidak ada pada tempatnya. Waduhh ! Dompetku masih dipegang oleh pak polisi itu.
THE END
ORIGINAL CONCEPT EKO ADRIANTO
28 MEI 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar