Senin, 07 Mei 2012

Islam Yang Terlupa

Bab 2 : Ujian Hati

                        Kehidupan baru Rian dimulai sebagai seorang penjaga Masjid. Temannya Lutfi setia menemaninya. Rian yang memiliki kekurangan, di tutupi oleh Lutfi. Rian malu untuk Adzan sehingga temannya Lutfi yang mengisinya. Mereka berdua menginap bersama di Masjid. Subuhnya, Lutfi selalu mendahului Rian bangun. Dan ketika Lutfi selesai Adzan subuh, Rian dibangunkannya. Keduanya sangat peduli dengan Masjid yang selama ini kurang diperhatikan.
                        Adzan subuh berkumandang. Suara Lutfi yang menggema di langit subuh, membangunkan kaum muslimin yang masih terlelap. Mereka berbondong-bondong ke Masjid. kebanyakan dari mereka adalah orang tua. Sedangkan anak muda sedang asyik-asyiknya tidur. Kebanyakan dari mereka bangun sekitar jam setengah 7. Bukan solat subuh lagi tetapi solat sunah Duha.
                        Setelah solat Subuh berjamaah, Lutfi membaca Al-Qur'an sejenak. Sedangkan Rian melanjutkan tidurnya. Semangatnya meredup saat Tenri tidak pernah lagi tampak di Masjid karena kesibukannya menghadapi Ujian Akhir Sekolah. Biasanya, setelah solat Subuh dia jogging. Hal itu sebelum tenri jarang terlihat. Semangatnya seperti hilang begitu saja.
                         Seperti hari-hari biasanya, membersihkan Masjid adalah pekerjaan baru Rian. Pekerjaan yang tiap hari dikerjakan, akan sangatlah berat. Namun keikhlasan membuat Rian merasa ringan mengerjakannya. Setelah membersihkan, dia selalu berdoa, 'Ya Allah, Aku di sini karenaMU.., dan Aku ikhlas karenaMU.., tunjukkan pada Hamba kebesaranMU.., Saat ini, Aku hanya butuh cintaMU dan cinta seseorang yang bernama Tenri.., dan Aku mengharapkan RidhoMU Ya Allah..,'.
                         Doa itu selalu dia ucapkan dalam hati apabila selesai membersihkan Masjid. Dia tidak berharap banyak dari pahala yang akan dia dapatkan. Dia hanya meminta pahalanya ditukar dengan doa yang sangat ingin untuk dikabulkan. Baginya saat itu, sosok Tenri begitu sempurna untuknya. Namun bagi Allah, sesuatu lebih sempurna jauh dari itu. Tetapi Allah maha mendengar.
                         Setelah Solat Maghrib, Rian memanggil Wulan yang kebetulan ada pada saat itu. Dia ingin menanyakan kabar Tenri. Bulan April itu terasa hampa bagi Rian. Setelah hampir tidak pernah lagi menemuinya, dia bagai seorang yang tidak punya semangat lagi.
                         "Jadi, saat ini dia menginap di rumah Tantenya ?"
                         "Ya, Kak.., kadang dia pulang ke sini tetapi hanya sebentar..,"
                         "A, apakah dia menyukai seseorang laki-laki sebelumnya..?"
                         "Yang pernah kudengar, dia tidak pernah pacaran dengan siapapun..,"
                         "Kenapa bisa begitu ? Dia sangat cantik.., kalem, pendiam, dan rajin beribadah.., tidak mungkin dia tidak disukai oleh laki-laki manapun..,"
                         "Kenapa Kak Rian bicara seperti itu ? Kak Rian suka yah dengan Kak Tenri ?"
                         "Kalau harus jujur, Yah.., Aku memang suka dengannya..,"
                         "Baru ini Kak Tenri bilang padaku kalau dia tidak mau pacaran dengan siapapun.., Aku tidak tahu alasannya apa..,"
                         "A, apa..?"
                         "Kenapa, Kak..,?"
                         "Tenri bicara begitu padamu..?"
                         "Yah.., hmmm, waktu hari Ahad baru-baru ini.., dia sempat pulang ke rumahnya yang di sini.., dan mengobrol denganku tentang cowok.., hehehe, maksudku tentang cowok tipe kesukaannya yang bagaimana..,"
                         "Dan dia bilang..?"
                         "Kak Tenri tidak tertarik dengan siapapun..,"
                         "Ohh.., begitu, yah..,(Ya Allah..,)"
                         "Kak Rian beneran suka dengan Kak Tenri ?"
                         "Yaph.., tapi mungkin harus kulupakan..,"
                         "Kalua mau, nanti Aku tanyakan kak Tenri, bagaimana kalau yang suka dengannya itu Kak Rian ?"
                         "Jawabannya pasti sama.., Aku lebih baik mundur dari niatku..,"
                         "Yang bener ? Tidak mau dicoba dulu ?"
                         "Makasih, Lan.., tidak perlu.., kabari saja Tenri jika Aku menyukainya..,"
                         "Aneh ni, Kak Rian.., sama saja tuh..,"
                         "Hahahahaha.."
                         Setelah berbicara dengan Wulan, Rian berjalan ke tempat Wudhu untuk membersihkannya. Rupanya papan peringatan untuk membuka alas kaki, tidak dipedulikan sebagian Jamaah Solat. kebanyakan dari mereka tetap memakai alas kaki masuk ke dalam tempat wudhu yang mana kaki mereka meniggalkan bekas yang sangatlah kotor. Sekali lagi Rian harus meredam emosinya dan mencoba untuk ikhlas mengerjakannya. Baru beberapa hari dia menjadi seorang penjaga Masjid, ujian banyak menghampirinya.
                         Saat membersihkan, tiga anak perempuan yang masih kelas 4 SD datang menghampirinya. Dia adalah Ayih, Riska dan Mia. Ketiga anak itu adalah teman sekelas. Ayih rambutnya pendek, Riska dan Mia rambunya panjang. Namun, diantara ketiganya, Ayih yang paling imut dan manis. mereka bertiga hanya terdiam menyaksikan Rian membersihkan tempat wudhu. Dan akhirnya Rian menyadari kehadiran mereka.
                          "Hmm, hmm, hmm,"
                          "...?"
                          "Eh, Kaka' lagi membersihkan yah ?"
                          "Mmh ? Bersih - bersih lah ! Apa saya seperti sedang memasak ?"
                          "Idihh..., Kaka' disapah baik-baik..,"
                          "Iyah, iyah.., kalian mau apa ?"
                          "Kami mau berwudhu lah ! Memangnya kami mau memasak ?"
                          "Duhh.., nih anak-anak !"
                          "Riska, jangan begitu dong ama Kak Rian..,"
                          "Mmh ? Kalian tahu namaku ?"
                          "Ya iya lah.., Kaka' itu sudah terkenal sekompleks ini..,"
                          "Terkenal ? Terkenal sebagai apa ?"
                          "Penjaga Masjid ini.., hehehe..,"
                          "Ayih, jangan tertawa dong.., pekerjaan Kak Rian itu mulia..,"
                          "Hmm, hmm, ada apa dengan Mia ? Hehehee.."
                          "Yah sudah.., berwudhu sana.., perempuan di sebelah situ..,"
                          "Kak, maafkan kami yah.., namaku Riska, ini Ayih, dan ini Mia.., kami tinggal di blog G sana, dan Mia di samping Masjid ini..,"
                          "Yah.., salam kenal saja.., tapi, Saya baru melihat kalian ?"
                          "Hehehe.., mulai hari ini, kami bertiga akan sering ke Masjid solat..,"
                          "Mmh ? Kenapa ?"
                          "Karena ada Kak Rian, Hehehehe..,"
                          "Hus.., Ayih kamu bercanda terus.., kami akan mulai rajin solat mulai hari ini..,"
                          "Iyah kenapa ? Kenapa kalian mulai rajin solat hari ini ?"
                          "Maafkan Ayih dan Riska, Kak.., mereka lagi setress.., iyah hari ini kami akan mulai rajin solat.., iya kan Ayih, Riska ?"
                          "Dasar ! Apa harus Aku ulang pertanyaanku ? Sudah, sudah, berwudhu sana ! Kelamaan saya bisa ikut stress karena kalian !!"
                          "Hehehehe.., Kak Rian lucu kalau marah.., hehehehe......"
                          "Hahahahhahaa..,"
                          "(Dasar anak-anak..,) Ampun, dehh..,"
                          Masjid Al-Ihsan itu mulai ramai dengan datangnya anak-anak untuk solat. Kehadiran mereka mengubah warna jamaahnya. Sebelumnya, hanya ada orang tua dan sebagian kecil remaja.Tapi kini, anak-anak mulai berbondong-bondong ke Masjid. Terlebih lagi ketiga anak itu, mengajak anak-anak lainnya untuk pergi untuk berjamaah ke Masjid. Perubahan drastis sejak Rian berada di Masjid.
                          "Kenapa kalian belum pulang ?"
                          "Kami mau membantu Kak Rian sebelum kami pulang..,"
                          "Kalian mau bantu apa ? Nih anak !"
                          "Yah, bantu tutup pintu, atau tutup jendela masjid, iya kan, Ayih, Mia,,,"
                          "Iyah, kak..,"
                          "Kalian pulang itu sudah membantu.., pulang yah, yah,,,"
                          "Huh.., okelah.., kami pulang yah Kak..,"
                          "Mmh. yah.., Alhamdulillah..,"
                          "Assalamualaikum..,"
                          "Walaikumsalam..,"
                          Ketiga anak yang juga sekelas di sekolahnya itu, akhirnya pulang dengan harapan besok masih bisa mengobrol dengan Rian lagi. Mereka merasa senang karena bisa mengobrol dengan Rian. Lutfi yang sedari tadi melihat kebersamaan mereka, hanya bisa tersenyum. Rian hanya bisa geleng-geleng kepala. Dia harus bisa menghadapi anak-anak dengan kesabaran. Jika dihadapi dengan emosional, mereka tidak akan ke Masjid lagi karena takut dengannya.
                          Subuh harinya, Rian masih terlelap. Tape Masjid diaktifkan oleh Lutfi. Sama dengan hari-hari kemarin. Lutfi berpikir untuk mengerjai Rian yang masih tertidur. Dia pun pura-pura tidur di samping Rian. Tape Masjid yang terus berbunyi, membuat Rian terbangun. Dilihatnya Lutfi masih tertidur di dekatnya. Dia jadi heran karena Lutfi tertidur dan Tape Masjid berbunyi.
                          Dia berpikir jika sehabis mengaktifkan Tape Masjid, Lutfi tertidur. Yang Adzan siapa ? Itu lah yang terlintas dipikirannya. Karena tidak enak membangunkan Lutfi, Rian juga mencari ide. 'Pi !! Uphie !! Heh ! Ada kecoa di sarungmu ! Nanti nyungsep masuk ke celana dalammu !! Hiiiiiii.., tuh kecoanya lagi cari-cari jalan masuk..., hiiiiiii'
                          Spontan Lutfi melompat dari tempat tidur. Dia mengibas-ngibaskan sarungnya sambil melompat-lompat dengan rasa geli. Rian jadi heran dan akhirnya mengerti kalau Lutfi ternyata pura-pura tidur agar dia yang Adzan. Kamar Rian memang banyak Kecoa yang mondar-mandir. Namun sebenarnya Rian juga takut dengan Kecoa. Tetapi ide itu juga membongkar permainan Lutfi.
                          "Hahahahahaaaahahaa..,"
                          "Ke, kecoanya mana ? Hiiiii..,"
                          "Bercanda, bro.., hahahahhahahaha..,"
                          "Uph ! Rian ! Kau ini !"
                          "Haahahahhahaaa..,"
                          Subuh itu Rian tertawa tanpa henti. Terlebih lagi ketika Lutfi hendak melepas semua pakaiannya karena geli. Jika dia tidak segera mengatakan bercanda, Lutfi mungkin sudah bugil. Tetapi bagaimanapun itu, Rian tetap meminta maaf pada sahabatnya itu. Sahabat yang selama ini menemaninya menginap di Masjid. Dan pada akhirnya, Lutfi juga yang Adzan. Dia yang hendak mengerjai, malah dikerjai. Tipuan yang dibalas dengan tipuan.
                          Hari demi hari berlalu. Bulan Ramadhan sebentar lagi akan tiba. Tiap harinya, Rian selalu ditemani oleh Ayih, Riska, dan Mia. Mereka sering mengobrol di sore harinya. Banyak hal yang di ajarkan Rian kepada ketiga anak-anak itu. Cara berwudhu yang benar dan banyak hal lagi tentang ibadah dalam Islam. Mereka bertiga juga bukan anak Santri yang datang mengaji di sore hari. Mereka hanya bagian dari anak-anak biasa.
                          Di antara ketiganya, Ayih terlalu dekat dengan Rian. Hal itu menimbulkan anggapan dari Riska dan Mia jika Ayih menyukai Rian. Begitupun dari pihak teman Rian. Kidol dan Ihsan dari pengamatannya, menyimpulkan jika Rian menyukai salah satu dari ketiga anak-anak yang sering bersamanya itu. Rian berusaha tenang mendengar berita itu. Dia pemain tenang. Tidak perlu menanggapi hal yang tidak penting.
                         Ayih dan kedua temannya yang saat itu menanjak ke kelas 5 SD, mendapatkan banyak ilmu dari Rian. Bulan Ramadhan akan memasuki hari pertama pada tanggal 13 September 2007 nanti. Umat muslim diwajibkan untuk berpuasa. Sebelum memasuki hari itu, Kidol menyempatkan bicara 4 mata dengan Rian di atas atap masjid. Masjid Al-Ihsan memiliki lantai teratas di mana matahari sangat indah dilihat dari tempat itu ketika terbit ataupun terbenam.
                         "Matahari sangatlah indah jika dilihat dari sini..,"
                         "Yahh..,"
                         "Kau masih menyukai Tenri ?"
                         "Mmh..? Kenapa kau tanyakan itu..?"
                         "Ataukah salah satu dari ketiga anak itu ?"
                         "Apa maksudmu, Dol..?"
                         "Ihsan juga berpikir sama denganku.., kau tidak lagi berharap untuk Tenri..,
                         "Aku.., takut untuk sakit hati..,Aku juga sudah tahu jawaban apa yang akan kuterima jika Aku ungkapkan perasaanku padanya..,"
                         "Jadi ? Pilihanmu berubah ?"
                         "Aku tidak tahu..,"
                         "Kau menyerah sebelum melangkah ?"
                         "Bukan menyerah.., tapi..,"
                         "Apalah arti semua doamu selama ini jika kamu tidak mencoba..,identitas seorang muslim adalah doa dan usaha.., kamu lupa ?"
                         "Aku tidak pernah lupa dengan jati diriku sebagai seorang muslim, tapi..,"
                         "Hatimu lagi kacau, yah ?"
                         "Menurutmu..?"
                         "Kau harus bisa menerima kenyataan jika kau memang menyukai salah satu dari ketiga anak itu.., atau salah satu dari ketiga anak itu yang menyukainmu..,
                         "Semoga Allah memberiku jawaban..,"
                         "Oke, teman.., Semoga Allah memberimu jawaban yang terbaik..,"
                         "Amin"
                         Pada kenyataannya, Ayih memang benar-benar menyukai Rian. Dia yang merupakan anak tunggal dari keluarga yang berada, tidak pernah merasakan memiliki seorang kakak ataupun seorang adik. Hal itu membuatnya mengidolakan Rian di hatinya. Begitupun Rian. Dia yang belum pernah diperhatikan siapapun selain Ayih, merasakan perbedaan yang mendalam. Dia juga tidak memiliki adik perempuan. hal itu membuat Rian merasakan perbedaan.
                         Bulan Ramadhan pun tiba. Ayih dan kedua temannya solat Tarwih di lantai 2 Masjid. Dia sengaja memilih tempat yang strategis untuk bisa melihat dan dilihat oleh Rian di lantai bawah. Tempat solat Tarwih Rian juga selalu di posisi yang sama. Lantai pertama dan bagian kanan Saf jemaah laki-laki. Dan benar saja, Rian dan Ayih bisa saling melihat dari dua lantai Masjid, atas dan bawah.
                         Berbeda masalah Rakaat, Ayih dan kedua temannya Riska dan Mia, hanya solat Tarwih 8 Rakaat. Rian mengambil dan melanjutkan untuk 20 Rakaat bersama teman-temannya Lutfi, Kidol dan Ihsan. Ketika mereka bersiap untuk solat Tarwih 20 Rakaat, Rian menyempatkan menoleh ke Saf perempuan. Hanya ada beberapa perempuanyang juga hendak solat Tarwih 20 Rakaat. Di antara mereka, tampak Wulan dan seseorang yang tidak asing lagi. Tenri yang bersebelahan dengan Wulan.
                         Selesai solat Tarwih, Wulan menunggu Rian di depan Masjid. Sedangkan Tenri kembali ke rumahnya. Ada hal yang ingin dibicarakan Wulan kepada Rian. Hal itu membuat Rian bertanya-tanya ada apa tiba-tiba Wulan mau berbicara dengannya. Kidol dan Ihsan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Mereka menganggap jika Rian dalam konflik cinta segitiga.
                          "Kak Rian.., Aku sudah bicara dengan Kak Tenri..,"
                          "Bicara ? Tentang apa ?"
                          "Kalau Kak Rian suka dengan dia..,"
                          "Kau benar-benar bicara begitu dengannya ?"
                          "Iya.., Kak Rian mau tahu jawabannya ?"
                          "Mmh, Tidak ah.., Tidak perlu..,"
                          "Serius ?"
                          "Teman-teman sudah menuggu di kamarku.., kamu tidak pulang ?"
                          "Jangan mengalihkan pembicaraan, Kak..,"
                          "Sudahlah, Lan.., Kamu pulang saja.., sudah malam..,"
                          "Tapi.., Kak Tenri juga menyukai Kak Rian..,"
                          "A.., apa ?"
                          "Dia bilang jika dia juga menyukai kak Rian.., tetapi dia ingin saling mengenal dulu dengan kak Rian..,"
                          "Ka.., kamu serius, Lan ? Dia bilang seperti itu ?"
                          "Aku tidak bohong.., untuk apa Aku menunggu Kak Rian di sini jika bukan untuk mengatakan ini.. ?"
                          "Alhamdulillah..,"
                          "Hah ? Apa, Kak ?"
                          "A' tidak.., Makasih, Lan..,kamu benar-benar bisa diandalkan..,"
                          "Cieeehh.., ada orang yang doanya terkabul, nih..?"
                          "Sudah malam.., sebaiknya kamu pulang..,"
                          "Oh iya.., kata Kak Tenri, jangan lupa Sahur.., hehe..,"
                          "Yah.., pasti..,"
                          "Kalau begitu, Aku pulang yah, Kak.., Assalamulaikum..,"
                          "Walaikumsalam..,"
                          Malam itu, Rian benar-benar bahagia. Akhirnya doanya terjawab. Setelah bersabar menunggu, akhirnya dia mendapatkan jawabannya malam itu. Kembali dia bertanya dalam hatinya apakah pacaran dalam Islam itu boleh ? Dia masih belum mendapatkan jawaban itu. Namun, jawaban dari doanya yang menginginkan Tenri juga menyukainya, membuat dia beranggapan jika Allah mengizinkannya. Itu adalah anggapan dirinya seorang.
                          Di kamarnya Rian tersenyum-senyum sendiri. Kidol dan Ihsan hanya heran melihatnya. Mereka menerka-nerka jika Rian mendapatkan berita atau kabar indah dari Wulan. Bahkan Ihsan temannya yang suka iseng itu, menganggap jika Wulan dan Rian jadian. Rian kemudian mengeluarkan uang dari dompetnya dan mentraktir teman-temannya malam itu. Dia sangat senang hingga ingin berbagi kesenangan dengan teman-temannya.
                          Tiap hendak solat Tarwih, Rian menoleh ke belakang untuk memastikan Tenri ada di barisan saf perempuan. Selain itu, dia juga menoleh ke lantai 2 untuk memastikan Ayih dan teman-temannya datang solat Tarwih. Ranadhan tahun itu membuat Rian benar-benar bahagia. Di tahun itu juga dia baru dipercayakan untuk menjadi seorang penjaga Masjid dan dia berharap bisa menjadi penjaga hati untuk Tenri.
                          Memasuki pertengahan Ramadhan, Tenri jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Kabar itu membuat Rian kembali drop. Semangatnya kembali menurun. Dia selalu berdoa agar Tenri cepat sembuh dan bisa kembali solat berjamaah di Masjid Al-Ihsan. Dia pun berencana untuk menjenguk Tenri bersama teman-temannya. Itu pun masih rencana yang belum  jelas kepastiannya.
                          Niat yang baru akan di jalankan, Tenri sudah keluar dari rumah sakit. Hal itu membuat hati Rian kembali tenang. Alhamdulillah. Itulah yang selalu di ucapkan Rian dalam doanya. Di saat kekosongan hatinya karena Tenri membutuhkan istirahat, Ayih hadir mengisi kekosongan hatinya. Hal itu membuat Rian dalam kebimbangan. Dia belum tahu apa yang harus dipilihnya. Dia selalu menyangkal jika dia juga menyukai Ayih yang masih sangat kecil itu.
                           "Apa yang kau pikirkan, bro..?"
                           "Pi.., tidak tahu apa yang mengganggu pikiranku..,"
                           "Sebentar lagi lebaran.., dibawa relax saja..,"
                           "Maunya seperti itu.., Aku tidak tahu ini ujian atau apa ?"
                           "Di masjid, kita hanya mengutamakan ibadah.., ujian apapun yang kau terima, sabar adalah kuncinya.., karena saat ini, kau sangat dekat denganNYA..,"
                           "Dekat ? Maksudmu ?"
                           "Berbeda dengan dunia luar, kadang manusia biasa seperti kita, lupa dengan keberadaan Allah.., tapi di Masjid, kita akan selalu ingat Allah.., itu karena ini rumahnya..,"
                           "Kau benar, Pi.., apakah masalah hati juga adalah bagian ujian dariNYA..?"
                           "Pastilah, Rian.., kita hanya bisa berdoa dan berusaha.., Allah yang menentukan hasilnya..,"
                           "Apakah selalu ada yang terbaik dari yang terbaik ?"
                           "Yahh.., contohnya.., mmmh.., misalkan kamu hendak membeli Handphone Nokia.., itu adalah doamu.., dan niatmu sebelum berangkat membeli Handphone.., tiba di sana, kamu malah tertarik membeli Handphone Sony Ericsson dan membeli itu.., setelah kamu kembali, ternyata Handphone Nokia yang kamu dambakan ingin membelinya, tiba-tiba menjadi Handphone Sony Ericsson.., jadi.., bisa saja apa yang kamu inginkan, Allah ganti dengan yang lebih baik..,"
                           "Contoh yang sangat membuatku tersentuh.., makasih, Pi.., kata-katamu tadi, akan menjadi motivasi baru untukku.."
                           "Sama-sama, bro..,"
                           Akhirnya malam Takbiran berkumandang. Setelah sebulan berpuasa, kaum muslimin merayakan kemenangan mereka. Hari Raya Idul Fitri sepatutnya dirayakan oleh kaum muslimin yang berhasil berpuasa sebulan penuh. Bagi kaum muslimin yang tidak menjalankan ibadah puasa dengan sempurna, tanpa alasan yang jelas tidak berpuasa, tidak pantas untuk ikut merayakan Idul Fitri.
                           Pengurus Masjid memutuskan untuk solat Id di lapangan. Mengingat kondisi Masjid yang tidak memungkinkan dengan banyaknya Jamaah yang akan solat Id. Melewati depan rumah Tenri, Rian hanya melihat Tenri sedang berdiri depan pintu rumahnya. Tenri hanya melihat orang-orang berbondong-bondong ke lapangan untuk Solat Id. Kondisinya belum stabil sehingga dia belum bisa ikut ke lapangan. Rian hanya tersenyum begitupun Tenri ketika mereka saling berpandangan.
                           Tanggal 29 Oktober 2007, Penyakit Tenri kembali kambuh. Hal itu membuatnya kembali dilarikan ke rumah sakit. Namun dalam perjalanan ke rumah sakit, Tenri menghembuskan nafas terakhirnya. Berita itu segera sampai ke telinga Rian. Dan tepat saat itu, Rian terdiam membisu dan tidak berdaya menerima kabar itu. Dia menangis di tiap solatnya. Dia seakan menyalahkan Allah sebagai pemilik alam semesta ini. Teman-temannya berusaha untuk menghiburnya. Namun Rian tetap menangis.
                        
      
                                                                                                    BAB 2 :THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar